Pertamina Siap Hadapi Perubahan Tren Konsumen
A
A
A
JAKARTA - Sejumlah praktisi menilai akan ada perubahan tren bisnis sektor energi di masa depan yang dikendalikan oleh pola konsumsi masyarakat. Baik dari pola perilaku cara konsumsi maupun jenis produk yang dikonsumsinya. Hal ini terungkap dalam diskusi panel bertajuk Market Trends and Consumer Behaviour dalam ajang Pertamina Energy Forum 2019 di Jakarta.
Deputi Chief Executive Officer Markplus Jacky Mussry menerangkan, bahwa sektor ekonomi sekarang berhadapan dengan tren pemasaran yang berpusat pada kepuasan konsumen atau Consumer Centric. Hal ini tidak hanya terjadi dalam sektor ekonomi, namun juga sektor lainnya.
Namun khusus sektor energi, Pertamina sebagai pelaku utama sektor energi di Indonesia, dinilai telah sigap memainkan perannya bukan saja market driven (dikendalikan pasar), namun sudah market driving (mengendalikan pasar).
“Pertamina masih sangat kuat sebagai institusi untuk men-drive pasar, tidak kalah dengan perusahaan-perusahaan baru. Saat ini merupakan momentum untuk itu, kalau lewat, enggak akan kembali lagi. Jadi Pertamina mempunyai kapabilitas bertransformasi, tapi tetap harus ada kompetensi,” ujar Jacky di Jakarta, Rabu (27/11/2019).
Sementara di sisi lain Head of Chimical Group BASF Indonesia Fahrurrozi mengatakan, sektor minyak dan gas (migas) ke depan akan lebih menyokong industri petrokimia dibanding industri transportasi. Sejalan dengan perubahan penggunaan energi terbarukan dalam sektor transportasi.
Menurutnya, tren industri petrokimia terus meningkat seiring proyeksi peningkatan penggunaan plastik konvensional pada 20-30 tahun ke depan. Ditambah dengan peningkatan permintaan hasil industri petrokimia, permintaan bahan baku di sektor ini akan meningkat hingga 50%. “Permintaan minyak di sektor transportasi akan menurun, karena energi alternatif dan petrokimia akan meningkat. Jadi tidak perlu khawatir,” kata Fahrurrozi.
Pada kesempatan yang sama, VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menjelaskan, pada prinsipnya Pertamina selalu memperhatikan kebutuhan pasar dan pelanggan. Fajriyah menambahkan bahwa Pertamina menangkap perubahan trend pasar dan perilaku konsumen ini dengan menjalankan sejumlah program digitalisasi di sejumlah lini bisnis.
Mulai dari digitalisasi SPBU untuk kehandalan stok BBM, digitalisasi kilang untuk meminimalisir unpredictive shutdown hingga loyalty program MyPertamina yang memberikan sejumlah benefit untuk konsumen. “Kami terus melakukan peningkatan pelayanan untuk bisa memberikan yang terbaik bagi konsumen. Karena bagaimanapun kepuasan konsumen merupakan salah satu kunci utama dalam kelangsungan bisnis kami,” ujarnya.
Budi Gunadi Sadikin, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang juga Wakil Komisaris Utama Pertamina, mengingatkan Pertamina harus tetap menjalankan komitmen antara lain menjaga ketersediaan, terjangkau, dan keberlanjutan. “Energi harus terjangkau untuk semua orang di Indonesia,” kata Budi.
Deputi Chief Executive Officer Markplus Jacky Mussry menerangkan, bahwa sektor ekonomi sekarang berhadapan dengan tren pemasaran yang berpusat pada kepuasan konsumen atau Consumer Centric. Hal ini tidak hanya terjadi dalam sektor ekonomi, namun juga sektor lainnya.
Namun khusus sektor energi, Pertamina sebagai pelaku utama sektor energi di Indonesia, dinilai telah sigap memainkan perannya bukan saja market driven (dikendalikan pasar), namun sudah market driving (mengendalikan pasar).
“Pertamina masih sangat kuat sebagai institusi untuk men-drive pasar, tidak kalah dengan perusahaan-perusahaan baru. Saat ini merupakan momentum untuk itu, kalau lewat, enggak akan kembali lagi. Jadi Pertamina mempunyai kapabilitas bertransformasi, tapi tetap harus ada kompetensi,” ujar Jacky di Jakarta, Rabu (27/11/2019).
Sementara di sisi lain Head of Chimical Group BASF Indonesia Fahrurrozi mengatakan, sektor minyak dan gas (migas) ke depan akan lebih menyokong industri petrokimia dibanding industri transportasi. Sejalan dengan perubahan penggunaan energi terbarukan dalam sektor transportasi.
Menurutnya, tren industri petrokimia terus meningkat seiring proyeksi peningkatan penggunaan plastik konvensional pada 20-30 tahun ke depan. Ditambah dengan peningkatan permintaan hasil industri petrokimia, permintaan bahan baku di sektor ini akan meningkat hingga 50%. “Permintaan minyak di sektor transportasi akan menurun, karena energi alternatif dan petrokimia akan meningkat. Jadi tidak perlu khawatir,” kata Fahrurrozi.
Pada kesempatan yang sama, VP Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menjelaskan, pada prinsipnya Pertamina selalu memperhatikan kebutuhan pasar dan pelanggan. Fajriyah menambahkan bahwa Pertamina menangkap perubahan trend pasar dan perilaku konsumen ini dengan menjalankan sejumlah program digitalisasi di sejumlah lini bisnis.
Mulai dari digitalisasi SPBU untuk kehandalan stok BBM, digitalisasi kilang untuk meminimalisir unpredictive shutdown hingga loyalty program MyPertamina yang memberikan sejumlah benefit untuk konsumen. “Kami terus melakukan peningkatan pelayanan untuk bisa memberikan yang terbaik bagi konsumen. Karena bagaimanapun kepuasan konsumen merupakan salah satu kunci utama dalam kelangsungan bisnis kami,” ujarnya.
Budi Gunadi Sadikin, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang juga Wakil Komisaris Utama Pertamina, mengingatkan Pertamina harus tetap menjalankan komitmen antara lain menjaga ketersediaan, terjangkau, dan keberlanjutan. “Energi harus terjangkau untuk semua orang di Indonesia,” kata Budi.
(akr)