Sudah Disuntik Modal Negara, 7 BUMN Ini Masih Merugi
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa hingga tahun 2018 terdapat tujuh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengalami kerugian dan sudah mendapat suntikan dana melalui skema Penyertaan Modal Negara (PMN), namun masih merugi.
Adapun BUMN tersebut antara lain PT Dok Kodja Bahari, PT Sang Hyang Seri, PT PAL, PT Dirgantara Indonesia, PT Pertani, Perum Bulog, dan PT Krakatau Steel.
"Beberapa BUMN (penerima PMN) yang menonjol kerugiannya adalah PT Dok Kodja Bahari, PT Sang Hyang Seri, PT PAL, PT DI, PT PERTANI, Perum Bulog, dan PT Krakatau Steel," ujar Sri Mulyani di Komisi XI DPR di Jakarta, Senin (2/12/2019).
Menurut dia, penyebab kerugian ketujuh BUMN tersebut berbeda-beda. PT Krakatau Steel misalnya mengalami kerugian lantaran beban keuangan selama konstruksi. PT PAL merugi karena meningkatnya beban hingga tiga kali lipat yang diakibatkan oleh nilai tukar dan kerugian entitas asosiasinya, yakni PT GE Power Solution Indonesia.
Sementara, Bulog tercatat merugi sebab terdapat kelebihan pengakuan pendapatan atas penyaluran bantuan sosial beras sejahtera atau Rastra, sehingga perusahaan tersebut harus melakukan koreksi pendapatan.
"Kemudian untuk PT Sang Hyang Seri dan PT Pertani mengalami kerugian akibat inefisiensi dari bisnis, beban bunga, dan perubahan kebijakan pemerintah dari sisi pengadaan benih," jelasnya.
Sementara itu, PT Dirgantara Indonesia merugi karena pembatalan kontrak dan order tidak mencapai target. Adapun PT Dok Kodja Bahari merugi sebab beban administrasi dan umumnya terlalu tinggi, yakni mencapai 58% dari pendapatan.
Meski demikian, di tahun 2018 juga terdapat 34 BUMN penerima PMN yang mencetak laba. Secara agregat, kinerja BUMN penerima PMN pada 2018 dapat dikatakan menurun. Pasalnya, pada tahun sebelumnya, yakni di tahun 2017, sebanyak 38 BUMN penerima PMN mencetak laba dan hanya 3 BUMN yang merugi. Sementara pada 2016 dan 2015, 33 perusahaan mencetak laba dan 8 perusahaan merugi.
Adapun BUMN tersebut antara lain PT Dok Kodja Bahari, PT Sang Hyang Seri, PT PAL, PT Dirgantara Indonesia, PT Pertani, Perum Bulog, dan PT Krakatau Steel.
"Beberapa BUMN (penerima PMN) yang menonjol kerugiannya adalah PT Dok Kodja Bahari, PT Sang Hyang Seri, PT PAL, PT DI, PT PERTANI, Perum Bulog, dan PT Krakatau Steel," ujar Sri Mulyani di Komisi XI DPR di Jakarta, Senin (2/12/2019).
Menurut dia, penyebab kerugian ketujuh BUMN tersebut berbeda-beda. PT Krakatau Steel misalnya mengalami kerugian lantaran beban keuangan selama konstruksi. PT PAL merugi karena meningkatnya beban hingga tiga kali lipat yang diakibatkan oleh nilai tukar dan kerugian entitas asosiasinya, yakni PT GE Power Solution Indonesia.
Sementara, Bulog tercatat merugi sebab terdapat kelebihan pengakuan pendapatan atas penyaluran bantuan sosial beras sejahtera atau Rastra, sehingga perusahaan tersebut harus melakukan koreksi pendapatan.
"Kemudian untuk PT Sang Hyang Seri dan PT Pertani mengalami kerugian akibat inefisiensi dari bisnis, beban bunga, dan perubahan kebijakan pemerintah dari sisi pengadaan benih," jelasnya.
Sementara itu, PT Dirgantara Indonesia merugi karena pembatalan kontrak dan order tidak mencapai target. Adapun PT Dok Kodja Bahari merugi sebab beban administrasi dan umumnya terlalu tinggi, yakni mencapai 58% dari pendapatan.
Meski demikian, di tahun 2018 juga terdapat 34 BUMN penerima PMN yang mencetak laba. Secara agregat, kinerja BUMN penerima PMN pada 2018 dapat dikatakan menurun. Pasalnya, pada tahun sebelumnya, yakni di tahun 2017, sebanyak 38 BUMN penerima PMN mencetak laba dan hanya 3 BUMN yang merugi. Sementara pada 2016 dan 2015, 33 perusahaan mencetak laba dan 8 perusahaan merugi.
(ind)