Dolar AS Terpukul Data Manufaktur, Rupiah Mantul ke Rp14.115
A
A
A
JAKARTA - Dolar Amerika Serikat (USD) pada Selasa (3/12/2019) terpukul oleh sentimen front baru perang dagang, dimana Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif impor logam terhadap Brasil dan Argentina. Menambah ketidakpastian perdagangan global dan investor memilih mata uang safe haven, yen Jepang.
Mata uang George Washington semakin tertekan setelah Institute for Supply Management AS mengumumkan indeks aktivitas manufaktur bulan November, turun 0,2 poin menjadi 48,1. Lebih rendah dari ekspektasi para ekonom yang disurvei Reuters pada angka 49,2. Angka dibawah 50 mengindikasikan kontraksi.
"Data yang lemah memaksa banyak orang untuk melepaskan dolar AS untuk memotong kerugian. Dan gesekan perdagangan tetap menjadi ancaman, tidak baik untuk sentimen pasar," ujar ahli strategi valuta asing Daiwa Securities, Yukio Ishizuki di Tokyo.
Hasil tersebut membuat indeks USD terhadap enam mata uang utama melemah menjadi 97,905. Dolar diperdagangkan melemah terhadap yen Jepang ke level 109,18 yen. Juga jatuh 0,56% terhadap euro menjadi USD1,1075 per euro, penurunan terbesar sejak 17 September.
Penurunan dolar memberi keuntungan bagi mata uang kecintaan kita, rupiah. Data Bloomberg mencatat kurs rupiah pada Selasa (3/12), ditutup menguat 10 poin atau 0,07% ke level Rp14.115 per USD.
Sesi pembukaan, rupiah menguat 7 poin atau 0,05% ke level Rp14.118 per USD, dibanding Senin lalu di Rp14.125 per USD. Sepanjang Selasa ini, rupiah diperdagangkan di level Rp14.115-Rp14.129 per USD.
Seirama, data Yahoo Finance mencatat rupiah pada Selasa petang ini, perkasa 10 poin alias 0,07% ke posisi Rp14.110 per USD, berbanding Rp14.120 per USD pada Senin kemarin. Selasa ini, rupiah bergerak di Rp14.110-Rp14.127 per USD.
Mata uang George Washington semakin tertekan setelah Institute for Supply Management AS mengumumkan indeks aktivitas manufaktur bulan November, turun 0,2 poin menjadi 48,1. Lebih rendah dari ekspektasi para ekonom yang disurvei Reuters pada angka 49,2. Angka dibawah 50 mengindikasikan kontraksi.
"Data yang lemah memaksa banyak orang untuk melepaskan dolar AS untuk memotong kerugian. Dan gesekan perdagangan tetap menjadi ancaman, tidak baik untuk sentimen pasar," ujar ahli strategi valuta asing Daiwa Securities, Yukio Ishizuki di Tokyo.
Hasil tersebut membuat indeks USD terhadap enam mata uang utama melemah menjadi 97,905. Dolar diperdagangkan melemah terhadap yen Jepang ke level 109,18 yen. Juga jatuh 0,56% terhadap euro menjadi USD1,1075 per euro, penurunan terbesar sejak 17 September.
Penurunan dolar memberi keuntungan bagi mata uang kecintaan kita, rupiah. Data Bloomberg mencatat kurs rupiah pada Selasa (3/12), ditutup menguat 10 poin atau 0,07% ke level Rp14.115 per USD.
Sesi pembukaan, rupiah menguat 7 poin atau 0,05% ke level Rp14.118 per USD, dibanding Senin lalu di Rp14.125 per USD. Sepanjang Selasa ini, rupiah diperdagangkan di level Rp14.115-Rp14.129 per USD.
Seirama, data Yahoo Finance mencatat rupiah pada Selasa petang ini, perkasa 10 poin alias 0,07% ke posisi Rp14.110 per USD, berbanding Rp14.120 per USD pada Senin kemarin. Selasa ini, rupiah bergerak di Rp14.110-Rp14.127 per USD.
(ven)