Antisipasi Penurunan Produksi Blok Rokan, Luhut Dorong Pertamina Investasi di 2020

Selasa, 03 Desember 2019 - 17:37 WIB
Antisipasi Penurunan...
Antisipasi Penurunan Produksi Blok Rokan, Luhut Dorong Pertamina Investasi di 2020
A A A
JAKARTA - Menteri Koordinator (Menko) bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mendorong PT Pertamina (Persero) dapat berinvestasi di Blok Rokan tahun depan sebelum resmi mengambil alih pada 2021 mendatang dari PT Chevron Pacific Indonesia.

Investasi tersebut penting segera dilakukan supaya perseroan dapat melakukan pengeboran sumur guna mengantisipasi terjadinya penurunan produksi. “Peluang investasi pasti ada. Saya mau Pertamina segera investasi biar cepat,” ujarnya di Jakarta, Selasa (3/12/2019).

Luhut pun berencana memanggil pihak-pihak terkait seperti Kementerian ESDM, Chevron dan Pertamina untuk memabahas serta melaporkan progress hasil masa transisi tersebut. Pihaknya tidak ingin produksi Blok Chevron turun karena tidak adanya investasi. “Nanti akan kita bicarakan soal alih kelola ini. Jadi kita harapkan dua tahun itu segera diputuskan supaya bergerak cepat,” tandas dia.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati sempat menyatakan bahwa proses transisi Blok Rokan dapat berjalan mulus. Pasalnya, secara hukum Pertamina memang belum bisa masuk investasi di Blok Rokan pada tahun depan.

“Secara hukum memang belum bisa masuk tahun depan. Terkait hal itu kami sedang membahas dengan SKK Migas, karena kami baru bisa masuk pada 2021,” ujarnya.

Saat ini, pembahasan bersama dengan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) terkait masa transisi masih terus berlanjut. Pembahasan itu dilakukan sebagai upaya bersama-sama mencari solusi supaya proses transisi berjalan mulus sebelum 2021.

Apabila transisi berjalan mulus, maka Pertamina dapat segera melakukan investasi supaya produksi tidak turun. Pasalnya dalam dua tahun terakhir Blok Rokan mengalami penurunan produksi karena Chevron tidak lagi melakukan investasi. Untuk itu, Pertamina tentu berharap masa transisi dapat membuka ruang untuk segera berinvestasi.

Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengakui, masa transisi Blok Rokan masih terkendala terkait hitung-hitungan skema bagi hasil apabila Pertamina masuk berinvestasi sebelum resmi alih kelola pada 2021. Pihaknya beranggapan, bagi hasil nantinya menjadi tidak pasti.

“Kalau Pertamina yang memberikan modal nanti bingung pembagiannya bagaimana karena sesuai kontrak production sharing contract, Pertamina belum waktunya masuk. Tapi kalau dihitung sebagai partner nanti keuntungannya lebih besar dari Chevron,” kata dia.

Fatar mengusulkan, apabila pembahasan tidak menemukan solusi jalan satu-satunya ialah Chevron melepas aset Blok Rokan kemudian diambil oleh Pertamina. Namun, opsi tersebut dipastikan memberatkan keuangan Pertamina. Untuk itu, pihaknya menyarankan supaya Pertamina mencari mitra strategis untuk memperkuat finansial supaya segera masuk masa transisi.

“Jadi itu seperti saran Pak Menteri (Menteri ESDM Arifin Tasrif) kemarin. Pertamina perlu mitra untuk memperkuat finansial dan teknologi. Kalau sendiri, disamping menggerus keungan negara juga pendapatan Pertamina. Risiko industri hulu migas itu besar jadi seluruh dunia juga bermitra tidak bekerja sendiri,” tandas dia.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1438 seconds (0.1#10.140)