Waspada, Perang Dagang Bakal Terus Berlanjut Tahun Depan
A
A
A
NEW YORK - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah melancarkan serangan baru untuk memunculkan kekhawatiran dalam sektor perdagangan, dengan ancaman penerapan tarif terbaru hingga mengisyaratkan kesepakatan dengan China kemungkinan belum terwujud dalam waktu dekat. Berbicara di KTT NATO, Trump mengungkapkan tidak ada batas waktu untuk mencapai kesepakatan dengan Beijing.
Seperti dilansir BBC, dalam beberapa komentarnya juga memberikan sinyal bahwa putaran lain dalam perang tarif dengan China bisa menjadi kenyataan pada 15 Desember, mendatang. Hal itu menjadi sentimen negatif hingga menyeret bursa saham AS menelan kerugian terbesar dalam satu pekan. Pernyataan tersebut muncul di tengah konflik dagang terbaru dengan Prancis, Brazil dan Argentina.
(Baca Juga: Bisa Picu Perang Dagang Baru, Trump Terapkan Tarif Baja dari Brazil dan ArgentinaDiketahui AS dan China selama lebih dari satu tahun telah terkunci dalam perang dagang yang berdampak buruk bagi kedua belah pihak, dimana telah memberlakukan tarif senilai miliaran dolar terhadap impor produk satu sama lain. Sementara ketidakpastian telah membayangi pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya, Trump mengukuhkan dirinya sebagai 'Tariff Man'.
"Ini menciptakan kekacauan dan ketidakstabilan dan berkembang dalam beberapa hal. Pertanyaan besarnya adalah, Apakah kita benar-benar berusaha untuk mendapatkan solusi dengan China atau ini semua benar tentang menaikkan tarif?," ujar Jennifer Hillman, seorang Senior Fellow di Council on foreign Relations dan mantan pejabat perdagangan AS.
Investor terkecoh saat Trump tampaknya bakal menerapkan bea impor terhadap mobil eropa dan suku cadang pada awal bulan ini. Ada juga harapan bahwa AS dan China mungkin mencapai kata sepakat terbatas yang disebut sebagai 'phase one' untuk mencegah bergulirnya putaran tarif selanjutnya pada 15 Desember, mendatang yang mempengaruhi berbagai macam prosuk konsumen, termasuk produk Apple, pakaian dan lampu Natal.
Tapi pada hari Selasa, Presiden mengatakan menyukai ide "menunggu sampai setelah pemilu" untuk membuat perjanjian dengan Beijing. Bahkan Trump menambahkan: "Kita akan melihat ada atau tidaknya kesepakatan. Ini seharusnya berjalan dengan benar," ungkapnya.
Sementara itu Indeks utama AS jatuh sekitar 1% usai komentar Trump yang coba diredam oleh Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross. "Ini tugas kita untuk mencoba mencapai kesepakatan yang tepat," ujar Ross, meskipun ia menambahkan masih ada kemungkinan bahwa Presiden akan menangguhkan tarif tinggi.
Pernyataan tersebut mengiringi serangkaian langkah proteksionis lain yang direncanakan oleh Presiden minggu ini. Sebelumnya, Trump secara mengejutkan mengungkapkan bakal menerapkan tarif bea impor terhadap produk baja Brasil dan aluminium yang berasal dari Argentina. Kantor Perwakilan Perdagangan AS juga mengutarakan ada kemungkinan meningkatkan bea impor terhadap produk Eropa senilai USD7,5 miliar.
Seperti dilansir BBC, dalam beberapa komentarnya juga memberikan sinyal bahwa putaran lain dalam perang tarif dengan China bisa menjadi kenyataan pada 15 Desember, mendatang. Hal itu menjadi sentimen negatif hingga menyeret bursa saham AS menelan kerugian terbesar dalam satu pekan. Pernyataan tersebut muncul di tengah konflik dagang terbaru dengan Prancis, Brazil dan Argentina.
(Baca Juga: Bisa Picu Perang Dagang Baru, Trump Terapkan Tarif Baja dari Brazil dan ArgentinaDiketahui AS dan China selama lebih dari satu tahun telah terkunci dalam perang dagang yang berdampak buruk bagi kedua belah pihak, dimana telah memberlakukan tarif senilai miliaran dolar terhadap impor produk satu sama lain. Sementara ketidakpastian telah membayangi pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya, Trump mengukuhkan dirinya sebagai 'Tariff Man'.
"Ini menciptakan kekacauan dan ketidakstabilan dan berkembang dalam beberapa hal. Pertanyaan besarnya adalah, Apakah kita benar-benar berusaha untuk mendapatkan solusi dengan China atau ini semua benar tentang menaikkan tarif?," ujar Jennifer Hillman, seorang Senior Fellow di Council on foreign Relations dan mantan pejabat perdagangan AS.
Investor terkecoh saat Trump tampaknya bakal menerapkan bea impor terhadap mobil eropa dan suku cadang pada awal bulan ini. Ada juga harapan bahwa AS dan China mungkin mencapai kata sepakat terbatas yang disebut sebagai 'phase one' untuk mencegah bergulirnya putaran tarif selanjutnya pada 15 Desember, mendatang yang mempengaruhi berbagai macam prosuk konsumen, termasuk produk Apple, pakaian dan lampu Natal.
Tapi pada hari Selasa, Presiden mengatakan menyukai ide "menunggu sampai setelah pemilu" untuk membuat perjanjian dengan Beijing. Bahkan Trump menambahkan: "Kita akan melihat ada atau tidaknya kesepakatan. Ini seharusnya berjalan dengan benar," ungkapnya.
Sementara itu Indeks utama AS jatuh sekitar 1% usai komentar Trump yang coba diredam oleh Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross. "Ini tugas kita untuk mencoba mencapai kesepakatan yang tepat," ujar Ross, meskipun ia menambahkan masih ada kemungkinan bahwa Presiden akan menangguhkan tarif tinggi.
Pernyataan tersebut mengiringi serangkaian langkah proteksionis lain yang direncanakan oleh Presiden minggu ini. Sebelumnya, Trump secara mengejutkan mengungkapkan bakal menerapkan tarif bea impor terhadap produk baja Brasil dan aluminium yang berasal dari Argentina. Kantor Perwakilan Perdagangan AS juga mengutarakan ada kemungkinan meningkatkan bea impor terhadap produk Eropa senilai USD7,5 miliar.
(akr)