Resmikan Pabrik Pertrokimia, Jokowi Minta Impor Terus Ditekan
A
A
A
CILEGON - Presiden Joko Widodo (Jokowi) hari ini meresmikan pabrik petrokimia Chadra Asri di Cilegon. Jokowi berharap dengan beroperasinya pabrik tersebut dapat menekan impor yang membebani neraca perdagangan Indonesia.
"Karena barang-barang yang kita produksi di dalam negeri bahan bakunya kebanyakan masih impor. Termasuk di dalamnya adalah yang paling besar adalah petrokimia dan juga yang namanya impor minyak dan gas, yang paling besar yang memberatkan neraca perdagangan kita," paparnya di Pabrik Chandra Asri Cilegon, Jumat (5/12/2019).
Jokowi menyebut di tahun 2018 neraca perdagangan petrokimia masih defisit Rp193 triliun. Dimana ekspor petrokimia sebesar Rp124 triliun, sementara impornya mencapai Rp317 triliun. Menurutnya ini adalah angka yang cukup besar dan harus diselesaikan.
"Sehingga kenapa kita berikan yang namanya tax holiday, tax allowance, untuk bidang ini karena kita masih defisit Rp193 triliun. Untuk apa? Kita bisa membuat, kenapa harus impor. Yang seperti ini satu per satu akan saya lebih detailkan dan akan kita selesaikan," tuturnya.
Sementara untuk jenis petrokimia yang diproduksi Chandra Asri adalah jenis polyethylene. Menurut Jokowi kebutuhan terhadap polyethylene Indonesia mencapai 2,3 juta ton per tahun. Sementara kapasitas produksi nasional baru 780.000 ton sehingga Indonesia masih harus mengimpor 1,52 juta ton per tahun.
"Ini masih gede banget ini. Saya juga baru baca ini tadi, gede banget ternyata, 2,3 juta ton dan impor kita masih 1,52 juta ton per tahunnya. Dan nilai impor Rp22,8 triliun per tahun," paparnya.
Jokowi pun mendorong agar pembangunan pabrik kedua Chandra Asri segera dilakukan. Menurutnya potensi pasar yang besar ini jangan diberikan ke negara lain."Segera selesaikan pabriknya. Kalau bisa jangan sampai empat tahun, dua tahun selesai gitu. Dikebut," tegasnya. Dia berharap pabrik seperti ini dapat terus tumbuh di dalam negeri. Dengan begitu, impor petrokimia bisa benar-benar dihentikan.
"Kita harapkan bahwa investasi penanaman modal yang terus menerus di bidang ini harus terus kita berikan ruang. Agar nantinya yang namanya impor bahan-bahan petrokimia itu betul-betul stop dan kita justru bisa mengekspornya," ujar Jokowi.
Presiden juga menyebutkan jika investasi petrokimia terus digenjot, maka ekspor bisa dilakukan dalam beberapa tahun ke depan. Jokowi bahkan optimis dalam waktu 4-5 tahun Indonesia tidak perlu mengimpor petrokimia.
"Tadi saya melihat di layar bahwa Chandra Asri nanti masih akan investasi lagi Rp60-80 triliun. Yang itu tentu saja akan menghasilkan produk dengan ton yang saya pastikan pasti ratusan ribu ton atau bahkan juta ton. 4 juta ton. Artinya sisanya mesti diekspor," ujar dia.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengaku senang karena selain bisa menekan impor, pembangunan pabrik dapat menciptakan lapangan kerja. Terutama bagi masyarakat di Cilegon
"Pembukaan lapangan kerja yang sebesar-besarnya yang akan membantu dan berkontribusi dalam menggerakkan roda ekonomi tidak hanya di Cilegon dan Banten saja tetapi juga perekonomian nasional kita," ujarnya.
Presiden Direktur Chandra Asri Erwin Ciputra mengatakan bahwa besaran investasi pabrik ini mencapai USD300 juta. Dia pun menyampaikan terima kasih kepada pemerintah terkait insentif pajak yang diberikan. "Kami berterima kasih atas dukungan pemerintah selama ini tax incentive, tax holiday yang sangat berguna mendatangkan investasi," ungkapnya.
Pabrik baru ini memiliki kapasitas produksi polyethylene sebesar 400.000 ton. Ini menjadikan kapasitas produksi total Chandra Asri mencapai 736.000 ton per tahun. Polyethylene digunakan untuk bahan baku pendukung infrastruktur, pipa air, kabel kistrik, kemasan makanan, peralatan rumah tangga dan lainya.
"Semua untuk kebutuhan dalam negeri. Pasar petrokimia masih dipasok produk impor. Hasil produksi ini akan menjadi subtitusi impor sehingga bisa menghemat Rp8 triliun devisa per tahun," pungkasnya.
"Karena barang-barang yang kita produksi di dalam negeri bahan bakunya kebanyakan masih impor. Termasuk di dalamnya adalah yang paling besar adalah petrokimia dan juga yang namanya impor minyak dan gas, yang paling besar yang memberatkan neraca perdagangan kita," paparnya di Pabrik Chandra Asri Cilegon, Jumat (5/12/2019).
Jokowi menyebut di tahun 2018 neraca perdagangan petrokimia masih defisit Rp193 triliun. Dimana ekspor petrokimia sebesar Rp124 triliun, sementara impornya mencapai Rp317 triliun. Menurutnya ini adalah angka yang cukup besar dan harus diselesaikan.
"Sehingga kenapa kita berikan yang namanya tax holiday, tax allowance, untuk bidang ini karena kita masih defisit Rp193 triliun. Untuk apa? Kita bisa membuat, kenapa harus impor. Yang seperti ini satu per satu akan saya lebih detailkan dan akan kita selesaikan," tuturnya.
Sementara untuk jenis petrokimia yang diproduksi Chandra Asri adalah jenis polyethylene. Menurut Jokowi kebutuhan terhadap polyethylene Indonesia mencapai 2,3 juta ton per tahun. Sementara kapasitas produksi nasional baru 780.000 ton sehingga Indonesia masih harus mengimpor 1,52 juta ton per tahun.
"Ini masih gede banget ini. Saya juga baru baca ini tadi, gede banget ternyata, 2,3 juta ton dan impor kita masih 1,52 juta ton per tahunnya. Dan nilai impor Rp22,8 triliun per tahun," paparnya.
Jokowi pun mendorong agar pembangunan pabrik kedua Chandra Asri segera dilakukan. Menurutnya potensi pasar yang besar ini jangan diberikan ke negara lain."Segera selesaikan pabriknya. Kalau bisa jangan sampai empat tahun, dua tahun selesai gitu. Dikebut," tegasnya. Dia berharap pabrik seperti ini dapat terus tumbuh di dalam negeri. Dengan begitu, impor petrokimia bisa benar-benar dihentikan.
"Kita harapkan bahwa investasi penanaman modal yang terus menerus di bidang ini harus terus kita berikan ruang. Agar nantinya yang namanya impor bahan-bahan petrokimia itu betul-betul stop dan kita justru bisa mengekspornya," ujar Jokowi.
Presiden juga menyebutkan jika investasi petrokimia terus digenjot, maka ekspor bisa dilakukan dalam beberapa tahun ke depan. Jokowi bahkan optimis dalam waktu 4-5 tahun Indonesia tidak perlu mengimpor petrokimia.
"Tadi saya melihat di layar bahwa Chandra Asri nanti masih akan investasi lagi Rp60-80 triliun. Yang itu tentu saja akan menghasilkan produk dengan ton yang saya pastikan pasti ratusan ribu ton atau bahkan juta ton. 4 juta ton. Artinya sisanya mesti diekspor," ujar dia.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengaku senang karena selain bisa menekan impor, pembangunan pabrik dapat menciptakan lapangan kerja. Terutama bagi masyarakat di Cilegon
"Pembukaan lapangan kerja yang sebesar-besarnya yang akan membantu dan berkontribusi dalam menggerakkan roda ekonomi tidak hanya di Cilegon dan Banten saja tetapi juga perekonomian nasional kita," ujarnya.
Presiden Direktur Chandra Asri Erwin Ciputra mengatakan bahwa besaran investasi pabrik ini mencapai USD300 juta. Dia pun menyampaikan terima kasih kepada pemerintah terkait insentif pajak yang diberikan. "Kami berterima kasih atas dukungan pemerintah selama ini tax incentive, tax holiday yang sangat berguna mendatangkan investasi," ungkapnya.
Pabrik baru ini memiliki kapasitas produksi polyethylene sebesar 400.000 ton. Ini menjadikan kapasitas produksi total Chandra Asri mencapai 736.000 ton per tahun. Polyethylene digunakan untuk bahan baku pendukung infrastruktur, pipa air, kabel kistrik, kemasan makanan, peralatan rumah tangga dan lainya.
"Semua untuk kebutuhan dalam negeri. Pasar petrokimia masih dipasok produk impor. Hasil produksi ini akan menjadi subtitusi impor sehingga bisa menghemat Rp8 triliun devisa per tahun," pungkasnya.
(fjo)