Literasi Sangat Rendah, Keuntungan Investasi Pasar Modal RI Lari ke Asing
A
A
A
BANDUNG - Angka literasi pasar modal di Indonesia berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masih sangat rendah yakni pada kisaran 4% yang menyebabkan keuntungan bursa saham lebih banyak diminati investor luar negeri. Hal itu menurut Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Husein, lantaran sedikitnya pemahaman dan akses masyarakat terhadap pasar modal.
Beberapa tahun lalu terang dia, bahkan investor luar negeri di pasar saham cukup mendominasi. Tetapi saat ini, perbandingan investor luar negeri dan dalam negeri hampir seimbang. "Jadi keuntungan investasi pasar saham di Indonesia dalam tujuh tahun terakhir yang mencapai 100% lebih banyak lari ke luar negeri," jelas Husein pada pembukaan Gedung BEI Bandung, Jalan PH Mustopa, Kota Bandung, Jumat (6/12/2019).
Sambung dia menerangkan, angka literasi pasar modal sebesar 4% pun setelah mengalami kenaikan 50% dari tahun sebelumnya. Literasi pasar modal jauh di bawah literasi perbankan yang mencapai 70%. "Sejak awal kita sudah diberi pemahaman tentang perbankan. Jadi literasinya jauh di bawah perbankan. Ini menjadi PR (pekerjaan rumah) kita bersama," ungkapnya.
Sementara terkait dengan peresmian Kantor BEI di Bandung, Husein mengharapkan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pasar modal. Pasar modal sendiri adalah pasar untuk pihak yang membutuhkan dan menjual modal. Jadi pasar modal (BEI) adalah fasilitator.
Dia pun menyinggung rencana Pemprov Jabar menerbitkan obligasi daerah. Dimana skema pembiayaan tersebut akan membantu Pemprov Jabar membiayai pembangunan. Sehingga pembangunan nanti jangan hanya mengandalkan APBD yang nilainya sangat terbatas.
"Walaupun, untuk di Jabar saat ini masih terkendala persepsi. Di mana rencana Pemprov Jabar menerbitkan obligasi, masih menjadi polemik. Ada yang menganggap bila pemda berhutang itu gemana?. Padahal kan sama saja seperti masyarakat kredit mobil atau rumah," beber dia.
Dirut BEI Inarno Djayadi mengatakan, kantor perwakilan BEI di Bandung melengkapi 29 kantor perwakilan di seluruh Indonesia. Rencananya, kantor BEI milik sendiri seperti Bandung juga akan dibangun di Semarang dan Surabaya.
"Tujuannya ada BEI di daerah untuk edukasi dan sosialisasi. Kami juga intensif menggelar sekolah pasar modal. Harapan bisa memberi manfaat bagi masyarakat sekitar. Karena, jumlah investor di Jabar saat ini baru 170.000 account. Dibanding populasi memang masih kecil, 0,35%. Ini PR kita bersama," imbuh dia.
Kepala Biro BUMD dan Investasi Pemprov Jabar Noneng Komalaningsih menambahkan, sebenarnya minat investasi masyarakat Jabar sangat tinggi, buktinya banyak sekali yang tertipu investasi bodong. Artinya minat tinggi, tapi literasi kurang.
Namun dia mengapresiasi hadirnya BI di Jabar. Apalagi Jabar memiliki potensi sangat tinggi. Dana tersimpan masyarakat Jabar di bank mencapai Rp500 triliun dengan populasi pendudukan mencapai 50 juta orang.
Beberapa tahun lalu terang dia, bahkan investor luar negeri di pasar saham cukup mendominasi. Tetapi saat ini, perbandingan investor luar negeri dan dalam negeri hampir seimbang. "Jadi keuntungan investasi pasar saham di Indonesia dalam tujuh tahun terakhir yang mencapai 100% lebih banyak lari ke luar negeri," jelas Husein pada pembukaan Gedung BEI Bandung, Jalan PH Mustopa, Kota Bandung, Jumat (6/12/2019).
Sambung dia menerangkan, angka literasi pasar modal sebesar 4% pun setelah mengalami kenaikan 50% dari tahun sebelumnya. Literasi pasar modal jauh di bawah literasi perbankan yang mencapai 70%. "Sejak awal kita sudah diberi pemahaman tentang perbankan. Jadi literasinya jauh di bawah perbankan. Ini menjadi PR (pekerjaan rumah) kita bersama," ungkapnya.
Sementara terkait dengan peresmian Kantor BEI di Bandung, Husein mengharapkan meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pasar modal. Pasar modal sendiri adalah pasar untuk pihak yang membutuhkan dan menjual modal. Jadi pasar modal (BEI) adalah fasilitator.
Dia pun menyinggung rencana Pemprov Jabar menerbitkan obligasi daerah. Dimana skema pembiayaan tersebut akan membantu Pemprov Jabar membiayai pembangunan. Sehingga pembangunan nanti jangan hanya mengandalkan APBD yang nilainya sangat terbatas.
"Walaupun, untuk di Jabar saat ini masih terkendala persepsi. Di mana rencana Pemprov Jabar menerbitkan obligasi, masih menjadi polemik. Ada yang menganggap bila pemda berhutang itu gemana?. Padahal kan sama saja seperti masyarakat kredit mobil atau rumah," beber dia.
Dirut BEI Inarno Djayadi mengatakan, kantor perwakilan BEI di Bandung melengkapi 29 kantor perwakilan di seluruh Indonesia. Rencananya, kantor BEI milik sendiri seperti Bandung juga akan dibangun di Semarang dan Surabaya.
"Tujuannya ada BEI di daerah untuk edukasi dan sosialisasi. Kami juga intensif menggelar sekolah pasar modal. Harapan bisa memberi manfaat bagi masyarakat sekitar. Karena, jumlah investor di Jabar saat ini baru 170.000 account. Dibanding populasi memang masih kecil, 0,35%. Ini PR kita bersama," imbuh dia.
Kepala Biro BUMD dan Investasi Pemprov Jabar Noneng Komalaningsih menambahkan, sebenarnya minat investasi masyarakat Jabar sangat tinggi, buktinya banyak sekali yang tertipu investasi bodong. Artinya minat tinggi, tapi literasi kurang.
Namun dia mengapresiasi hadirnya BI di Jabar. Apalagi Jabar memiliki potensi sangat tinggi. Dana tersimpan masyarakat Jabar di bank mencapai Rp500 triliun dengan populasi pendudukan mencapai 50 juta orang.
(akr)