Proklim Ajak Swasta Perkuat Ketahanan Iklim Desa
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) memacu ketahanan iklim di tingkat desa dengan mendorong penerapan pola budidaya agroforestri. Pola ini untuk menggantikan pola tradisional yang mengandalkan pembukaan lahan dengan cara membakar.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong menegaskan, pentingnya memperkuat ketahanan iklim di tingkat desa. Pasalnya, sekitar 50% penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dengan jumlah sekitar 83.000 desa. Hal ini sejalan dengan agenda Konferensi Perubahan Iklim COP 25 UNFCCC di Madrid, Spanyol, 5 Desember 2019.
Menurut Alue, dalam konferensi tersebut membahas topik pelibatan pemerintah pusat, kota, daerah, dan instansi subnasional lainnya, organisasi internasional, masyarakat sipil, masyarakat adat, perempuan, pemuda, lembaga akademik, serta swasta bergerak sebagai entitas individu atau dalam kemitraan. Fakta itulah yang mendorong pemerintah mengembangkan Program Kampung Iklim (Proklim).
Lewat Proklim, masyarakat di tingkat desa dibina untuk memperkuat kemampuan adaptasi terhadap perubahan iklim dan pengurangan emisi gas rumah kaca. Pada saat yang sama, Proklim juga berdampak pada kesejahteraan penduduk desa dan ikut memberdayakan kaum perempuan.
“Agar program ini bisa berjalan secara berkelanjutan, butuh dukungan dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk pihak swasta,” kata Alue dalam keterangan tertulisnya, Minggu (8/12/2019).
Alue menuturkan, KLHK mendorong pihak swasta untuk dapat membentuk kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA) sesuai dengan yang diatur di dalam Permen LHK No. 32 Tahun 2016 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan.
Sampai dengan saat ini MPA yang telah dibentuk oleh perusahaan yaitu 52 regu MPA dengan jumlah anggota 1.533 orang di 8 provinsi. Sedangkan MPA yang dibentuk oleh KLHK tersebar di 28 provinsi dengan jumlah anggota 10.569 anggota yang tergabung dalam 704 regu. MPA tersebut juga dilengkapi dengan sarana prasarana pengendalian kebakaran hutan dan lahan dan juga peningkatan kapasitas bidang karhutla.
Sementara, Chief Sustainability Officer APP Sinar Mas Elim Sritaba mengatakan pihaknya mendukung penuh langkah pemerintah dalam pengembangan Proklim. Dia menjelaskan, APP Sinar Mas membangun program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) yang memberikan edukasi tentang peran penting masyarakat desa dalam menjaga hutan.
Tak hanya itu, APP Sinar Mas pun memberikan bantuan finansial dan teknis untuk mendukung masyarakat desa, beralih dari metode tebang-dan-bakar ke metode agroforestri berkelanjutan. “APP Sinar Mas percaya bahwa ketika suatu desa sejahtera, hutan juga ikut lestari,” ujar Elim.
Menurut dia, APP Sinar Mas telah menginvestasikan lebih dari Rp46 miliar untuk program DMPA. Kini, lebih dari 18.040 rumah tangga di lebih dari 312 desa mendapat manfaat dari program tersebut. "Kami menargetkan untuk menjangkau total 500 desa pada akhir 2020,” lanjut Elim.
Sebanyak 78 desa binaan DMPA telah terdaftar dalam program Proklim. Dari keseluruhan desa tersebut, 24 desa dianugerahi Penghargaan Proklim Utama dan 46 desa DMPA lainnya mendapatkan penghargaan Proklim Madya, karena telah berhasil menjalankan upaya berkelanjutan untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Elim menambahkan, saat ini APP Sinar Mas sedang bekerja sama dengan sejumlah organisasi untuk mengembangkan program tersebut dari skala lokal ke skala internasional.
Sementara itu, Indonesia Country Program Director The Center of People and Forest (RECOFTC) Gamma Galudra menekankan pentingnya kolaborasi antara semua pihak untuk memfasilitasi peningkatan kapasitas masyarakat desa. Menurut dia, dukungan dari pihak swasta seperti yang dilakukan APP Sinar Mas berdampak sangat positif untuk memperkuat Proklim yang telah diinisiasi oleh Pemerintah Indonesia.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Alue Dohong menegaskan, pentingnya memperkuat ketahanan iklim di tingkat desa. Pasalnya, sekitar 50% penduduk Indonesia tinggal di pedesaan dengan jumlah sekitar 83.000 desa. Hal ini sejalan dengan agenda Konferensi Perubahan Iklim COP 25 UNFCCC di Madrid, Spanyol, 5 Desember 2019.
Menurut Alue, dalam konferensi tersebut membahas topik pelibatan pemerintah pusat, kota, daerah, dan instansi subnasional lainnya, organisasi internasional, masyarakat sipil, masyarakat adat, perempuan, pemuda, lembaga akademik, serta swasta bergerak sebagai entitas individu atau dalam kemitraan. Fakta itulah yang mendorong pemerintah mengembangkan Program Kampung Iklim (Proklim).
Lewat Proklim, masyarakat di tingkat desa dibina untuk memperkuat kemampuan adaptasi terhadap perubahan iklim dan pengurangan emisi gas rumah kaca. Pada saat yang sama, Proklim juga berdampak pada kesejahteraan penduduk desa dan ikut memberdayakan kaum perempuan.
“Agar program ini bisa berjalan secara berkelanjutan, butuh dukungan dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk pihak swasta,” kata Alue dalam keterangan tertulisnya, Minggu (8/12/2019).
Alue menuturkan, KLHK mendorong pihak swasta untuk dapat membentuk kelompok Masyarakat Peduli Api (MPA) sesuai dengan yang diatur di dalam Permen LHK No. 32 Tahun 2016 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan.
Sampai dengan saat ini MPA yang telah dibentuk oleh perusahaan yaitu 52 regu MPA dengan jumlah anggota 1.533 orang di 8 provinsi. Sedangkan MPA yang dibentuk oleh KLHK tersebar di 28 provinsi dengan jumlah anggota 10.569 anggota yang tergabung dalam 704 regu. MPA tersebut juga dilengkapi dengan sarana prasarana pengendalian kebakaran hutan dan lahan dan juga peningkatan kapasitas bidang karhutla.
Sementara, Chief Sustainability Officer APP Sinar Mas Elim Sritaba mengatakan pihaknya mendukung penuh langkah pemerintah dalam pengembangan Proklim. Dia menjelaskan, APP Sinar Mas membangun program Desa Makmur Peduli Api (DMPA) yang memberikan edukasi tentang peran penting masyarakat desa dalam menjaga hutan.
Tak hanya itu, APP Sinar Mas pun memberikan bantuan finansial dan teknis untuk mendukung masyarakat desa, beralih dari metode tebang-dan-bakar ke metode agroforestri berkelanjutan. “APP Sinar Mas percaya bahwa ketika suatu desa sejahtera, hutan juga ikut lestari,” ujar Elim.
Menurut dia, APP Sinar Mas telah menginvestasikan lebih dari Rp46 miliar untuk program DMPA. Kini, lebih dari 18.040 rumah tangga di lebih dari 312 desa mendapat manfaat dari program tersebut. "Kami menargetkan untuk menjangkau total 500 desa pada akhir 2020,” lanjut Elim.
Sebanyak 78 desa binaan DMPA telah terdaftar dalam program Proklim. Dari keseluruhan desa tersebut, 24 desa dianugerahi Penghargaan Proklim Utama dan 46 desa DMPA lainnya mendapatkan penghargaan Proklim Madya, karena telah berhasil menjalankan upaya berkelanjutan untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Elim menambahkan, saat ini APP Sinar Mas sedang bekerja sama dengan sejumlah organisasi untuk mengembangkan program tersebut dari skala lokal ke skala internasional.
Sementara itu, Indonesia Country Program Director The Center of People and Forest (RECOFTC) Gamma Galudra menekankan pentingnya kolaborasi antara semua pihak untuk memfasilitasi peningkatan kapasitas masyarakat desa. Menurut dia, dukungan dari pihak swasta seperti yang dilakukan APP Sinar Mas berdampak sangat positif untuk memperkuat Proklim yang telah diinisiasi oleh Pemerintah Indonesia.
(akr)