Diskon Avtur Tidak Berpengaruh ke Harga Tiket Pesawat

Senin, 09 Desember 2019 - 17:27 WIB
Diskon Avtur Tidak Berpengaruh ke Harga Tiket Pesawat
Diskon Avtur Tidak Berpengaruh ke Harga Tiket Pesawat
A A A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) memberikan promo harga avtur berupa diskon sebesar 20% dalam rangka menyambut Natal dan Tahun Baru 2020 . Pemberian diskon tersebut berlaku mulai 9 Desember 2019 hingga 31 Januari 2020 di sejumlah bandara di wilayah timur Indonesia.

Terkait hal itu, Pengamat Ekonomi Energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta Fahmy Radhi beranggapan, pemberian diskon avtur akan memberikan pengaruh biaya operasional maskapai. Pasalnya, diskon yang diberikan Pertamina cukup signifikan.

“Saya kira diskon yang diberikan cukup signifikan karena penjualan avtur di wilayah timur memang tergolong mahal. Mahalnya penjualan avtur disebabkan karena ongkos distribusi dan pajak penjualan, sedangkan Pertamina sudah menjual avtur sesuai harga keekonomian,” kata dia saat dihubungi, Senin (9/12/2019).

Meski begitu, penurunan harga avtur tersebut tidak berpengaruh signifikan untuk menurunkan tiket pesawat. Fahmy menilai mahalnya tiket pesawat karena adanya kartel tiket pesawat yakni kemungkinan terjadinya kesepakatan penetapan harga oleh maskapai penerbangan yang ia duga juga atas restu pemerintah. Adapun kartel tersebut utamanya dilakukan oleh penguasa pasar yakni Garuda Indonesia dan Lion Group.

“Saya kira salah besar jika kemudian avtur dipakai sebagai kambing hitam atas mahalnya tiket pesawat dan bangkrutnya maskapai rintisan, karena avtur pengaruhnya kalau tidak salah hanya 40% dari biaya operasional maskapai,” tandas dia.

Di sisi lain, rencana masuknya swasta menjual avtur di dalam negeri juga tidak serta merta mampu menurunkan harga avtur. Pihaknya tidak yakin swasta akan mudah masuk di bisnis avtur karena marginnya kecil.

Disamping itu, imbuhnya, pasar avtur juga tidak terlalu besar dan syaratnya harus mampu menyediakan avtur tidak hanya di pasar yang gemuk tapi juga harus mampu menyediakan hingga pelosok di wilayah timur Indonesia.

“Pada dasarnya swasta boleh masuk, tidak ada monopoli. Tapi memang swastanya yang enggan masuk karena marginnya kecil, disamping harus membangun infrastruktur penyimpanan sampai Indonesia Timur. Sedangkan Pertamina sudah punya infrastruktur dari Sabang-Marauke,” kata dia.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7460 seconds (0.1#10.140)