Tahun 2020, BTN Prediksi Penuh Tantangan bagi Sektor Properti

Rabu, 11 Desember 2019 - 11:00 WIB
Tahun 2020, BTN Prediksi...
Tahun 2020, BTN Prediksi Penuh Tantangan bagi Sektor Properti
A A A
JAKARTA - Tahun 2020 menjadi tahun yang penuh tantangan bagi PT Bank Tabungan Negara (Persero) (BTN) Tbk untuk mendorong pembiayaan properti di tengah ancaman perlambatan ekonomi nasional dan ancaman resesi ekonomi global. Namun terdapat sejumlah peluang yang harus dimanfaatkan sektor properti seperti insentif yang diberikan pemerintah, perpajakan hingga penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia dan pelonggaran Loan to Value atau LTV.

“Perbankan pada umumnya bersikap lebih hati-hati dalam menghadapi tahun 2020 karena masih ada tantangan likuiditas dan tekanan dari kredit bermasalah sehingga laju pertumbuhan kredit termasuk untuk sektor properti kami proyeksikan hanya akan tumbuh single digit,” kata Direktur Finance, Planning, & Treasury BTN, Nixon LP Napitupulu di acara Seminar Property Outlook 2020 yang digelar Bank BTN menyambut HUT KPR ke 43 di Jakarta, kemarin.

Nixon menilai, pertumbuhan kredit properti seperti Kredit Pemilikan Rumah (KPR) subsidi maupun non subsidi, serta kredit agunan rumah dan kredit pembangunan rumah akan tumbuh single digit karena sejumlah faktor, diantaranya anggaran pemerintah untuk subsidi perumahan yang terbatas.

Seperti duketahui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat telah menyatakan, APBN menganggarkan Rp 11 triliun untuk memfasilitasi subsidi pembiayan 102.500 unit pada tahun 2020. Jumlah unit rumah yang dapat mendapat subsidi tersebut lebih rendah dari tahun 2018 yang sebesar 280.000 unit dan tahun 2019 yang mencapai 162.000 unit.

“Pembiayaan perumahan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam penyediaan perumahan, saat ini APBN memberikan porsi yang tidak banyak atau kurang dari 2% jadi pertumbuhan KPR subsidi sangat terkatrol dengan APBN namun ke depan, kehadiran BP Tabungan Perumahan Rakyat bisa menjadi harapan bagi industri properti,” kata Nixon.

Meski alokasi APBN tidak selalu meningkat, namun kontribusi Bank BTN terhadap Program Sejuta Rumah tetap tinggi. Berdasarkan catatan BTN, sejak tahun 2015 ketika program tersebut bergulir, Bank BTN telah menyalurkan pembiayaan untuk sekitar 3,10 juta unit, baik berbentuk KPR subsidi maupun nonsubsidi.

Kendati pertumbuhan KPR subsidi akan berkontraksi, Nixon menilai peluang KPR untuk tetap tumbuh di atas rata-rata pertumbuhan kredit masih sangat besar khususnya di segmen KPR Non Subsidi. Pada ceruk ini, KPR non subsidi bisa tumbuh di kisaran 10-12% atau menyamai pertumbuhan kredit secara umum yang dipatok oleh Bank Indonesia pada tahun 2020 karena banyak faktor yang mendukung.

Menurut Nixon faktor utama tersebut di antaranya, pertama, tumbuhnya kelas emerging affluent, yang diperkirakan mencapai kurang lebih 125 juta orang pada tahun 2020 dan memiliki daya beli yang besar. Dimana mayoritasnya diprediksi adalah generasi milenial. Kedua, penerapan pelonggaran LTV oleh BI yang berlaku mulai Desember 2020 kemungkinan akan berdampak pada tahun 2020. Ketiga adalah akan selesainya proyek-proyek infrastruktur khususnya yang terkait transportasi yang akan meningkatkan permintaan perumahan di kawasan Transit Oriented Development atau TOD.

“Bersaing di ceruk KPR Non subsidi sangat ketat, karena kita bersaing dari sisi cost of fund, untuk itu Bank BTN akan meraih sumber pendanaan jangka panjang sekitar 15 tahun atau lebih sehingga dapat membuat skema KPR yang cicilannya makin terjangkau,” kata Nixon.

Selain mempersiapkan pendanaan jangka panjang yang mumpuni, Bank BTN juga akan meracik program KPR baru yang akan memperkuat segmen bisnis BTN yang lain seperti tabungan, dan transaksi perbankan. “Generasi milenial menjadi sasaran utama, namun bukan berarti kita tidak menggali potensi di generasi lain, karena kami akan menggunakan Big Data Analytic untuk meracik produk atau layanan perbankan yang sesuai dengan karakter nasabah kami, baik KPR atau non KPR,” kata Nixon.

Pengamat ekonomi Aviliani menuturkan, perbankan seperti BTN harus mulai menggaet kaum milenial untuk tertarik memiliki rumah. Salah satunya dengan memberikan tenor atau jangka waktu yang cukup panjang hingga 30 tahun. “Saat ini harusnya generasi milenial yang umurnya 20 tahun bisa diberikan edukasi agar mau memiliki rumah,” ujarnya. (Rakhmat Baihaqi)

(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7513 seconds (0.1#10.140)