Revitalisasi Danau Limboto sebagai Obyek Wisata Jadi Prioritas
A
A
A
JAKARTA - Perhimpunan Persahabatan Indonesia-Jepang (PPIJ) mengajak Federasi Organisasi Ekonomi Jepang (Keidanren) untuk berinvestasi di Indonesia. Ketua Umum PPIJ Rachmat Gobel mengungkapkan, dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, Indonesia memerlukan dana yang besar.
"Indonesia tengah melakukan restorasi ekonomi dalam upaya mendorong transformasi dari negara berpenghasilan menengah (middle income) menuju negara berpenghasilan tinggi (high income) melalui visi Indonesia Emas 2045,"tegas Rachmat dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, kemarin.
Transformasi itu, kata dia, membuka berbagai peluang usaha dan investasi dalam jumlah besar, yang merupakan prospek kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan bagi kedua negara.
Rachmat mengatakan, secara khusus pihaknya melakukan kunjungan ke Perfektur Shiga. Dalam kunjungan ini, Rachmat menjajaki peluang kerjasama dengan pemerintahan daerah Shiga dalam melakukan revitalisasi danau yang menjadi prioritas pemerintah ke depan. Di lingkungan internasional, daerah ini dikenal telah berhasil revitalisasi danau Bhiwa,yang tidak hanya sukses menjadi obyek wisata tapi juga menjadi sumber air minum dan pertanian.
Menurut dia, pihaknya akan mendorong kerjasama Perfektur Shiga dengan pemerintah Provinsi Gorontalo, untuk melakukan revitalisasi danau Limboto. Danau ini mempunyai peran strategis untuk wilayah Gorontalo, namun kini tengah mengalami krisis. Karena terjadi penangkalan, luas danau yang dulunya 8.000 ha kini menyusut menjadi 3.000 ha. Kedalaman yang semula mencapai 12 meter, kini tinggal 3 meter.
“Oleh karena itu perlu pengerukan untuk menyelamatkan danau ini agar bisa kembali berpotensi sebagai daya tarik pariwisata Gorontalo,” kata Rachmat.
Dalam skenario yang dirancang oleh Bappenas, ada tiga tahapan untuk mewujudkan Visi Indonesia 2045 ini. Tahap Pertama adalah penguatan struktur ekonomi yang direncanakan berlangsung sampai 2025. Kemudian Tahap Kedua yaitu percepatan pertumbuhan ekonomi berbasis inovasi berlangsung 2026-2035, dan Tahap Ketiga yaitu modernisasi ekonomi berbasis kualitas dan berkelanjutan yang berlangsung 2036-2045.
Semua itu membutuhkan dana investasi besar. Sebagai gambaran, dalam skenario Bappenas pada tahap I atau penguatan struktur ekonomi sampai 2025 dibutuhkan investasi sedikitnya 34,1% PDB, kemudian pada tahap dua 2026-2035 dibutuhkan investasi 36,4% PDB dan Tahap tiga yaitu pada 2036-2045 dibutuhkan investasi sebesar 38,1% PDB.
“Kami berharap, sebagai salah satu mitra utama kerjasama ekonomi selama ini, dunia saha Jepang yang tergabung dalam Keidanren ikut berkontribusi dalam memanfaatkan peluang kerjasama bisnis yang akan semakin terbuka di Indonesia,” kata Rachmat yang juga Wakil Ketua DPR itu.
Wakil Ketua Federasi Organisasi Ekonomi Jepang (Keidanren) bidang Kebijakan dan Aksi Fumiya Kokubu, mengatakan meski ditengah situasi ekonomi global yang sulit, pengusaha Jepang tetap berkomitmen menanamkan investasinya di Indonesia. "Hubungan ekonomi Jepang - Indonesia harus semakin erat dan kuat, karena Indonesia adalah mitra ekonomi yang sangat strategis di wilayah Asia Tenggara," katanya.
Wakil Ketua Keidanren yang juga Ketua Komite Ekonomi Jepang – Indonesia Ken Kobayashi mengatakan, kemajuan ekonomi yang telah dicapai oleh Indonesia harus dibarengi pola pikir yang berubah, khususnya bagi anak-anak muda yang ingin bekerja.
"Dunia telah berubah. Indonesia yang melimpah dengan sumber daya alam, harus lebih maju daripada Jepang yang tidak memiliki sumber daya alam seperti Indonesia. Mari kita garap bersama dan maju bersama," kata Kobayashi.
Dunia usaha Jepang merupakan investor kedua terbesar di Indonesia. Berdasarkan data Jakarta Japan Club (JJC), dalam 10 tahun terakhir nilai investasi Jepang di Indonesia mencapai USD31 miliar atau sekitar Rp 450 triliun. Investasi ini telah membuka banyak lapangan kerja. Pada 2018 lalu, sekitar 7,2 juta angkatan kerja Indonesia yang bekerja di perusahaan Jepang, naik sekitar 53% dibandingkan 2015 sebesar 4,7 juta orang. (Anton C)
"Indonesia tengah melakukan restorasi ekonomi dalam upaya mendorong transformasi dari negara berpenghasilan menengah (middle income) menuju negara berpenghasilan tinggi (high income) melalui visi Indonesia Emas 2045,"tegas Rachmat dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, kemarin.
Transformasi itu, kata dia, membuka berbagai peluang usaha dan investasi dalam jumlah besar, yang merupakan prospek kerjasama ekonomi yang saling menguntungkan bagi kedua negara.
Rachmat mengatakan, secara khusus pihaknya melakukan kunjungan ke Perfektur Shiga. Dalam kunjungan ini, Rachmat menjajaki peluang kerjasama dengan pemerintahan daerah Shiga dalam melakukan revitalisasi danau yang menjadi prioritas pemerintah ke depan. Di lingkungan internasional, daerah ini dikenal telah berhasil revitalisasi danau Bhiwa,yang tidak hanya sukses menjadi obyek wisata tapi juga menjadi sumber air minum dan pertanian.
Menurut dia, pihaknya akan mendorong kerjasama Perfektur Shiga dengan pemerintah Provinsi Gorontalo, untuk melakukan revitalisasi danau Limboto. Danau ini mempunyai peran strategis untuk wilayah Gorontalo, namun kini tengah mengalami krisis. Karena terjadi penangkalan, luas danau yang dulunya 8.000 ha kini menyusut menjadi 3.000 ha. Kedalaman yang semula mencapai 12 meter, kini tinggal 3 meter.
“Oleh karena itu perlu pengerukan untuk menyelamatkan danau ini agar bisa kembali berpotensi sebagai daya tarik pariwisata Gorontalo,” kata Rachmat.
Dalam skenario yang dirancang oleh Bappenas, ada tiga tahapan untuk mewujudkan Visi Indonesia 2045 ini. Tahap Pertama adalah penguatan struktur ekonomi yang direncanakan berlangsung sampai 2025. Kemudian Tahap Kedua yaitu percepatan pertumbuhan ekonomi berbasis inovasi berlangsung 2026-2035, dan Tahap Ketiga yaitu modernisasi ekonomi berbasis kualitas dan berkelanjutan yang berlangsung 2036-2045.
Semua itu membutuhkan dana investasi besar. Sebagai gambaran, dalam skenario Bappenas pada tahap I atau penguatan struktur ekonomi sampai 2025 dibutuhkan investasi sedikitnya 34,1% PDB, kemudian pada tahap dua 2026-2035 dibutuhkan investasi 36,4% PDB dan Tahap tiga yaitu pada 2036-2045 dibutuhkan investasi sebesar 38,1% PDB.
“Kami berharap, sebagai salah satu mitra utama kerjasama ekonomi selama ini, dunia saha Jepang yang tergabung dalam Keidanren ikut berkontribusi dalam memanfaatkan peluang kerjasama bisnis yang akan semakin terbuka di Indonesia,” kata Rachmat yang juga Wakil Ketua DPR itu.
Wakil Ketua Federasi Organisasi Ekonomi Jepang (Keidanren) bidang Kebijakan dan Aksi Fumiya Kokubu, mengatakan meski ditengah situasi ekonomi global yang sulit, pengusaha Jepang tetap berkomitmen menanamkan investasinya di Indonesia. "Hubungan ekonomi Jepang - Indonesia harus semakin erat dan kuat, karena Indonesia adalah mitra ekonomi yang sangat strategis di wilayah Asia Tenggara," katanya.
Wakil Ketua Keidanren yang juga Ketua Komite Ekonomi Jepang – Indonesia Ken Kobayashi mengatakan, kemajuan ekonomi yang telah dicapai oleh Indonesia harus dibarengi pola pikir yang berubah, khususnya bagi anak-anak muda yang ingin bekerja.
"Dunia telah berubah. Indonesia yang melimpah dengan sumber daya alam, harus lebih maju daripada Jepang yang tidak memiliki sumber daya alam seperti Indonesia. Mari kita garap bersama dan maju bersama," kata Kobayashi.
Dunia usaha Jepang merupakan investor kedua terbesar di Indonesia. Berdasarkan data Jakarta Japan Club (JJC), dalam 10 tahun terakhir nilai investasi Jepang di Indonesia mencapai USD31 miliar atau sekitar Rp 450 triliun. Investasi ini telah membuka banyak lapangan kerja. Pada 2018 lalu, sekitar 7,2 juta angkatan kerja Indonesia yang bekerja di perusahaan Jepang, naik sekitar 53% dibandingkan 2015 sebesar 4,7 juta orang. (Anton C)
(nfl)