Kemenkop UKM Bangun Jiwa Wirausaha Sejak Usia Dini
A
A
A
JAKARTA - Sekretaris Menteri Koperasi dan UKM Rully Indrawan mengakui, masih rendahnya rasio wirausaha di Indonesia karena iklim pendidikan yang dikembangkan di keluarga Indonesia belum kondusif.
"Artinya, orangtua lebih senang kalau anaknya menjadi pegawai. Hal yang sama juga terjadi di dalam dunia pendidikan," ungkap Rully di Jakarta, Selasa (24/12/2019).
Dia menambahkan, bagi sebagian besar guru di Indonesia, siswa berprestasi itu adalah siswa yang hasil ulangannya bagus, pakaiannya rapi, disiplin, penurut, catatannya bagus, rapi dan jelas.
"Padahal, pada dasarnya, ciri seorang enterpreuner bukan orang seperti itu. Orangnya unik. Orang yang out of the box. Orang berpikir A, dia sudah berpikir B," katanya.
Selain itu, lanjut Rully, regulasi di Indonesia banyak ketentuannya. Hal itu menghambat pelaku usaha, karena belum apa-apa, sudah harus urus perizinan dahulu. "Ini direspon pemerintah sekarang. Dengan keluarnya RUU dimana regulasi-regulasi yang menghambat akan dihilangkan. Kita tunggu nanti," tukasnya.
Oleh karena itu, Rully mengajak peran ibu dan keluarga Indonesia mulai membangun iklim kewirausahaan yang baru. "Kita mulai dari pendidikan dan regulasinya. Jadi nanti, jangan ada lagi bacaan anak sekolah yang berbunyi Budi ke sekolah. Ibu Budi membersihkan rumah. Bapak Budi pergi ke kantor. Bacaan yang seharusnya muncul, di buku-buku sekolah adalah Budi ke sekolah. Ibu budi. Ibu pergi ke pasar, jualan. Bapak keluar negeri mengurus ekspor," paparnya.
Dia menambahkan, anak-anak sejak kecil diajarkan bahwa berbisnis adalah hal yang penting. Untuk itu, perlu dikembangkan semangat membangun dan mendidik wirausaha pemula agar mereka menjadi pengusaha yang berdaya saing.
"Artinya, orangtua lebih senang kalau anaknya menjadi pegawai. Hal yang sama juga terjadi di dalam dunia pendidikan," ungkap Rully di Jakarta, Selasa (24/12/2019).
Dia menambahkan, bagi sebagian besar guru di Indonesia, siswa berprestasi itu adalah siswa yang hasil ulangannya bagus, pakaiannya rapi, disiplin, penurut, catatannya bagus, rapi dan jelas.
"Padahal, pada dasarnya, ciri seorang enterpreuner bukan orang seperti itu. Orangnya unik. Orang yang out of the box. Orang berpikir A, dia sudah berpikir B," katanya.
Selain itu, lanjut Rully, regulasi di Indonesia banyak ketentuannya. Hal itu menghambat pelaku usaha, karena belum apa-apa, sudah harus urus perizinan dahulu. "Ini direspon pemerintah sekarang. Dengan keluarnya RUU dimana regulasi-regulasi yang menghambat akan dihilangkan. Kita tunggu nanti," tukasnya.
Oleh karena itu, Rully mengajak peran ibu dan keluarga Indonesia mulai membangun iklim kewirausahaan yang baru. "Kita mulai dari pendidikan dan regulasinya. Jadi nanti, jangan ada lagi bacaan anak sekolah yang berbunyi Budi ke sekolah. Ibu Budi membersihkan rumah. Bapak Budi pergi ke kantor. Bacaan yang seharusnya muncul, di buku-buku sekolah adalah Budi ke sekolah. Ibu budi. Ibu pergi ke pasar, jualan. Bapak keluar negeri mengurus ekspor," paparnya.
Dia menambahkan, anak-anak sejak kecil diajarkan bahwa berbisnis adalah hal yang penting. Untuk itu, perlu dikembangkan semangat membangun dan mendidik wirausaha pemula agar mereka menjadi pengusaha yang berdaya saing.
(ind)