Ini Tips Mengatur Keuangan untuk YouTubers
A
A
A
JAKARTA - Saat ini banyak anak muda yang terinspirasi menjadi seorang youtuber. Impian popularitas dan uang menjadi daya tariknya. Namun butuh proses untuk menggapai semua itu. Belum lagi juga harus pintar mengelola pendapatan yang diperoleh, karena belum tentu bisa menerima pendapatan yang sama setiap bulannya.
Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Dimas Ardhinugraha mengatakan akses ke sosial media semakin mengangkat popularitas youtuber di masyarakat. Popularitas dan uang menjadi sesuatu yang diidam-idamkan, khususnya bagi kalangan milenial. Namun harus diingat prosesnya tidaklah seindah kenyataan. Selain butuh waktu dan proses, terkadang nasib baik juga dibutuhkan untuk menjadi seorang youtuber.
Di tengah ramainya profesi youtuber, sangat mudah bagi seorang youtuber untuk hilang di tengah lautan luas sosial media. Bisa jadi karena lengah tidak memproduksi konten secara berkala. Jadi youtuber itu bukan pekerjaan santai.
Namun juga harus diingat untuk mengatur pendapatan setiap bulannya. Saat konten youtube sudah mulai menghasilkan, berpikirlah untuk mengelola keuangan yang diterima. Harus diingat, besarnya pendapatan yang diterima dari konten tidaklah sama setiap bulannya. Seorang youtuber baik itu yang sedang merintis ataupun sudah sukses, tidak akan pernah tahu sampai kapan kesuksesan itu akan diraih dan bertahan.
"Penghasilan dari profesi semacam ini tidak bisa dipastikan, karena namanya tidak tetap, ada kalanya di satu bulan bisa mendapatkan uang yang banyak, namun di bulan berikutnya justru kurang atau tidak ada yang bisa disimpan," ujar Dimas di Jakarta, Rabu (1/1/2020).
Dengan penghasilan yang naik turun seperti itu, penting sekali untuk membuat catatan keuangan, untuk mengetahui berapa besar pengeluaran tetap yang harus dikeluarkan setiap bulan. Belum lagi, harus dipikirkan juga biaya kesehatan dan benefit-benefit lain yang tidak didapatkan layaknya karyawan kantoran."Penting bagi seorang youtuber untuk menyisihkan pendapatan yang diperolehnya setiap bulan. Nah, tantangannya adalah bagaimana menyisihkan dari penghasilan dan menyesuaikan besaran jumlahnya," ujarnya.
Idealnya, kata dia, youtuber bisa menyisihkan minimal 20% dari penghasilan yang diterima. Namun saat penghasilan besar, tidak ada salahnya menambahkan porsi tersebut. Dari catatan keuangan yang dibuat, akan mudah terlihat berapa yang bisa kita sisihkan setiap bulannya untuk biaya operasional. Penting juga untuk membuat dana darurat.
Setelah bisa menyisihkan penghasilan, ada baiknya dana tersebut diinvestasikan juga agar berkembang. Bagi youtuber yang sewaktu-waktu perlu untuk menggunakan "dana jaga-jaga" kata dia, baiknya investasikan dananya di instrumen investasi dengan risiko rendah dan juga likuid.
"Reksa dana pasar uang dapat menjadi pilihan pilihan instrumen investasi yang tepat untuk keperluan ini karena memiliki karakteristik imbal hasil yang kompetitif dengan deposito dan bisa dicairkan kapan saja karena tidak ada jangka waktu investasi," ujarnya.
Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) Dimas Ardhinugraha mengatakan akses ke sosial media semakin mengangkat popularitas youtuber di masyarakat. Popularitas dan uang menjadi sesuatu yang diidam-idamkan, khususnya bagi kalangan milenial. Namun harus diingat prosesnya tidaklah seindah kenyataan. Selain butuh waktu dan proses, terkadang nasib baik juga dibutuhkan untuk menjadi seorang youtuber.
Di tengah ramainya profesi youtuber, sangat mudah bagi seorang youtuber untuk hilang di tengah lautan luas sosial media. Bisa jadi karena lengah tidak memproduksi konten secara berkala. Jadi youtuber itu bukan pekerjaan santai.
Namun juga harus diingat untuk mengatur pendapatan setiap bulannya. Saat konten youtube sudah mulai menghasilkan, berpikirlah untuk mengelola keuangan yang diterima. Harus diingat, besarnya pendapatan yang diterima dari konten tidaklah sama setiap bulannya. Seorang youtuber baik itu yang sedang merintis ataupun sudah sukses, tidak akan pernah tahu sampai kapan kesuksesan itu akan diraih dan bertahan.
"Penghasilan dari profesi semacam ini tidak bisa dipastikan, karena namanya tidak tetap, ada kalanya di satu bulan bisa mendapatkan uang yang banyak, namun di bulan berikutnya justru kurang atau tidak ada yang bisa disimpan," ujar Dimas di Jakarta, Rabu (1/1/2020).
Dengan penghasilan yang naik turun seperti itu, penting sekali untuk membuat catatan keuangan, untuk mengetahui berapa besar pengeluaran tetap yang harus dikeluarkan setiap bulan. Belum lagi, harus dipikirkan juga biaya kesehatan dan benefit-benefit lain yang tidak didapatkan layaknya karyawan kantoran."Penting bagi seorang youtuber untuk menyisihkan pendapatan yang diperolehnya setiap bulan. Nah, tantangannya adalah bagaimana menyisihkan dari penghasilan dan menyesuaikan besaran jumlahnya," ujarnya.
Idealnya, kata dia, youtuber bisa menyisihkan minimal 20% dari penghasilan yang diterima. Namun saat penghasilan besar, tidak ada salahnya menambahkan porsi tersebut. Dari catatan keuangan yang dibuat, akan mudah terlihat berapa yang bisa kita sisihkan setiap bulannya untuk biaya operasional. Penting juga untuk membuat dana darurat.
Setelah bisa menyisihkan penghasilan, ada baiknya dana tersebut diinvestasikan juga agar berkembang. Bagi youtuber yang sewaktu-waktu perlu untuk menggunakan "dana jaga-jaga" kata dia, baiknya investasikan dananya di instrumen investasi dengan risiko rendah dan juga likuid.
"Reksa dana pasar uang dapat menjadi pilihan pilihan instrumen investasi yang tepat untuk keperluan ini karena memiliki karakteristik imbal hasil yang kompetitif dengan deposito dan bisa dicairkan kapan saja karena tidak ada jangka waktu investasi," ujarnya.
(fjo)