KKP Jadikan Sektor Budidaya Perikanan Sebagai Fokus Utama
A
A
A
BOGOR - Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo, menyebut pengembangan sektor budidaya perikanan menjadi prioritas di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP). Hal ini sesuai dengan amanat Presiden Joko Widodo untuk dapat meningkatkan produktivitas budidaya perikanan di Indonesia.
"Alasan menjadikan sektor budidaya perikaan sebagai fokus utama, karena baru 10% yang tergarap dari potensi yang ada," ujar Edhy di Bogor, Rabu (22/1/2020).
Dan dari 10% itu, menurut Edhy, pengelolaan dan hasilnya belum maksimal. "Padahal bila digarap serius, ini bisa jadi lapangan kerja baru dan meningkatkan devisa," ungkapnya.
Berdasarkan peta potensi perikanan budidaya di KKP, seluruh pulau di Indonesia berpeluang menjadi tempat pembudidayaan. Baik untuk budidaya perikanan air tawar, air payau, dan juga laut.
Lebih mengerucut, Edhy mengharapkan jajarannya mengutamakan budidaya udang.
Sejauh ini, ada sekitar 300 ribu hektar lahan budidaya udang di Indonesia. Dari jumlah tersebut, menghasilkan sekitar 800 ribu ton udang per tahun atau sekitar 2,6 ton per hektar.
"Kita targetkan saja menjadi 5 ton hasil panen per hektarenya," lanjut Edhy.
Dalam mengembangkan sektor budidaya, Edhy mengatakan dirinya tidak hanya akan memaksimalkan lahan yang dimiliki KKP, tapi juga bekerjasama dengan lintas instansi dan lembaga, seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Pemda, serta Perhutani.
Sedangkan dari sisi permodalan, KKP menggandeng perbankan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pihaknya pun siap melakukan pendampingan bagi masyarakat yang akan terjun ke sektor ini.
"Kita dampingi (ke perbankan). Asal niatnya untuk produktivitas," tambahnya.
Di sisi lain, pakan juga menjadi concern KKP. Karena selama ini, salah satu kendala pembudidayaan ikan adalah mahalnya harga pakan. Ia bersama jajaran sedang menggodok pengembangan pakan alternatif berupa maggot (black soldier fly). Harga maggot jauh lebih murah dibanding pakan konvensional. Nutrisinya pun tak kalah, dan dapat mengurangi sampah organik.
"Maggot ini lebih hemat, karena per 0,8 kilogramnya bisa untuk 1 kilogram ikan atau udang. Sedangkan pakan biasa butuh 2 kilogram," pungkas Edhy.
"Alasan menjadikan sektor budidaya perikaan sebagai fokus utama, karena baru 10% yang tergarap dari potensi yang ada," ujar Edhy di Bogor, Rabu (22/1/2020).
Dan dari 10% itu, menurut Edhy, pengelolaan dan hasilnya belum maksimal. "Padahal bila digarap serius, ini bisa jadi lapangan kerja baru dan meningkatkan devisa," ungkapnya.
Berdasarkan peta potensi perikanan budidaya di KKP, seluruh pulau di Indonesia berpeluang menjadi tempat pembudidayaan. Baik untuk budidaya perikanan air tawar, air payau, dan juga laut.
Lebih mengerucut, Edhy mengharapkan jajarannya mengutamakan budidaya udang.
Sejauh ini, ada sekitar 300 ribu hektar lahan budidaya udang di Indonesia. Dari jumlah tersebut, menghasilkan sekitar 800 ribu ton udang per tahun atau sekitar 2,6 ton per hektar.
"Kita targetkan saja menjadi 5 ton hasil panen per hektarenya," lanjut Edhy.
Dalam mengembangkan sektor budidaya, Edhy mengatakan dirinya tidak hanya akan memaksimalkan lahan yang dimiliki KKP, tapi juga bekerjasama dengan lintas instansi dan lembaga, seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Pemda, serta Perhutani.
Sedangkan dari sisi permodalan, KKP menggandeng perbankan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pihaknya pun siap melakukan pendampingan bagi masyarakat yang akan terjun ke sektor ini.
"Kita dampingi (ke perbankan). Asal niatnya untuk produktivitas," tambahnya.
Di sisi lain, pakan juga menjadi concern KKP. Karena selama ini, salah satu kendala pembudidayaan ikan adalah mahalnya harga pakan. Ia bersama jajaran sedang menggodok pengembangan pakan alternatif berupa maggot (black soldier fly). Harga maggot jauh lebih murah dibanding pakan konvensional. Nutrisinya pun tak kalah, dan dapat mengurangi sampah organik.
"Maggot ini lebih hemat, karena per 0,8 kilogramnya bisa untuk 1 kilogram ikan atau udang. Sedangkan pakan biasa butuh 2 kilogram," pungkas Edhy.
(ven)