Dorong Budidaya Ikan Hias, KKP Fokus Sediakan Induk dan Benih Unggul

Kamis, 23 Januari 2020 - 23:01 WIB
Dorong Budidaya Ikan Hias, KKP Fokus Sediakan Induk dan Benih Unggul
Dorong Budidaya Ikan Hias, KKP Fokus Sediakan Induk dan Benih Unggul
A A A
JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan produksi ikan hias sebanyak 1,8 miliar ekor di tahun 2020. Hasil survei pertanian 2013 menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga pembudidaya ikan hias mencapai Rp50,48 juta per tahun atau sekitar Rp4,2 juta per bulan dan merupakan jenis usaha yang memiliki nilai tambah ekonomi paling tinggi.

"Saya kira ini yang bisa memicu animo masyarakat untuk terjun menekuni budidaya ikan hias. Saat ini kita akan menyasar pada jenis-jenis yang punya pangsa ekspor tinggi," ujar Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto di Jakarta, Kamis (23/1/2020).

Berdasarkan catatan KKP, ada lima komoditas dominan yang dibudidayakan masyarakat untuk tujuan ekspor antara lain ikan arwana, koi, cupang, gapi, dan manvis. "Belum lagi saat ini kita sudah mulai fokus untuk menggenjot produksi jenis ikan hias air laut utamanya clownfish," imbuhnya.

Terkait strategi, Slamet menjelaskan bahwa KKP telah menyiapkan langkah konkrit yang fokus utamanya pada peningkatan produksi di hulu, peningkatan nilai tambah dan daya saing impor.

Pada tataran di hulu, KKP terus mendorong penerapan inovasi teknologi yang fokus pada peningkatan efisiensi dan produktivitas. Salah satu teknologi yang dikembangkan adalah sistem Recirculating Aquaculture System (RAS), dimana sistem ini mampu menggenjot produktivitas hingga 100 kali lipat dibanding konvensional. Ia menambahkan, bahwa paket teknologi RAS ini dapat diadopsi secara massal oleh masyarakat yakni dengan sistem mini RAS.

"Supaya lebih merakyat, kami juga merancang mini RAS dan saat ini telah banyak diadopsi, seperti di Ambon dengan Kampung Nemonya", lanjut Slamet.

Disamping itu, penyediaan induk dan benih unggul menjadi fokus yang akan didorong dalam lima tahun ke depan. Hal lain yang akan terus didorong, imbuh Slamet yakni pengembangan varian jenis ikan hias bernilai ekonomis penting. Ia mencontohkan keberhasilan BPBL Ambon yang telah mampu mengembangkan sebanyak 14 strain varian ikan hias clownfish.

Sedangkan pada tataran hilir, KKP bersama sektor terkait akan fokus pada perbaikan tata kelola niaga yang lebih efisien khususnya berkaitan dengan masalah distribusi dan biaya logistik yang masih tinggi.

"Saya kira masalah logistik ini perlu segera dibenahi. Bila perlu ada insentif khusus bagi komoditas ekspor, sehingga nilai tambah ekonominya tidak banyak hilang," tegasnya.

Slamet juga mengatakan bahwa penguatan kualitas/mutu, branding dan promosi produk ikan hias, utamanya ikan hias asli Indonesia perlu di dorong. "Menurut saya, ini penting untuk menaikkan posisi tawar dan daya saing ekspor kita," tuturnya.

Untuk memenuhi kebutuhan benih ikan laut termasuk ikan hias, KKP telah membangun unit hatchery modern berskala besar di Ambon yakni di instalasi Balai Perikanan Budidaya Air Laut (BPBL) Ambon. Unit perbenihan modern yang menerapkan sistem RAS ini mampu memproduksi benih dan ikan hias laut dalam kapasitas besar.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6373 seconds (0.1#10.140)