Sukses Gunakan B20 dan B30 untuk PLTD, PLN Terus Maksimalkan Minyak Sawit
A
A
A
JAKARTA - PT PLN (Persero) berkomitmen terus maksimalkan upaya penggunaan minyak sawit pada sejumlah pembangkit listriknya. Hal ini ditenggarai dengan adanya peningkatan yang signifikan pemanfaatan bahan campuran BBM dan bahan nabati pada pembangkit listrik milik PLN.
Terhitung penggunaan B20/ B30 yang digunakan pada pembangkit PLN pada tahun 2018 mencapai 1.641 kiloliter, dan meningkat menjadi 2.158 kiloliter pada tahun 2019.
"Jumlah ini akan terus meningkat seiring dengan pemanfaatan B20, B30 yang terus kami optimalkan pemanfaatan bahan bakar tersebut," ungkap Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini dalam keterangan resminya, Rabu (29/1/2020).
Penggunaan B20 dan B30 untuk pembangkit listrik sejalan dengan amanah Pemerintah terkait kebijakan untuk memperluas penggunaan B20 dan B30 di sektor industri, guna menekan konsumsi BBM nasional yang selama ini harus diimpor sehingga membebani keuangan negara.
Bahan bakar B20 dan B30 yang digunakan oleh PLN didapat dengan proses kimiawi yang disebut esterifikasi dari minyak nabati seperti CPO dan dicampur dengan minyak solar HSD (High Speed Diesel). Penerapan B20/B30 dalam pembangkit diesel PLN sudah berjalan baik yang ditandai dengan peningkatan penggunaannya dari tahun ke tahun.
Untuk tahap selanjutnya, PLN tengah mengembangkan penggunaan minyak nabati seperti CPO tanpa proses esterifikasi, sehingga seluruh CPO dapat digunakan untuk mesin pembangkit tanpa melalui proses kimiawi yang memerlukan proses dan biaya produksi tambahan. Penelitian ini sekarang telah diujicobakan pada pembangkit diesel, dan menemui kendala yakni tingginya emisi yang dihasilkan dan timbulnya kerak pada mesin pembangkit.
“PLN terus mengembangkan penelitian ini dan mencari jalan keluar terbaik untuk mengatasi residu yang berlebih. Jadi, PLN tidak menyerah atas penggunaan minyak nabati untuk kebutuhan PLTD, kami yakin akan menemukan cara paling optimal dan efisien untuk dapat diterapkan pada pembangkit-pembangkit yang menyuplai listrik bagi masyarakat luas," tegas Zuklkifli.
Dia menambahkan, dalam Rapat Dengar Pendapat di DPR, Selasa (28/1) lalu, PLN telah menyampaikan kepada anggota DPR, proses penelitian untuk menerapkan penggunaan minyak sawit masih terus dilakukan untuk mendapatkan jalan keluar terbaik.
"Kami terus bekerja keras, karena jika CPO dapat digunakan pada mesin-mesin pembangkit diesel PLN, kita dapat mengurangi penggunaan BBM secara signifikan dan memangkas proses esterifikasi," jelas Zulkifli.
Dia menegaskan, PLN mendukung penuh kebijakan Pemerintah terkait penggunaan B20,B30,B100 dan telah mengimplementasikannya untuk bahan bakar beberapa pembangkit PLTD secara bersamaan PLN juga terus melakukan riset untuk memanfaatkan bahan campuran BBM dan bahan nabati tersebut agar lebih maksimal penggunaannya.
"Jadi yang terus kami lakukan adalah melakukan riset lebih mendalam, mengujicobakan berbagai kemungkinan, sampai dihasilkan titik optimum dan efisiensi yang lebih tinggi," pungkasnya.
Terhitung penggunaan B20/ B30 yang digunakan pada pembangkit PLN pada tahun 2018 mencapai 1.641 kiloliter, dan meningkat menjadi 2.158 kiloliter pada tahun 2019.
"Jumlah ini akan terus meningkat seiring dengan pemanfaatan B20, B30 yang terus kami optimalkan pemanfaatan bahan bakar tersebut," ungkap Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini dalam keterangan resminya, Rabu (29/1/2020).
Penggunaan B20 dan B30 untuk pembangkit listrik sejalan dengan amanah Pemerintah terkait kebijakan untuk memperluas penggunaan B20 dan B30 di sektor industri, guna menekan konsumsi BBM nasional yang selama ini harus diimpor sehingga membebani keuangan negara.
Bahan bakar B20 dan B30 yang digunakan oleh PLN didapat dengan proses kimiawi yang disebut esterifikasi dari minyak nabati seperti CPO dan dicampur dengan minyak solar HSD (High Speed Diesel). Penerapan B20/B30 dalam pembangkit diesel PLN sudah berjalan baik yang ditandai dengan peningkatan penggunaannya dari tahun ke tahun.
Untuk tahap selanjutnya, PLN tengah mengembangkan penggunaan minyak nabati seperti CPO tanpa proses esterifikasi, sehingga seluruh CPO dapat digunakan untuk mesin pembangkit tanpa melalui proses kimiawi yang memerlukan proses dan biaya produksi tambahan. Penelitian ini sekarang telah diujicobakan pada pembangkit diesel, dan menemui kendala yakni tingginya emisi yang dihasilkan dan timbulnya kerak pada mesin pembangkit.
“PLN terus mengembangkan penelitian ini dan mencari jalan keluar terbaik untuk mengatasi residu yang berlebih. Jadi, PLN tidak menyerah atas penggunaan minyak nabati untuk kebutuhan PLTD, kami yakin akan menemukan cara paling optimal dan efisien untuk dapat diterapkan pada pembangkit-pembangkit yang menyuplai listrik bagi masyarakat luas," tegas Zuklkifli.
Dia menambahkan, dalam Rapat Dengar Pendapat di DPR, Selasa (28/1) lalu, PLN telah menyampaikan kepada anggota DPR, proses penelitian untuk menerapkan penggunaan minyak sawit masih terus dilakukan untuk mendapatkan jalan keluar terbaik.
"Kami terus bekerja keras, karena jika CPO dapat digunakan pada mesin-mesin pembangkit diesel PLN, kita dapat mengurangi penggunaan BBM secara signifikan dan memangkas proses esterifikasi," jelas Zulkifli.
Dia menegaskan, PLN mendukung penuh kebijakan Pemerintah terkait penggunaan B20,B30,B100 dan telah mengimplementasikannya untuk bahan bakar beberapa pembangkit PLTD secara bersamaan PLN juga terus melakukan riset untuk memanfaatkan bahan campuran BBM dan bahan nabati tersebut agar lebih maksimal penggunaannya.
"Jadi yang terus kami lakukan adalah melakukan riset lebih mendalam, mengujicobakan berbagai kemungkinan, sampai dihasilkan titik optimum dan efisiensi yang lebih tinggi," pungkasnya.
(fjo)