Underpass YIA Dukung Pansela Sebagai Jalur Wisata

Sabtu, 01 Februari 2020 - 00:34 WIB
Underpass YIA Dukung Pansela Sebagai Jalur Wisata
Underpass YIA Dukung Pansela Sebagai Jalur Wisata
A A A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo bersama Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X, didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono meresmikan pembangunan jalan bawah tanah atau underpass Yogyakarta International Airport (YIA) di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta pada Jumat (31/1/2020).

Underpass sepanjang 1,4 kilometer ini merupakan underpass terpanjang di Indonesia telah selesai dikerjakan oleh Kementerian PUPR melalui Ditjen Bina Marga pada 6 Desember 2019 dan telah dibuka untuk umum pada Jumat (24/1) lalu.

Pembangunan underpass ini bertujuan agar akses Jalur Nasional Pantai Selatan (Pansela) Jawa yang menghubungkan Purworejo dan Wates-Yogyakarta tetap terbuka karena pembangunan YIA memotong jalan Pansela yang lama.

"Dengan underpass ini, Jalan Pansela tidak terputus oleh runway YIA. Selain dilengkapi fasilitas standar untuk terowongan, Underpass YIA juga dilengkapi peringatan suara bagi para pengguna jalan agar selalu berhati-hati, menyalakan lampu dan memenuhi batas kecepatan 40 km per jam," terang Basuki dalam keterangan yang diterima SINDOnews di Jakarta.

Disamping itu, beroperasinya underpass YIA juga mendukung Jalur Pansela sebagai alternatif Jalur Pantura yang telah padat lalu lintasnya dan menjadi jalur wisata.

"Kita terus promosikan jalur Pansela Jawa, supaya orang tertarik lewat selatan. Karena tidak hanya jalannya yang bagus, namun juga memiliki pemandangan yang indah karena banyaknya objek wisata," kata Basuki.

Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR, Sugiyartanto, mengatakan Jalur Pansela memiliki ciri khas tersendiri, di mana sebagian besar jalannya berada di dekat Pantai Selatan sehingga potensial menjadi jalur pariwisata.

"Para pengguna jalan dapat menikmati objek wisata di kawasan selatan, termasuk potensi kulinernya. Saya harapkan ekonomi lokal maupun regional bisa berkembang, seperti di Yogyakarta yang memiliki Pantai Drini," terang Sugiyartanto.

Untuk menjamin kenyamanan ruas Pansela sebagai jalur wisata, Underpass YIA dibangun dengan lapisan pelindung sheet pile pada dinding untuk menghindari rembesan air penyebab banjir. Underpass ini juga dilengkapi empat pompa dengan kemampuan mengalirkan debit banjir 5 meter kubik per menit untuk setiap pompa. Debit banjir ini kemudian dialirkan ke sistem drainase yang menyatu dengan bandara kemudian dialirkan ke arah laut.

Untuk keamanan underpass ini juga dilengkapi dengan delapan pintu darurat yang tersebar di sisi kiri dan kanan setiap 250 meter. Underpass ini juga dihiasi dengan ornamen khas Yogyakarta seperti Tari Jathilan, Tari Angguk Putri, Kalamakara dan Setilir Gebleg Renteng.

"Ini bagian dari kearifan lokal, hal ini menggambarkan bahwa teknis tidak harus kaku tetapi bisa mengadopsi budaya lokal. Kebetulan dari Sri Sultan memberi masukan untuk menggunakan ciri khas budaya lokal. Pemilihan ornamen Tari Jathilan yang merupakan seni kerakyatan menggambarkan infrastruktur yang dibangun dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat," tambahnya.

Pembangunan Underpass YIA dimulai pada November 2018 dengan biaya Rp293 miliar bersumber dari Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk Negara Tahun Anggaran 2018-2019.

Underpass YIA terdiri dari konstruksi terowongan (slab tertutup) sepanjang 1.095 meter serta jalan pendekat arah timur dan barat masing-masing sepanjang 158 meter dan 183 meter. Underpass memiliki lebar 7,85 meter, clearance atas 5,2 meter dan samping 18,4 meter. Underpass ini dikerjakan oleh kontraktor PT Wijaya Karya dan MCM KSO.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7627 seconds (0.1#10.140)