Inggris dan Uni Eropa Bercerai Ancam Ekspor Indonesia Terganggu
A
A
A
JAKARTA - Bercerainya Inggris dari Uni Eropa (UE) alias Brexit dinilai berpotensi bakal mempengaruhi arus ekspor di Indonesia. Ekonom Indef Bhima Yudisthira menerangkan, hal itu diperkirakan bakal mempengaruhi jalannya rantai pasok.
Dimana Selama ini Indonesia melakukan ekspor bahan baku industri ke eropa kemudian diolah menjadi produk akhir dan dikirim ke Inggris. "Artinya pola distribusi barang akan mengalami perubahan signifikan. Ini menambah ketidakpastian bagi eksportir bahan baku indonesia," ujar Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta.
Di sisi lain guncangan lain menurutnya juga pasti ada pada sektor keuangan. Meskipun beberapa pelaku pasar sudah price in untk mengantisipasi gejolak paska negosiasi brexit yang berkepanjangan.
"Kita khawatir London tidak lagi menjadi pusat keuangan eropa. Kantor kantor pusat bank dan perusahaan investasi akan pergi dari Inggris. Ini situasi yang mengganggu stabilitas pasar modal global. Apalagi sekarang ada wabah corona yang mempengaruhi kepercayaan investor," ungkapnya.
Sebelumnya Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menerangkan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Namun, yang harus diperhatikan adalah bagaimana kesepakatan yang dibuat antara Inggris dengan Uni Eropa.
"Yang harus diperhatikan adalah dampak jangka panjang bagaimana Uni Eropa dengan Inggris melakukan perjanjian pemisahan itu, apakah tetap bisa menjaga kepentingan keduanya. Dalam artian apa tetap bisa menjaga kepentingan ekonomi," ujar Menkeu Sri Mulyani.
Dimana Selama ini Indonesia melakukan ekspor bahan baku industri ke eropa kemudian diolah menjadi produk akhir dan dikirim ke Inggris. "Artinya pola distribusi barang akan mengalami perubahan signifikan. Ini menambah ketidakpastian bagi eksportir bahan baku indonesia," ujar Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta.
Di sisi lain guncangan lain menurutnya juga pasti ada pada sektor keuangan. Meskipun beberapa pelaku pasar sudah price in untk mengantisipasi gejolak paska negosiasi brexit yang berkepanjangan.
"Kita khawatir London tidak lagi menjadi pusat keuangan eropa. Kantor kantor pusat bank dan perusahaan investasi akan pergi dari Inggris. Ini situasi yang mengganggu stabilitas pasar modal global. Apalagi sekarang ada wabah corona yang mempengaruhi kepercayaan investor," ungkapnya.
Sebelumnya Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menerangkan, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan keluarnya Inggris dari Uni Eropa. Namun, yang harus diperhatikan adalah bagaimana kesepakatan yang dibuat antara Inggris dengan Uni Eropa.
"Yang harus diperhatikan adalah dampak jangka panjang bagaimana Uni Eropa dengan Inggris melakukan perjanjian pemisahan itu, apakah tetap bisa menjaga kepentingan keduanya. Dalam artian apa tetap bisa menjaga kepentingan ekonomi," ujar Menkeu Sri Mulyani.
(akr)