Hunian TOD Makin Seksi di Mata Pengembang

Sabtu, 08 Februari 2020 - 07:03 WIB
Hunian TOD Makin Seksi...
Hunian TOD Makin Seksi di Mata Pengembang
A A A
SEIRING laju pembangunan LRT, lahan-lahan di dekat stasiun LRT pun diserbu pengembang properti. Mereka banyak melakukan pembangunan kawasan transit oriented development (TOD) alias hunian nempel stasiun.

Dari pantauan KORAN SINDO, Kamis (6/2), di stasiun LRT Ciracas saja sudah ada dua lahan untuk hunian berbasis TOD. Ada Sakura Garden City di utara stasiun dan LRT City Urban Signature di selatannya.

Sakura Garden City sendiri lebih menonjolkan lingkungan hijau pada kawasannya. Rencananya, pengembang menyediakan ruang terbuka hijau sebesar 60% dari total luas lahannya.

Apartemen ini dikembangkan PT Sayana Integra Properti. Tipe yang ditawarkan pun beragam mulai dari studio hingga 3BR (bedroom).

Kawasan TOD ini terletak di utara stasiun LRT Ciracas, kira-kira jaraknya berkisar 250m. Selain itu, apartemen ini dapat diakses melalui dua jalur tol utama, tol Jagorawi dan tol Jakarta Outer Ring Road(JORR).

Selain itu, ada pula apartemen besutan anak perusahaan pelat merah PT Adhi Karya, yaitu LRT City Urban Signature. Apartemen ini memiliki konsep tidak jauh berbeda dengan hunian TOD pada umumnya.

Apartemen ini menawarkan tipe studio hingga tipe 3BR(bedroom). LRT City Urban Signature Ciracas sendiri lebih ingin menonjolkan kemudahan dalam bertransportasi bagi penghuninya.

Nantinya sektor properti akan terus berkembang dengan dibangunnya apartemen berbasis TOD ini. Diharapkan ini akan memberikan kemudahan bagi para milenial yang memiliki mobilitas tinggi,” jelas Direktur Teknik dan Pengembangan Usaha PT Adhi Persada Property, Pulung Prahasto.

Lantas, keuntungan apa saja yang diperoleh dari konsep hunian TOD ini? Tujuan utama dari TOD adalah mengintegrasikan dan mendekatkan transportasi massal dengan kawasan hunian, sehingga diharapkan kedepannya dapat mengurangi jumlah kendaraan pribadi yang melintas setiap harinya.

Tidak hanya itu, konsep TOD mampu menunjang segala aktivitas penghuninya dengan lebih efisien. Dalam satu wilayah, para penghuninya bisa melakukan aktivitas seperti berbelanja, tinggal, bersekolah, bekerja, dan berkegiatan lain yang dilakukan hanya dengan berjalan kaki dari dan ke transportasi publik.

Menurut pengamat perkotaan dan transportasi Yayat Supriatna, hunian berbasis akses transportasi seperti TOD yang banyak digarap oleh pemerintah bisa menjadi solusi bagus untuk masyarakat.

“Idealnya, dengan sebuah kawasan yang seperti ini akan mampu memangkas biaya transportasi kaum urban saat ini. Jadi, ada interkoneksi antar moda nya, kemudian dari sisi efisiensi biaya tercapai, waktu juga tercapai,” jelas Yayat.

Manfaat lain dari hunian berkonsep TOD, yaitu membuat kawasan yang kerap mengalami kemacetan bisa lebih lancar setiap harinya dan untuk memberikan masyarakat Indonesia layanan kelas satu.

Yayat mengungkapkan, nantinya hunian TOD yang dekat dengan KRL, MRT, dan LRT bakal makin tinggi permintaannya. Tidak hanya di Jakarta, kawasan penyangga Jakarta seperti Cilebut, Bogor, dan Bekasi sudah mulai dilirik pengembang.

Tidak hanya memberikan manfaat bagi penghuninya, adanya konsep hunian TOD ini juga memberikan manfaat bagi pengembang. Salah satunya mampu menaikkan nilai jual.

Head of Research and Consultancy Savills Indonesia Anton Sitorus mengatakan, apa yang sudah dilakukan pengembang seperti Adhi Properti sebagai perusahaan BUMN dan Metland dari swasta sudah sangat tepat. Terlebih, properti yang dikembangkan memang berada di kawasan strategis dan dekat dengan area transportasi publik maka akan menaikkan harga properti yang sedang dibangun.

“Tentunya pengembang sudah melakukan perhitungan bisnis secara matang kenapa bersedia mengeluar kan dana sendiri untuk membangun stasiun tersebut. Pastinya akan berimbas pada kenaikan value mereka,” tambah Anton.

Pada dasarnya, hunian berkonsep TOD dibagi dalam tiga kategori, yaitu hunian yang melekat dengan stasiun, hunian berjarak kurang dari satu kilometer sehingga dapat ditempuh dengan berjalan kaki, hunian kurang dari lima kilometer sehingga dapat dijangkau dengan mobil atau sepeda motor yang berarti harus disediakan parkir yang cukup.

“Yang paling penting, semua kendaraan pribadi dapat tertahan di rumah masing-masing serta penghuninya menggunakan transportasi massal untuk menuju ke kantor, sekolah, atau kuliah,” jelas pengamat properti Soelaeman Soemawinata.

Terlebih lagi, saat ini hadirnya MRT dan LRT di koridor Bekasi dan Cibubur sedikit banyak akan mengurangi kepadatan lalu lintas di DKI Jakarta. Kini tinggal mempersiapkan kantong-kantong parkir dan fasilitas yang memada.

Adapun mengenai hunian berkonsep TOD yang dinilai mahal sebenarnya dapat difasilitasi dengan kredit pemilikan apartemen(KPA) dengan jangka waktu lebih panjang.

Jika semua pengembang ramai-ramai membangun hunian berkon-sep TOD, lantas bagaimana dengan apartemen yang tidak memiliki akses khusus? Soelaeman mengungkapkan saat ini masyarakat kelas menengah “tanggung” yang bekerja di Jakarta masih senang memilih tinggal di apartemen, karena mereka memikirkan tuntutan perkembangan. “Segmen untuk apartemen yang berada jauh dari sarana transportasi massal masih tetap diminati,” ungkap mantan Ketua Umum REIitu. (Aprilia Sandyna)
(ysw)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7702 seconds (0.1#10.140)