Menperin: Industri Galangan Kapal Perlu Dukungan Pembiayaan
A
A
A
MAKASSAR - Industri galangan kapal di dalam negeri dinilai telah memiliki daya saing yang tinggi karena mampu menghasilkan produk yang berkualitas.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, sumber daya manusia (SDM) industri galangan kapal di dalam negeri sudah kompetitif dengan para teknisi atau tenaga ahli dari luar negeri. Kemampuan ini misalnya ditunjukkan oleh pekerja PT Afta Tehnik Mandiri yang menyelesaikan pembangunan Kapal Ferry Ro-Ro Cargo 1.395 GT "KMP New Rose".
"Tentunya kami sangat bangga terhadap capaian itu, dan kami akan terus mendorong kompetensinya. Bahkan, mereka bisa membuat biaya produksinya bisa jauh lebih murah dibandingkan kapal tipe sejenis dari impor," ujarnya ketika melakukan kunjungan kerja di galangan kapal PT Afta Tehnik Mandiri di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (10/2/2020).
Penyelesaian KMP New Rose memakan waktu sekitar 1,5 tahun dengan melibatkan 40 pekerja. KMP New Rose didesain dan dibangun untuk menyempurnakan kebutuhan yang belum ada di armada perusahaan yang dimiliki sebelumnya.
Agus melanjutkan, industri galangan kapal juga perlu mendapat perhatian dari pemerintah, salah satunya adalah adanya bantuan mengenai pendanaan proses produksi. Sebab, selain padat karya dan padat teknologi, karakteristik industri galangan kapal juga padat modal.
Untuk itu, pihaknya bersama para pemangku kepentingan terkait senantiasa proaktif untuk mendukung kemajuan industri galangan kapal di Tanah Air dengan mengeluarkan program dan kebijakan yang strategis.
"Dalam membangun kapal, mereka membutuhkan biaya yang sangat besar. Sementara proyeknya tidak bisa dijadikan jaminan oleh pihak bank. Sesuai amanat Undang-Undang Perindustrian, pemerintah perlu membangun lembaga pembiayaan itu sendiri," jelasnya.
Di samping itu, kebijakan lainnya yang bakal terus didorong untuk kemajuan industri galangan kapal adalah mengenai pemberian insentif fiskal. "Kebijakan ini dipandang penting karena dapat memberikan keleluasaan industri galangan kapal dalam meningkatkan kemampuan dan daya saing," kata Agus.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, industri perkapalan nasional sudah mencapai beberapa kemajuan, di antaranya peningkatan jumlah galangan kapal menjadi lebih dari 250 perusahaan dengan kapasitas produksi yang mencapai sekitar 1 juta DWT per tahun untuk bangunan baru dan hingga 12 juta DWT per tahun untuk reparasi kapal.
Agus menuturkan, industri galangan kapal ini akan terus didorong agar dapat memenuhi kebutuhan kapal dalam negeri. Upaya ini diharapkan dapat mendukung penggunaan produk dalam negeri dan memperbaiki neraca perdagangan nasional dengan mensubstitusi produk impor.
"Apalagi industri ini bisa membantu program prioritas nasional dalam menciptakan Indonesia sebagai negara poros maritim dunia," tuturnya.
Direktur Utama PT Afta Tehnik Mandiri Andi Baso Buniyamin mengatakan, KMP New Rose didesain dan dibangun untuk menyempurnakan kebutuhan yang belum ada di armada perusahaan yang dimiliki sebelumnya.
Bahkan, mayoritas bahan baku atau komponen yang diserap KMP New Rose berasal dari industri dalam negeri, seperti penggunaan baja hasil produksi PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.
"Tingkat kandungan dalam negerinya cukup tinggi, hampir 80%. Hanya mesin dan peralatan navigasi saja yang masih impor," jelas Baso.
Adapun biaya produksi dalam perakitan KMP News Rose menghabiskan ongkos produksi sebesar Rp40 miliar. "Ongkos ini jauh lebih murah jika dibandingkan dengan kapal buatan luar negeri yang mencapai Rp100 miliar. Jadi lebih hemat 60%," jelasnya.
Nantinya, KMP New Rose akan melayani rute Pelabuban Bansalae Siwa, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, ke Pelabuhan Tobaku, Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara.
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, sumber daya manusia (SDM) industri galangan kapal di dalam negeri sudah kompetitif dengan para teknisi atau tenaga ahli dari luar negeri. Kemampuan ini misalnya ditunjukkan oleh pekerja PT Afta Tehnik Mandiri yang menyelesaikan pembangunan Kapal Ferry Ro-Ro Cargo 1.395 GT "KMP New Rose".
"Tentunya kami sangat bangga terhadap capaian itu, dan kami akan terus mendorong kompetensinya. Bahkan, mereka bisa membuat biaya produksinya bisa jauh lebih murah dibandingkan kapal tipe sejenis dari impor," ujarnya ketika melakukan kunjungan kerja di galangan kapal PT Afta Tehnik Mandiri di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (10/2/2020).
Penyelesaian KMP New Rose memakan waktu sekitar 1,5 tahun dengan melibatkan 40 pekerja. KMP New Rose didesain dan dibangun untuk menyempurnakan kebutuhan yang belum ada di armada perusahaan yang dimiliki sebelumnya.
Agus melanjutkan, industri galangan kapal juga perlu mendapat perhatian dari pemerintah, salah satunya adalah adanya bantuan mengenai pendanaan proses produksi. Sebab, selain padat karya dan padat teknologi, karakteristik industri galangan kapal juga padat modal.
Untuk itu, pihaknya bersama para pemangku kepentingan terkait senantiasa proaktif untuk mendukung kemajuan industri galangan kapal di Tanah Air dengan mengeluarkan program dan kebijakan yang strategis.
"Dalam membangun kapal, mereka membutuhkan biaya yang sangat besar. Sementara proyeknya tidak bisa dijadikan jaminan oleh pihak bank. Sesuai amanat Undang-Undang Perindustrian, pemerintah perlu membangun lembaga pembiayaan itu sendiri," jelasnya.
Di samping itu, kebijakan lainnya yang bakal terus didorong untuk kemajuan industri galangan kapal adalah mengenai pemberian insentif fiskal. "Kebijakan ini dipandang penting karena dapat memberikan keleluasaan industri galangan kapal dalam meningkatkan kemampuan dan daya saing," kata Agus.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, industri perkapalan nasional sudah mencapai beberapa kemajuan, di antaranya peningkatan jumlah galangan kapal menjadi lebih dari 250 perusahaan dengan kapasitas produksi yang mencapai sekitar 1 juta DWT per tahun untuk bangunan baru dan hingga 12 juta DWT per tahun untuk reparasi kapal.
Agus menuturkan, industri galangan kapal ini akan terus didorong agar dapat memenuhi kebutuhan kapal dalam negeri. Upaya ini diharapkan dapat mendukung penggunaan produk dalam negeri dan memperbaiki neraca perdagangan nasional dengan mensubstitusi produk impor.
"Apalagi industri ini bisa membantu program prioritas nasional dalam menciptakan Indonesia sebagai negara poros maritim dunia," tuturnya.
Direktur Utama PT Afta Tehnik Mandiri Andi Baso Buniyamin mengatakan, KMP New Rose didesain dan dibangun untuk menyempurnakan kebutuhan yang belum ada di armada perusahaan yang dimiliki sebelumnya.
Bahkan, mayoritas bahan baku atau komponen yang diserap KMP New Rose berasal dari industri dalam negeri, seperti penggunaan baja hasil produksi PT Krakatau Steel (Persero) Tbk.
"Tingkat kandungan dalam negerinya cukup tinggi, hampir 80%. Hanya mesin dan peralatan navigasi saja yang masih impor," jelas Baso.
Adapun biaya produksi dalam perakitan KMP News Rose menghabiskan ongkos produksi sebesar Rp40 miliar. "Ongkos ini jauh lebih murah jika dibandingkan dengan kapal buatan luar negeri yang mencapai Rp100 miliar. Jadi lebih hemat 60%," jelasnya.
Nantinya, KMP New Rose akan melayani rute Pelabuban Bansalae Siwa, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan, ke Pelabuhan Tobaku, Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara.
(fjo)