Menteri Siti Tindaklanjuti Arahan Presiden dengan Sistematis dan Kelembagaan

Minggu, 16 Februari 2020 - 22:31 WIB
Menteri Siti Tindaklanjuti...
Menteri Siti Tindaklanjuti Arahan Presiden dengan Sistematis dan Kelembagaan
A A A
WONOGIRI - Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya langsung menindaklanjuti arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di lapangan secara tehnis, sistematis, dan kelembagaan terkait rehabitasi lahan, guna mengatasi sedimentasi Dam (waduk) Gajah Mungkur, di Wonogori, Jateng. Dengan tegas, Ia langsung menggelar rapat bersama jajaran eselon I yang juga dihadiri Wamen LHK, Aloe Dohong, sesaat Presiden dan rombongan meninggalkan Desa Jatisari, Kecamatan Jatisrono, Kabupaten Wonogiri.

Dalam rapat, Menteri Siti menegaskan lebih lanjut kepada jajarannya tentang fokus dan maskot program ini dalam bentuk dukungan sarana pembibitan persemaian moderen. Lebih lanjut Ia menerangkan, suplai bibit melalui Kebun Bibit Desa yang harus tersedia di tempat-tempat yang harus dilakukan rehabilitasi.

“Yang perlu dilakukan secara besar-besaran menurut Presiden, bahkan dalam satu provinsi perlu 50 hingga 100 juta bibit. Dan dalam distribusinya kepada masyarakat dengan suplai bibit melalui Kebun Bibit Desa yang harus tersedia di tempat-tempat yang harus dilakukan rehabilitasi. Tercatat tidak kurang dari 25 ribu desa di Indonesia sekitar hutan di antaranya pada bentang alam kelandaian diantara kawasan masyarakat dan hutan,” papar Menteri LHK Siti Nurbaya.

(Baca Juga: Instruksi Presiden Rehabilitasi Lahan, KLHK Bangun 179 Unit Kebun Bibit Desa
Menurutnya kombinasi berbagai perlakuan kerja rehabilitasi DAS termasuk dalam koordinasi tentang ruang dengan pihak-pihak lain perlu dilakukan. Semua itu harus dilakukan dengan pendekatan holistic pada satu system lahan, sehingga pola pencegahan erosi tebing dan longsor berjalan efektif.

“Penataan ruang, pengendaliannya serta pengembalian fungsi retensi air di setiap segmen bentang alam harus menjadi perhatian semua pihak” tegas Menteri Siti di hadapan jajarannya

Dalam kaitan rehabilitasi lahan ini kata Menteri Siti, himbauan dan ajakan Presien pada masyarakat, sudah kit ketahui sama-sama di berbagai kesempatan seperti untuk kegiatan agroforestry, kombinasi antara sengon/albasia dengan vetiver serta dukungan pohon buah-buahan dan porang.

"Ini baik untuk ditanam ditempat yang curam yang rawan longsor, di daerah hulu yang fungsi mengikat tanahnya penting, ini perlu ditanam vetiver," ungkapnya menirukan arahan Presiden Jokowi, di hadapan masyarakat Desa Jatisari, Sabtu lalu.

Presiden menekankan pentingnya pengurusan wilayah hulu Dam, dimana diteragkan juga olehnya model rehabilitasi seperti ini harus dilakukan segera serentak agar untuk menyelamatkan lingkungan di seluruh Indonesia. Seperti diketahui kunjungan kerja Presiden ke Wonogiri, Sabtu untuk bersama-sama masyarakat melakukan penanaman bersama dengan 20187 lubang tanaman bersama masyarakat dalam rangka rehabilitasi lahan guna mengatasi sedimentasi Dam (waduk) Gajah Mungkur.

Pemulihan Lingkungan


Presiden Jokowi dari beberapa rangkaian kerja lapangan sejak di Sukajaya, Jabar dan Srumbung Magelang serta Jatisrono Wonogiri ini melakukan konfirmasi pokok masalah kerusakan lingkungan dan orientasi pemulihan lingkungan yang menjadi prioritas utama harus dilakukan. Menteri Siti melanjutkan, penegasan Presiden kepada jajarannya bahwa Kerja lapangan terkait Dam Gajah Mungkur membuktikan bahwa pendangkalan akibat masuknya sedimen dari wilayah hulu waduk.

Jadi sangat serius harus ada pemulihan atau rehabilitasi lingkungan tidak hanya di hulu Gajah Mungkur, tapi juga semua wilayah hulu waduk yang berfungsi pengairan pada kurang lebih sebanyak 200-an waduk besar di Indonesia. Secara khusus harus dilakukan penanaman vetiver pada wilayah kelerengan atau sloping zones terutama terjal di antaranya dengan bantuan terasering.

Perhatian pada wilayah hulu seperti ini juga harus pada blok unit lahan yang dirikan dari bentuk bentangan lahan, jenis tanah, lereng/kemiringan dan jenis tutupan lahan yang ada. Jadi rehabilitasi dilakukan secara konseptual.

KLHK saat ini memiliki kebun bibit persemaian permanen sebanyak 51 unit dengan kapasitas antara 800 ribu hingga 2 juta bibit yang dimulai pembangunannya sejak tahun 2011. Selain itu ada Kebun Bibit Rakyat yang dibangun lebih kurnag 1500-an unit tiap tahun dengan kapasitas 30 ribu bibit.

Arahan dasar dari Presiden agar operasional diatur untuk wilayah berat masalah lingkungan lahan kritis dan wilayah strategis seperti IKN dan destinasi wisata dibangun nursery atau persemaian permanen modern dan kapasitas besar. Untuk wilayah berat seperti Jawa dengan beban pemulihan sangat tinggi akan dibangun nursery dengan kapasitas sampai engan 50-100 juta dan areal nursery induk yang disiapkan arealnya 500 sampai dengan 1000 ha.

Untuk Sumatera dan Kalimantan nursery dengan kapasitas 50 juta bibit dan Sulawesi 30 hingga 50 juta bibit. Juga di Bali Nustra, Maluku dan Papua. Selain itu secara khusus dan nanti akan diatur sinergi kebun bibit di spot -spot khusus seperti calon Ibukota negara Kalimantan dan destinasi wisata di 5 wilayah.

Selanjutnya disiapkan sistem berjenjang dengan persemaian permanen yang sudah ada 51 unit dan kebun bibit desa yang akan terus dibangun tiap tahun. Tahun 2020 ini sudah tersedia dana APBN untuk 1500 unit kebun bibit desa, dan dengan pendekatan besar-besaran sekarang. Maka sebetulnya ada kebutuhan dalam satu tahun setidaknya untuk 5000 an desa per satu tahun.

“Sangat jelas sasaran yang akan dicapai berdasarkan perintah Bapak Presiden yaitu segera pulihkan lingkungan, RHL atau rehabilitasi hutan dan lahan dengan sistem engineering landscape (bangunan konservasi tanah dan air/ KTA) serta penanaman pohon dan nursery atau persemaian pembibitan menjadi maskot kegiatannya," papar Menteri Siti.
(akr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.2340 seconds (0.1#10.140)