Tenaga Kerja Sektor Pertanian Diserap Sektor Industri Lain
A
A
A
JAKARTA - Porsi sektor pertanian terhadap pembentukan PDB semakin menurun dan digantikan dengan sektor sekunder dan tersier lainnya. Pada tahun 2000, sektor pertanian menyumbang PDB sebesar 15,6%. Sementara pada tahun 2019, kontribusi sektor pertanian turun menjadi 12,72%. Penurunan kontribusi PDB ini digantikan dengan peningkatan share sektor lain terutama sektor jasa bukan industri.
Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Hermanto Siregar mengatakan, tenaga kerja sektor pertanian yang menurun diserap oleh sektor industri yang terus berkembang, terutama industri pengolah hasil pertanian. "Sumber daya manusia (SDM) di pertanian sudah mengalami penuaan. Kemudian kendala berikutnya sekitar 70% dari petani kita hanya tamat SD atau lebih rendah," ujarnya di Jakarta, Selasa (18/2).
Sambung dia melanjutkan, produktivitas petani juga relatif rendah sehingga tidak memiliki keterampilan lainnya yang memadai seperti pengolahan hasil pertanian. "Perlu program penyiapan petani muda terdidik yang berasal dari keluarga petani. Ini membutuhkan kerja sama dengan perguruan tinggi," ungkapnya.
Di sisi lain, jumlah penyuluh pertanian Indonesia cenderung menurun dari 28.494 orang pada tahun 2013 menjadi 25.738 orang tahun 2018. "Sementara tugas penyuluhan yang dialihkan ke pemerintah daerah terkesan kurang efektif dilaksanakan," tutur Hermanto.
Hermanto menambahkan, kebijakan pemerintah untuk petani hendaklah berfokus pada peningkatan kesejahteraan petani. Industri pengolahan hasil-hasil pertanian di pedesaan perlu ditumbuh-kembangkan. "Kelayakan kebijakan subsidi harga output (yang diterima petani) perlu dipertimbangkan," jelasnya.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Mirah Midadan mengatakan, generasi milenial yang bekerja di lapangan desa semakin menurun dalam tiga tahun terakhir. Upah buruh riil petani yang lebih rendah dari upah buruh bangunan menjadi salah satu dasar milenial malas berkecimpung di sektor pertanian.
"Kebanyakan generasi milenial berkecimpung di jasa keuangan, kesehatan, asuransi, dan lainnya. Banyak juga milenial di sektor industri tapi tidak sebanyak di sektor jasa," jelasnya.
Ketua Umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Hermanto Siregar mengatakan, tenaga kerja sektor pertanian yang menurun diserap oleh sektor industri yang terus berkembang, terutama industri pengolah hasil pertanian. "Sumber daya manusia (SDM) di pertanian sudah mengalami penuaan. Kemudian kendala berikutnya sekitar 70% dari petani kita hanya tamat SD atau lebih rendah," ujarnya di Jakarta, Selasa (18/2).
Sambung dia melanjutkan, produktivitas petani juga relatif rendah sehingga tidak memiliki keterampilan lainnya yang memadai seperti pengolahan hasil pertanian. "Perlu program penyiapan petani muda terdidik yang berasal dari keluarga petani. Ini membutuhkan kerja sama dengan perguruan tinggi," ungkapnya.
Di sisi lain, jumlah penyuluh pertanian Indonesia cenderung menurun dari 28.494 orang pada tahun 2013 menjadi 25.738 orang tahun 2018. "Sementara tugas penyuluhan yang dialihkan ke pemerintah daerah terkesan kurang efektif dilaksanakan," tutur Hermanto.
Hermanto menambahkan, kebijakan pemerintah untuk petani hendaklah berfokus pada peningkatan kesejahteraan petani. Industri pengolahan hasil-hasil pertanian di pedesaan perlu ditumbuh-kembangkan. "Kelayakan kebijakan subsidi harga output (yang diterima petani) perlu dipertimbangkan," jelasnya.
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Mirah Midadan mengatakan, generasi milenial yang bekerja di lapangan desa semakin menurun dalam tiga tahun terakhir. Upah buruh riil petani yang lebih rendah dari upah buruh bangunan menjadi salah satu dasar milenial malas berkecimpung di sektor pertanian.
"Kebanyakan generasi milenial berkecimpung di jasa keuangan, kesehatan, asuransi, dan lainnya. Banyak juga milenial di sektor industri tapi tidak sebanyak di sektor jasa," jelasnya.
(akr)