Penyaluran Kredit BCA Tembus Rp603,7 Triliun
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk dan entitas anak berhasil membukukan laba bersih setelah pajak menjadi Rp28,6 triliun atau naik 10,5%. Adapun penyaluran kredit meningkat 9,5% menjadi Rp603,7 triliun.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, pertumbuhan kredit terutama didukung oleh segmen bisnis, termasuk kredit korporasi yang tumbuh 11,1% menjadi Rp236,9 triliun. Ditambah ada peningkatan kredit komersial & SME sebesar 12,0% menjadi Rp202,9 triliun pada Desember 2019.
"Sementara itu, kredit konsumer tumbuh 4,3% menjadi Rp158,3 triliun, di mana segmen KPR tumbuh 6,5% menjadi Rp93,7 triliun, KKB turun 1,1% menjadi Rp47,6 triliun, dan outstanding kartu kredit tumbuh 9,4% menjadi Rp14,1 triliun," kata Jahja saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (20/2/2020).
Pada periode yang sama, pembiayaan Syariah tumbuh 15,2% menjadi Rp5,6 triliun. Pertumbuhan kredit BCA yang berkelanjutan dapat tercapai berkat kualitas kredit yang terjaga melalui penerapan prinsip kehati-hatian secara konsisten.
Rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) tercatat pada level 1,3% pada Desember 2019, dibandingkan 1,4% pada tahun sebelumnya. "Kami berkomitmen untuk terus melakukan investasi jaringan dan menciptakan inovasi digital untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang terus berkembang," paparnya.
Dengan upaya-upaya tersebut, BCA dapat mencapai pertumbuhan dana inti rasio dana murah (CASA) yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 9,9%, menjadi Rp532,0 triliun dan berkontribusi sebesar 75,5% dari total dana pihak ketiga (DPK) pada Desember 2019. Adapun jumlah rekening dana pihak ketiga juga menunjukan tren peningkatan, sebesar 14,2% dan hampir mencapai 22 juta rekening pada akhir 2019 melalui layanan pembukaan rekening online maupun di cabang.
Sementara itu, deposito mengalami pertumbuhan 14,4%, mencapai Rp172,8 triliun. Pada akhir tahun, total dana pihak ketiga tumbuh sebesar 11,0% menjadi Rp704,8 triliun.
Direktur BCA Vera Eve Lim menambahkan, peningkatan beban operasional juga diimbangi oleh pertumbuhan pendapatan operasional. Di sisi pendapatan, BCA membukukan pertumbuhan pendapatan operasional sebesar 13,6% menjadi Rp71,6 triliun.
Hal tersebut didukung oleh kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 12,1% menjadi Rp50,8 triliun dan pertumbuhan pendapatan operasional lainnya sebesar 17,5% menjadi Rp20,8 triliun. Sedangkan di sisi biaya, beban operasional meningkat 11,2% menjadi Rp30,7 triliun, sehingga rasio cost to income (CIR) terkelola dengan baik dan tercatat sebesar 43,7%.
Adapun rasio kecukupan modal (CAR) dan rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) tercatat pada level yang sehat masing-masing sebesar 23,8% dan 80,5%. Rasio pengembalian terhadap aset (ROA) tercatat sebesar 4,0% sementara rasio pengembalian terhadap ekuitas (ROE) sebesar 18,0%.
Pada tahun 2019, sambung Vera, BCA telah menyelesaikan akusisi Bank Royal. Aksi korporasi tersebut sejalan dengan program konsolidasi perbankan nasional. BCA juga telah mengakuisisi saham PT Bank Rabobank International Indonesia (Rabobank Indonesia) dari Grup Rabobank.
Transaksi ini mengikuti rencana Grup Rabobank untuk menghentikan operasional di Indonesia sejalan dengan perubahan pada strategi global grup. Akuisisi ini ditandai dengan penandatangan perjanjian jual beli bersyarat (Conditional Sale and Purchase Agreement atau CSPA) antara kedua pihak pada 11 Desember 2019 lalu, yang tunduk pada persetujuan OJK.
Memasuki tahun 2020, BCA tetap optimistis terhadap potensi ekonomi Indonesia dan soliditas sektor perbankan nasional. “Kami akan mengkaji berbagai peluang bisnis dengan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian di tahun 2020. BCA akan kembali berinvestasi dalam memperkuat kapabilitas di bidang teknologi digital untuk terus meningkatkan keunggulan kompetitifnya," pungkasnya.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, pertumbuhan kredit terutama didukung oleh segmen bisnis, termasuk kredit korporasi yang tumbuh 11,1% menjadi Rp236,9 triliun. Ditambah ada peningkatan kredit komersial & SME sebesar 12,0% menjadi Rp202,9 triliun pada Desember 2019.
"Sementara itu, kredit konsumer tumbuh 4,3% menjadi Rp158,3 triliun, di mana segmen KPR tumbuh 6,5% menjadi Rp93,7 triliun, KKB turun 1,1% menjadi Rp47,6 triliun, dan outstanding kartu kredit tumbuh 9,4% menjadi Rp14,1 triliun," kata Jahja saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (20/2/2020).
Pada periode yang sama, pembiayaan Syariah tumbuh 15,2% menjadi Rp5,6 triliun. Pertumbuhan kredit BCA yang berkelanjutan dapat tercapai berkat kualitas kredit yang terjaga melalui penerapan prinsip kehati-hatian secara konsisten.
Rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) tercatat pada level 1,3% pada Desember 2019, dibandingkan 1,4% pada tahun sebelumnya. "Kami berkomitmen untuk terus melakukan investasi jaringan dan menciptakan inovasi digital untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang terus berkembang," paparnya.
Dengan upaya-upaya tersebut, BCA dapat mencapai pertumbuhan dana inti rasio dana murah (CASA) yang lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 9,9%, menjadi Rp532,0 triliun dan berkontribusi sebesar 75,5% dari total dana pihak ketiga (DPK) pada Desember 2019. Adapun jumlah rekening dana pihak ketiga juga menunjukan tren peningkatan, sebesar 14,2% dan hampir mencapai 22 juta rekening pada akhir 2019 melalui layanan pembukaan rekening online maupun di cabang.
Sementara itu, deposito mengalami pertumbuhan 14,4%, mencapai Rp172,8 triliun. Pada akhir tahun, total dana pihak ketiga tumbuh sebesar 11,0% menjadi Rp704,8 triliun.
Direktur BCA Vera Eve Lim menambahkan, peningkatan beban operasional juga diimbangi oleh pertumbuhan pendapatan operasional. Di sisi pendapatan, BCA membukukan pertumbuhan pendapatan operasional sebesar 13,6% menjadi Rp71,6 triliun.
Hal tersebut didukung oleh kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 12,1% menjadi Rp50,8 triliun dan pertumbuhan pendapatan operasional lainnya sebesar 17,5% menjadi Rp20,8 triliun. Sedangkan di sisi biaya, beban operasional meningkat 11,2% menjadi Rp30,7 triliun, sehingga rasio cost to income (CIR) terkelola dengan baik dan tercatat sebesar 43,7%.
Adapun rasio kecukupan modal (CAR) dan rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) tercatat pada level yang sehat masing-masing sebesar 23,8% dan 80,5%. Rasio pengembalian terhadap aset (ROA) tercatat sebesar 4,0% sementara rasio pengembalian terhadap ekuitas (ROE) sebesar 18,0%.
Pada tahun 2019, sambung Vera, BCA telah menyelesaikan akusisi Bank Royal. Aksi korporasi tersebut sejalan dengan program konsolidasi perbankan nasional. BCA juga telah mengakuisisi saham PT Bank Rabobank International Indonesia (Rabobank Indonesia) dari Grup Rabobank.
Transaksi ini mengikuti rencana Grup Rabobank untuk menghentikan operasional di Indonesia sejalan dengan perubahan pada strategi global grup. Akuisisi ini ditandai dengan penandatangan perjanjian jual beli bersyarat (Conditional Sale and Purchase Agreement atau CSPA) antara kedua pihak pada 11 Desember 2019 lalu, yang tunduk pada persetujuan OJK.
Memasuki tahun 2020, BCA tetap optimistis terhadap potensi ekonomi Indonesia dan soliditas sektor perbankan nasional. “Kami akan mengkaji berbagai peluang bisnis dengan tetap menerapkan prinsip kehati-hatian di tahun 2020. BCA akan kembali berinvestasi dalam memperkuat kapabilitas di bidang teknologi digital untuk terus meningkatkan keunggulan kompetitifnya," pungkasnya.
(akr)