Agus Gumiwang Sebut Iklim Usaha di Indonesia Tetap Kondusif

Selasa, 03 Maret 2020 - 02:36 WIB
Agus Gumiwang Sebut Iklim Usaha di Indonesia Tetap Kondusif
Agus Gumiwang Sebut Iklim Usaha di Indonesia Tetap Kondusif
A A A
JAKARTA - Industri manufatur Indonesia kembali menunjukkan geliat positif pada Februari 2020. Hal ini tercermin dari capaian Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia yang dirilis oleh IHS Markit, dengan memperlihatkan kenaikan dari 49,3 pada bulan Januari ke posisi 51,9 pada Februari 2020.

Peningkatan PMI manufaktur Indonesia tersebut, pertama kalinya pada kondisi bisnis sejak bulan Juni lalu. Poin PMI di atas angka 50 menandakan bahwa sejumlah sektor manufaktur masih melakukan upaya perluasan usaha atau ekspansif.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, pihaknya tetap optimistis terhadap kepercayaan diri dari para investor di sektor industri yang masih tumbuh.

"Melalui laporan tersebut, kami optimistis terhadap kepercayaan diri dari para investor di sektor industri yang masih tumbuh. Selain itu, mereka juga melihat bahwa iklim usaha di Indonesia tetap kondusif," ujarnya dalam siaran pers di Jakarta, Senin (2/3/2020).

Menurut data IHS Markit, kenaikan PMI manufaktur Indonesia bulan Februari didorong oleh bisnis baru dan kecepatan ekspansi output. Akibatnya, sejumlah perusahaan menambahkan lebih banyak karyawan dan aktivitas pembelian.

Indeks yang dirilis setiap bulan tersebut, memberikan gambaran tentang kinerja industri pengolahan pada suatu negara, yang berasal dari pertanyaan seputar jumlah produksi, permintaan baru, ketenagakerjaan, inventori, dan waktu pengiriman.

Survei PMI manufaktur dikompilasi dari respons bulanan terhadap kuesioner yang dikirimkan kepada eksekutif pembelian di lebih dari 300 perusahaan industri yang dibagi dalam delapan kategori, yakni logam dasar, kimia dan plastik, listrik dan optik, makanan dan minuman, teknik mesin, tekstil dan busana, kayu dan kertas, serta transportasi.

Menanggapi hasil survei PMI Februari 2020, Kepala Ekonom IHS Markit, Bernard Aw, mengatakan sektor manufaktur Indonesia menunjukkan perbaikan tentatif pada Februari. Dengan data PMI menunjukkan perbaikan pertama pada kondisi operasional dalam delapan bulan. Namun demikian, kenaikan indeks headline dipengaruhi oleh goncangan negatif pada rantai pasokan.

"Sementara itu timbul kekhawatiran terkait dengan rantai pasokan. Data survei menunjukkan penurunan tajam pada kinerja pemasok selama hampir tiga tahun, yang sering kali dikaitkan dengan hujan lebat dan kekurangan bahan baku di pemasok China akibat serangan virus corona," ujarnya.

Dia melanjutkan, jika situasi ini berlanjut, perusahaan perlu berjuang untuk menaikkan volume produksi disebabkan kekurangan input.

Diakui, dampak wabah penyakit virus corona (Covid-19) turut memukul dan menyeret turun kinerja manufaktur sejumlah negara Asia, setelah merontokkan aktivitas manufaktur di China.

"Korea Selatan dan Jepang, dua negara dengan jumlah kasus virus korona yang terus bertambah di luar China, menunjukkan penurunan tajam dalam produksi, berdasarkan survei manajer pembelian yang dirilis oleh IHS Markit," jelasnya.

Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers' Index/PMI) Korea Selatan turun ke level terendah empat bulan di 48,7 pada Februari 2020 dari 49,8 pada Januari 2020. Adapun PMI manufaktur Jepang yang dirilis Jibun Bank Japan turun ke 47,8, yang merupakan angka terendah sejak Mei 2016. Sementara itu, PMI manufaktur Taiwan turun ke bawah level 50.

Di Asia Tenggara, Thailand dan Malaysia tetap bertahan di bawah level 50, sedangkan PMI Vietnam turun ke level terendah lebih dari enam tahun di 49. Data sentimen manufaktur tersebut menunjukkan virus korona berdampak di seluruh kawasan Asia, mengganggu rantai pasokan dan menekan permintaan.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5873 seconds (0.1#10.140)