Bahan Baku Mulai Langka, Menperin: Industri Harus Cari Negara Alternatif

Rabu, 04 Maret 2020 - 20:15 WIB
Bahan Baku Mulai Langka, Menperin: Industri Harus Cari Negara Alternatif
Bahan Baku Mulai Langka, Menperin: Industri Harus Cari Negara Alternatif
A A A
JAKARTA - Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, untuk mengantisipasi turunnya produksi akibat kelangkaan bahan baku, industri harus melakukan aksi korporasi untuk mencari pemasok dari negara alternatif.

Hal ini menyusul masih adanya wabah virus corona di China yang telah menyebar ke beberapa negara. "30% impor untuk bahan baku industri suka atau tidak suka, saya harus akui memang dari China. Oleh sebab itu, sekarang industri harus melakukan corporate action untuk mencari negara-negara alternatif untuk mendapatkan bahan baku agar proses produksi di masing-masing industri tidak mengalami gangguan," ujarnya pada Rapat Kerja Kementerian Perdagangan (Kemendag) di Jakarta, Rabu (4/3/2020).

Agus melanjutkan, pemerintah juga akan turut membantu memudahkan proses impor bahan baku seperti memberikan keringanan bea masuk khusus untuk bahan baku industri.

"Jadi kalau impor bukan bahan baku industri itu tidak kita berikan keringanan. Impor-impor yang tujuannya untuk mendatangkan bahan baku industri, itu kita akan beri keringanan bea masuknya, kalau bisa dinolkan jauh lebih bagus," jelasnya.

Agus menuturkan, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga meminta perbankan memberikan keringanan penerbitan letter of credit atau LC untuk eksportir dan importir bahan baku. Menurut Agus, pihaknya telah menjalin komunikasi dengan Gubernur Bank Indonesia, Kementerian BUMN, dan Himbara.

"Itu dua tools kita untuk membantu para industri. Karena kalau tidak, bahan baku yang selama ini didapat dari China, yang kemudian harus dicari ke negara lain, wajar saja kalau harganya pasti lebih tinggi, dibandingkan dengan harga yang mereka dapat dari China," tuturnya.

Menurut Agus, beberapa negara yang potensial untuk menjadi alternatif menggantikan China diantaranya Turki dan India. "Misalnya untuk billet, itu kan bahan baku yang bisa didapat di India, Turki. Kalau untuk steel misalnya India. Banyak. Jadi masing-masing industri harus melakukan corporate action," jelasnya.

Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S Lukman mengakui dalam mencari pemasok bahan baku dari negara alternatif selain China tidak mudah. Terutama negara yang terkait dengan perjanjian dagang.

"Kami sudah sampaikan ke pemerintah memang tidak mudah tapi kami berupaya untuk menyikapinya. Apalagi industri makanan dan minuman perlu sertifikasi halal yang harus kita penuhi," ujarnya.

Menurut Adhi, beberapa negara yang bisa menjadi alternatif pemasok bahan baku antara lain Australia, Selandia Baru, Vietnam, dan Thailand.

"India juga kami sedang menjajaki dan juga dari beberapa negara. Misalnya untuk jus buah itu ada potensi dari Afrika. Itu juga ada yang kita jajaki," ungkapnya.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3463 seconds (0.1#10.140)