Kinerja Positif, Saham Lippo Karawaci Kembali Diburu Investor
A
A
A
JAKARTA - Saham PT Lippo Karawaci Tbk. tercatat menjadi salah satu yang paling aktif diperdagangkan oleh investor asing sepanjang perdagangan bursa satu minggu ke belakang. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (3/3) lalu, harga saham emiten bersandi LPKR tersebut memimpin daftar saham teraktif yang paling diincar oleh investor asing dengan total pembelian saham mencapai sekitar 17,43 juta lembar saham.
Pada perdagangan Senin kemarin (9/3/2020), perputaran saham LPKR juga meningkat menjadi 21,15 juta lembar, menempati posisi keempat daftar saham yang paling diminati investor asing. Selain LPKR, ada juga saham PT H.M. Sampoerna Tbk. (HMSP), WSBP, GIAA, TELE, ANTM, TLKM, MDKA, BHIT, PNLF yang diburu investor asing. Sebelumnya pada 30 Januari, 3 Februari, dan 13 Februari 2020, saham LPKR juga menjadi saham yang paling banyak diburu oleh investor asing.
Minat investor asing pada saham LPKR juga mengindikasikan persepsi investor bahwa LPKR memiliki prospek positif. Meski memang sentimen tersebut masih bersifat jangka pendek, namun menjadi indikator positif. Dengan proporsi recurring income besar dapat mendorong sentimen positif. Juga menjadi salah satu indikator perusahaan memiliki fundamental yang kuat.
Analis OSO Sekuritas, Sukarno Alatas, menilai LPKR menjadi saham teraktif juga didorong aspek teknikal. “Untuk LPKR kenapa menjadi saham teraktif lebih dikarenakan teknikal,” ujar Sukarno, Selasa (10/3/2020).
Di sisi lain, LPKR yang memiliki bisnis di sektor kesehatan melalui Siloam Hospital, dalam jangka panjang secara kinerja bakal positif. Secara keseluruhan, bisnis LPKR memang fokus di bidang properti dan kesehatan. Bisnis di sektor itu secara animo memang masih cukup baik. Sektor kesehatan masih menarik karena merupakan segmen bisnis yang dibutuhkan oleh masyarakat. Kemudian, bisnis properti dan rumah sakit akan menghasilkan pendapatan berulang (recurring income).
“Disaat kondisi kesadaran kesehatan dan antisipasi masyarakat terhadap virus Corona meningkat seharusnya sektor kesehatan bisa diuntungkan. Maka ada peluang kinerjanya bisa lebih baik. Tapi untuk pergerakan sahamnya sendiri masih cenderung bearish, belum terlalu berdampak sekarang, tapi untuk jangka panjang, pasti positif,” kata Sukarno.
Yang pasti, kesehatan emiten dengan proporsi recurring income yang besar menjadi kekuatan terbesar LPKR menghadapi ketidakpastian ekonomi, salah satunya akibat virus corona. Asal bisa memaksimalkan apa yang ditargetkan perusahaan dan bisa memanfaatkan dengan baik kondisi penurunan suku bunga dan insentif lain yang ada, dalam jangka panjang kinerja akan tetap positif.
“Dengan dana segar yang didapatkan, harapannya LPKR akan melakukan berbagai upaya agar dapat meningkatkan kinerja ke depannya," urai Sukarno.
Head of Research Reliance Sekuritas Indonesia, Lanjar Nafi, mengatakan, kinerja positif LPKR sejalan dengan tren bisnis di sektor properti yang tumbuh positif. Apalagi, dari sisi bunga juga saat ini masih kompetitif. Dengan kepemilikan aset yang besar, juga struktur permodalan kuat, kata dia, LPKR diyakini makin mudah melakukan ekspansi bisnis.
Kinerja positif juga karena aksi korporasi yang dilakukan direspons positif oleh pasar. Belum lagi, data pembukuan LPKR menyebutkan lebih dari 70 persen dari pendapatan Lippo Karawaci berasal dari recurring income alias pendapatan berulang, yang memberikan stabilitas di saat situasi pasar bergejolak. Divisi healthcare dan mal menjadi penopang pertumbuhan pendapatan yang kuat.
Dalam jangka panjang, kinerja LPKR diprediksi terus meningkat di 2020 sebagai akibat dari dijalankannya strategi deleverage dan keberhasilan kepemimpinan manajemen. Tak hanya itu, LPKR juga dinilai lihai dalam membaca arah bisnis sekaligus mendapat dukungan dari berbagai mitra strategis. Dukungan konsumen properti atas berbagai inovasi perseroan juga mendukung kinerja positif perseroan.
Pada perdagangan Senin kemarin (9/3/2020), perputaran saham LPKR juga meningkat menjadi 21,15 juta lembar, menempati posisi keempat daftar saham yang paling diminati investor asing. Selain LPKR, ada juga saham PT H.M. Sampoerna Tbk. (HMSP), WSBP, GIAA, TELE, ANTM, TLKM, MDKA, BHIT, PNLF yang diburu investor asing. Sebelumnya pada 30 Januari, 3 Februari, dan 13 Februari 2020, saham LPKR juga menjadi saham yang paling banyak diburu oleh investor asing.
Minat investor asing pada saham LPKR juga mengindikasikan persepsi investor bahwa LPKR memiliki prospek positif. Meski memang sentimen tersebut masih bersifat jangka pendek, namun menjadi indikator positif. Dengan proporsi recurring income besar dapat mendorong sentimen positif. Juga menjadi salah satu indikator perusahaan memiliki fundamental yang kuat.
Analis OSO Sekuritas, Sukarno Alatas, menilai LPKR menjadi saham teraktif juga didorong aspek teknikal. “Untuk LPKR kenapa menjadi saham teraktif lebih dikarenakan teknikal,” ujar Sukarno, Selasa (10/3/2020).
Di sisi lain, LPKR yang memiliki bisnis di sektor kesehatan melalui Siloam Hospital, dalam jangka panjang secara kinerja bakal positif. Secara keseluruhan, bisnis LPKR memang fokus di bidang properti dan kesehatan. Bisnis di sektor itu secara animo memang masih cukup baik. Sektor kesehatan masih menarik karena merupakan segmen bisnis yang dibutuhkan oleh masyarakat. Kemudian, bisnis properti dan rumah sakit akan menghasilkan pendapatan berulang (recurring income).
“Disaat kondisi kesadaran kesehatan dan antisipasi masyarakat terhadap virus Corona meningkat seharusnya sektor kesehatan bisa diuntungkan. Maka ada peluang kinerjanya bisa lebih baik. Tapi untuk pergerakan sahamnya sendiri masih cenderung bearish, belum terlalu berdampak sekarang, tapi untuk jangka panjang, pasti positif,” kata Sukarno.
Yang pasti, kesehatan emiten dengan proporsi recurring income yang besar menjadi kekuatan terbesar LPKR menghadapi ketidakpastian ekonomi, salah satunya akibat virus corona. Asal bisa memaksimalkan apa yang ditargetkan perusahaan dan bisa memanfaatkan dengan baik kondisi penurunan suku bunga dan insentif lain yang ada, dalam jangka panjang kinerja akan tetap positif.
“Dengan dana segar yang didapatkan, harapannya LPKR akan melakukan berbagai upaya agar dapat meningkatkan kinerja ke depannya," urai Sukarno.
Head of Research Reliance Sekuritas Indonesia, Lanjar Nafi, mengatakan, kinerja positif LPKR sejalan dengan tren bisnis di sektor properti yang tumbuh positif. Apalagi, dari sisi bunga juga saat ini masih kompetitif. Dengan kepemilikan aset yang besar, juga struktur permodalan kuat, kata dia, LPKR diyakini makin mudah melakukan ekspansi bisnis.
Kinerja positif juga karena aksi korporasi yang dilakukan direspons positif oleh pasar. Belum lagi, data pembukuan LPKR menyebutkan lebih dari 70 persen dari pendapatan Lippo Karawaci berasal dari recurring income alias pendapatan berulang, yang memberikan stabilitas di saat situasi pasar bergejolak. Divisi healthcare dan mal menjadi penopang pertumbuhan pendapatan yang kuat.
Dalam jangka panjang, kinerja LPKR diprediksi terus meningkat di 2020 sebagai akibat dari dijalankannya strategi deleverage dan keberhasilan kepemimpinan manajemen. Tak hanya itu, LPKR juga dinilai lihai dalam membaca arah bisnis sekaligus mendapat dukungan dari berbagai mitra strategis. Dukungan konsumen properti atas berbagai inovasi perseroan juga mendukung kinerja positif perseroan.
(akr)