Bursa Rebound, Saham Emiten Properti Ini Ikut Melesat

Selasa, 02 Juni 2020 - 05:05 WIB
loading...
Bursa Rebound, Saham Emiten Properti Ini Ikut Melesat
Saham PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) misalnya, pada Jumat (29/5) pekan lalu bertengger di Rp184 atau naik 8,88% di banding penutupan sehari sebelumnya. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Setelah sempat tertekan akibat Covid-19, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kini mulai menghijau. Tak ketinggalan, sejumlah saham emiten properti pun mulai rebound.

Saham PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) misalnya, pada Jumat (29/5) pekan lalu bertengger di Rp184,00 atau naik 8,88% di banding penutupan sehari sebelumnya. Adapun pada Pada Rabu (27/5) LPKR masih di Rp150 per saham.

Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas menilai LPKR yang memiliki bisnis inti di sektor properti juga kesehatan akan memiliki kinerja positif dalam jangka panjang. Sektor kesehatan dianggap menarik karena merupakan segmen bisnis yang saat ini benar-benar dibutuhkan masyarakat. "Akan ada peluang kinerjanya bisa lebih baik," kata Sukarno.

(Baca Juga: Pendapatan Lippo Karawaci Tembus Rp12,25 Triliun)

Kesehatan emiten dengan proporsi recurring income yang besar menurutnya menjadi kekuatan terbesar LPKR menghadapi ketidakpastian ekonomi. "Asal bisa memaksimalkan apa yang menjadi target perusahaan dan memanfaatkan dengan baik kondisi penurunan suku bunga dan insentif lain yang ada, dalam jangka panjang kinerja akan tetap positif," katanya.

Sukarno menilai kenaikan yang terjadi dalam pergerakan IHSG bersifat technical rebound. Rebound saham ini bersifat jangka pendek merespons pelonggaran PSBB. Pasar merespon positif akan berlakunya new normal. "Indonesia termasuk bagian negara yang diperkirakan pulih lebih cepat setelah China akibat pandemi ini," ucap Sukarno kepada media.

Dia menyampaikan bahwa capaian kinerja positif sejumlah emiten properti di 2019 tetap harus dilihat secara komprehensif mengingat situasinya pasti terus positif jika tidak terjadi pandemi Covid-19. Kebijakan new normal diharapkan akan meningkatkan kembali kepercayaan investor sehingga kinerja emiten pun menjadi semakin positif.

Yang pasti, kata dia, pelonggaran pembatasan sosial serta berlakunya kenormalan baru, akan menimbulkan optimisme dan memungkinkan kinerja operasional mal dan sektor properti berangsur pulih. Hal ini sejalan dengan membaiknya konsumsi masyarakat.

Untuk diketahui, LPKR sudah melaporkan kinerja 2019 yang mencatatkan peningkatan penjualan 7,6% pada 2019. LPKR meraih pendapatan Rp12,25 triliun sepanjang 2019. Kenaikan pendapatan disumbang oleh pertumbuhan segmen pendapatan berulang alias recuring income yang dimotori oleh anak usaha, PT Siloam Hospitals Tbk (SILO).

SILO meraup pendapatan sebesar Rp7,02 triliun sepanjang tahun lalu atau naik 17,7%. Unit bisnis rumah sakit itu berkontribusi 75,1% terhadap total pendapatan berulang LPKR. Kenaikan pendapatan SILO tak lepas dari pembukaan rumah sakit baru pada kuartal IV/2019. Rumah sakit yang dikelola mencapai 37 rumah sakit per akhir Desember 2019. Bisnis rumah sakit mampu mengimbangi penurunan pada bisnis properti dari tahun ke tahun.

Pada kuartal I/2020 LPKR membukukan prapenjualan atau marketing sales sebesar Rp703 miliar. Jumlah tersebut setara dengan 28% dari target prapenjualan sepanjang 2020 sebanyak Rp2,5 triliun. Pra-penjualan pada kuartal IV/2019 merupakan prapenjualan kuartal tertinggi sepanjang sejarah secara signifikan telah meningkatkan posisi kas LPKR. Hal ini akan mebantu mengatasi ketidakpastian ekonomi dan membangun fondasi untuk bangkit kembali pasca Covid-19.

LPKR telah memperkuat posisi kas dengan saldo kas dan setara kas sebesar Rp4,69 triliun pada 2019 dibandingkan dengan Rp1,82 triliun pada akhir tahun 2018. Pada 2019, LPKR melaporkan total utang sebesar Rp12,25 triliun menurun sebesar Rp2,62 triliun dari tahun sebelumnya. Hal itu menyebabkan rasio utang bersih terhadap ekuitas meningkat secara signifikan menjadi 0,22 kali pada 2019 dibandingkan dengan 0,53 kali pada akhir tahun 2018.

LPKR berencana untuk memanfaatkan peluang untuk mendiversifikasi utang dari dolar AS dengan lebih banyak utang dalam mata uang rupiah karena saat ini utang berdenominasi dolar sebesar 92% dari total utang.
(fai)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1652 seconds (0.1#10.140)