Bursa Rontok, BEI: Jangan Panik, Berpikir Realistis
A
A
A
JAKARTA - Pasar saham Indonesia menerima hantaman akibat memuncaknya kekhawatiran akan penyebaran virus corona telah menjadi epidmei global. Untuk kedua kalinya, perdagangan di bursa dihentikan sementara (trading halt) setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali terpuruk di sesi pertama perdagangan akhir pekan ini ke level 4.649,97 atau anjlok 5,02%.
Dalam situasi panik ini, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno mengimbau agar para investor tetap bersikap bijak dalam melakukan investasi. Pada momen seperti ini, kata dia, diperlukan cara berpikir realistis dimana sebagian besar harga saham mengalami penurunan sangat dalam.
"Kita di sini ingin investor untuk melihat situasi dengan realistis. Ini saatnya belanja. Dari ROE (Return On Equity) kita tinggi sekali," ujar Inarno di gedung BEI Jakarta, Jumat (13/3/2020).
Inarno menjelaskan, bukan hanya pasar saham Tanah Air, namun hampir semua bursa di negara tetangga juga mengalami hal yang sama. Pihaknya selaku regulator pun telah melakukan beberapa kebijakan mengantisipasi situasi ini seperti pelarangan shortselling dan mengubah kebijakan auto rejection.
"Ini agar at least investor itu tak ikut menjual. Karena kalau kita lihat secara mendalam, sayang kalau dijual pada harga ini. Investor harus rasional, jangan ikutan panik, kita bukan ngomongin protokol krisis, tapi kita ada hitung-hitungannya secara global,” tuturnya.
Inarno menambahkan, dalam situasi saat ini, pihak BEI sedang saling berkoordinasi dengan sesama regulator untuk melakukan langkah bersama dalam menekan pelemahan pasar modal.
“Kondisi sekarang ini sering kita temui. Kita selalu ada ukurannya, kapan kita lakukan, tujuannya sama, agar tidak one sided, jual semua terus, agar investor tak panik karena teman temannya jual. Kita kasih waktu yang cukup agar investor menyadari situasi," tutupnya.
Dalam situasi panik ini, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno mengimbau agar para investor tetap bersikap bijak dalam melakukan investasi. Pada momen seperti ini, kata dia, diperlukan cara berpikir realistis dimana sebagian besar harga saham mengalami penurunan sangat dalam.
"Kita di sini ingin investor untuk melihat situasi dengan realistis. Ini saatnya belanja. Dari ROE (Return On Equity) kita tinggi sekali," ujar Inarno di gedung BEI Jakarta, Jumat (13/3/2020).
Inarno menjelaskan, bukan hanya pasar saham Tanah Air, namun hampir semua bursa di negara tetangga juga mengalami hal yang sama. Pihaknya selaku regulator pun telah melakukan beberapa kebijakan mengantisipasi situasi ini seperti pelarangan shortselling dan mengubah kebijakan auto rejection.
"Ini agar at least investor itu tak ikut menjual. Karena kalau kita lihat secara mendalam, sayang kalau dijual pada harga ini. Investor harus rasional, jangan ikutan panik, kita bukan ngomongin protokol krisis, tapi kita ada hitung-hitungannya secara global,” tuturnya.
Inarno menambahkan, dalam situasi saat ini, pihak BEI sedang saling berkoordinasi dengan sesama regulator untuk melakukan langkah bersama dalam menekan pelemahan pasar modal.
“Kondisi sekarang ini sering kita temui. Kita selalu ada ukurannya, kapan kita lakukan, tujuannya sama, agar tidak one sided, jual semua terus, agar investor tak panik karena teman temannya jual. Kita kasih waktu yang cukup agar investor menyadari situasi," tutupnya.
(fjo)