Lockdown Picu Perlambatan Industri, Ekonom: Perlu Kebijakan Tepat
A
A
A
JAKARTA - Wabah Covid-19 atau virus Corona di Indonesia sudah menyebar luas bahkan ke daerah-daerah selain DKI Jakarta. Opsi untuk melakukan lockdown pun tetap terbuka jika penyebaran wabah ini semakin parah.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan apabila di-lockdown, kerugiannya tentu akan berdampak pada turunnya aktivitas ekonomi yang pada akhirnya berdampak pada turunnya aktivitas industri manufaktur.
"Hal ini didasarkan contoh China yang melakukan lockdown pada Februari lalu. Indeks Prompt Manufacturing Index (PMI) nya terjun bebas dari bulan Januari. Selain itu penjualan mobil juga pertumbuhannya mengalami kontraksi hingga minus 80%," ujar Yusuf kepada Sindonews di Jakarta, Senin (23/3/2020).
Dia mengatakan bahwa perlambatan industri manufaktur tentu perlu diwaspadai bagi Indonesia karena 20% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia bergantung pada sektor ini.
"Namun keuntungannya tentu akan lebih mudah untuk memperlambat penyebaran pandemi bukan hanya di Jakarta namun juga Indonesia. Hal ini mempercepat potensi Indonesia mengakhiri pandemi ini. Semakin cepat kita pulih dari virus ini semakin cepat pula aktivitas ekonomi bisa kembali seperti sedia kala," terang Yusuf.
Jika berkaca dari China, sektor usaha, dalam hal ini industri, kesulitan melakukan produksi karena pekerjanya dilarang untuk bekerja. Oleh karena itu, Yusuf menuturkan bahwa akan penting merancang kebijakan yang tepat khususnya untuk pelaku usaha sebelum pemerintah memberlakukan lockdown.
Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan apabila di-lockdown, kerugiannya tentu akan berdampak pada turunnya aktivitas ekonomi yang pada akhirnya berdampak pada turunnya aktivitas industri manufaktur.
"Hal ini didasarkan contoh China yang melakukan lockdown pada Februari lalu. Indeks Prompt Manufacturing Index (PMI) nya terjun bebas dari bulan Januari. Selain itu penjualan mobil juga pertumbuhannya mengalami kontraksi hingga minus 80%," ujar Yusuf kepada Sindonews di Jakarta, Senin (23/3/2020).
Dia mengatakan bahwa perlambatan industri manufaktur tentu perlu diwaspadai bagi Indonesia karena 20% Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia bergantung pada sektor ini.
"Namun keuntungannya tentu akan lebih mudah untuk memperlambat penyebaran pandemi bukan hanya di Jakarta namun juga Indonesia. Hal ini mempercepat potensi Indonesia mengakhiri pandemi ini. Semakin cepat kita pulih dari virus ini semakin cepat pula aktivitas ekonomi bisa kembali seperti sedia kala," terang Yusuf.
Jika berkaca dari China, sektor usaha, dalam hal ini industri, kesulitan melakukan produksi karena pekerjanya dilarang untuk bekerja. Oleh karena itu, Yusuf menuturkan bahwa akan penting merancang kebijakan yang tepat khususnya untuk pelaku usaha sebelum pemerintah memberlakukan lockdown.
(ind)