Pengunduh Aplikasi Jenius BTPN Tumbuh 97,8% di 2019

Rabu, 25 Maret 2020 - 03:34 WIB
Pengunduh Aplikasi Jenius BTPN Tumbuh 97,8% di 2019
Pengunduh Aplikasi Jenius BTPN Tumbuh 97,8% di 2019
A A A
JAKARTA - PT Bank BTPN Tbk berhasil mencatatkan pertumbuhan pengguna yang mengunduh (men-download) aplikasi digital Jenius. Hingga akhir Desember 2019, jumlah pengguna yang terdaftar di Jenius mencapai lebih dari 2,4 juta nasabah atau tumbuh 97,8% dari tahun sebelumnya.

“Kami merupakan pionir bank digital. Sehingga Jenius akan terus berinovasi dengan fitur-fitur baru yang unik dan relevan dengan nasabah. Karena kami percaya platform ini akan memainkan peran penting dalam pengembangan bisnis ritel Bank BTPN di masa depan,” ujar Direktur Utama BTPN Ongki Wanadjati Dana di Jakarta, Selasa (24/3/2020).

Dampak inovasi digital di BTPN, sepanjang 2019 perseroan berhasil menghimpun dana masyarakat senilai Rp145,8 triliun. Ini artinya meningkat 81% dari pencapaian di 2018.

Jumlah tersebut terdiri dari dana pihak ketiga (DPK) senilai Rp86,9 triliun, pinjaman pihak lain Rp52,9 triliun, serta pinjaman subordinasi Rp6 triliun.

"Dari total DPK, kami sukses meningkatkan porsi dana murah (CASA) menjadi 28% pada 2019. Jauh lebih tinggi dibandingkan pada 2018 yang sebesar 13%," ujarnya.

Ongki mengakui pihaknya terus melakukan berbagai inovasi demi ekspansi penyaluran kredit ke segmen kecil dan menengah hingga prasejahtera. Perseroan mengandalkan anak usahanya BTPN Syariah dan aplikasi digital Jenius.

Pertumbuhan kredit usaha kecil dan menengah serta kelompok prasejahtera produktif bisa dilakukan dengan kinerja anak usahanya BTPN Syariah.

"Kami ingin menjadi bank pilihan utama di Indonesia yang dapat memberikan perubahan berarti dalam kehidupan jutaan orang. Ini terutama dengan dukungan teknologi digital," ujar Ongki.

Dalam hal kecukupan likuiditas, BTPN memiliki liquidity coverage ratio (LCR) sebesar 219% dan net stable funding ratio (NSFR) sebesar 113%. Ini jauh di atas ketentuan minimum regulator 100%.

Sebagai informasi, LCR merupakan instrumen untuk menghitung rasio likuiditas jangka pendek, sedangkan NSFR untuk menghitung rasio likuiditas jangka panjang.

Sampai akhir Desember 2019, aset BTPN juga tercatat sebesar Rp181,6 triliun atau tumbuh 79% secara tahunan. Adapun laba bersih setelah pajak (net profit after tax/NPAT) mencapai Rp2,6 triliun, meningkat 40%.

Dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 24,2%, perseroan masih memiliki kemampuan melakukan ekspansi yang kuat. Perlu digarisbawahi, pencapaian ini menggunakan perbandingan antara kondisi bank setelah merger dan bank sebelum merger.

“Dengan dinamika perekonomian yang ada, performa ini kami syukuri. Ini akan memotivasi kami untuk melayani lebih banyak jutaan masyarakat,” ujarnya.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3442 seconds (0.1#10.140)