Harga Pangan Terkendali, Inflasi Maret Diprediksi Turun ke 0,13%
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan inflasi bulan Maret 2020 menurun menjadi sebesar 0,13% secara bulanan (month of month/MoM) dari bulan sebelumnya yang tercatat 0,28% MoM.
Adapun inflasi tahunan per bulan Maret diperkirakan mencapai 2,99% year on year (YoY) dari bulan sebelumnya yang tercatat 2,98% YoY. "Inflasi bulan Maret oleh penurunan inflasi barang bergejolak dan stabilnya inflasi inti," ujar Josua saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Selasa (31/3/2020).
Dia pun merinci inflasi pada kelompok harga bergejolak diperkirakan cenderung rendah terindikasi dari penurunan harga sebagian besar komoditas pangan seperti beras (-0,2% MoM), daging ayam (-2,5% MoM), daging sapi (-0,2% MoM), bawang merah (-4,4% MoM), bawang putih (-11,1% MoM), cabai merah (-21,1% MoM), cabai rawit (-19,4% MoM) dan minyak goreng (-0,9% MoM).
"Sementara beberapa harga komoditas pangan yang cenderung naik antara lain telur ayam (2,9% MoM) dan gula pasir (13,5% MoM)," jelasnya.
Dia menambahkan, tren penurunan harga komoditas pangan tersebut menunjukkan koordinasi pengendalian inflasi di tingkat nasional dan daerah cenderung baik di tengah Covid-19 ini termasuk dengan membuka keran impor beberapa komoditas pangan tidak dapat dipenuhi dari dalam negeri seperti bawang putih.
Selain itu, kondisi panen raya yang terjadi pada bulan Maret-April pada tahun ini juga turut mendorong stabilnya sebagian besar harga pangan.
"Meskipun demikian, inflasi kelompok kesehatan cenderung meningkat seiring meningkatnya permintaan obat-obatan dan alat kesehatan dalam rangka penanganan Covid 19," katanya.
Sementara itu, inflasi inti cenderung stabil di kisaran 2,79% YoY dari bulan sebelumnya yang tercatat 2,76% YoY, dipengaruhi oleh inflasi sisi permintaan yang cenderung rendah. Potensi kenaikan inflasi inti didorong oleh kenaikan harga emas sepanjang bulan Maret yang didorong oleh peningkatan permintaan emas di pasar global di tengah ketidakpastian akibat Covid-19.
Adapun inflasi tahunan per bulan Maret diperkirakan mencapai 2,99% year on year (YoY) dari bulan sebelumnya yang tercatat 2,98% YoY. "Inflasi bulan Maret oleh penurunan inflasi barang bergejolak dan stabilnya inflasi inti," ujar Josua saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Selasa (31/3/2020).
Dia pun merinci inflasi pada kelompok harga bergejolak diperkirakan cenderung rendah terindikasi dari penurunan harga sebagian besar komoditas pangan seperti beras (-0,2% MoM), daging ayam (-2,5% MoM), daging sapi (-0,2% MoM), bawang merah (-4,4% MoM), bawang putih (-11,1% MoM), cabai merah (-21,1% MoM), cabai rawit (-19,4% MoM) dan minyak goreng (-0,9% MoM).
"Sementara beberapa harga komoditas pangan yang cenderung naik antara lain telur ayam (2,9% MoM) dan gula pasir (13,5% MoM)," jelasnya.
Dia menambahkan, tren penurunan harga komoditas pangan tersebut menunjukkan koordinasi pengendalian inflasi di tingkat nasional dan daerah cenderung baik di tengah Covid-19 ini termasuk dengan membuka keran impor beberapa komoditas pangan tidak dapat dipenuhi dari dalam negeri seperti bawang putih.
Selain itu, kondisi panen raya yang terjadi pada bulan Maret-April pada tahun ini juga turut mendorong stabilnya sebagian besar harga pangan.
"Meskipun demikian, inflasi kelompok kesehatan cenderung meningkat seiring meningkatnya permintaan obat-obatan dan alat kesehatan dalam rangka penanganan Covid 19," katanya.
Sementara itu, inflasi inti cenderung stabil di kisaran 2,79% YoY dari bulan sebelumnya yang tercatat 2,76% YoY, dipengaruhi oleh inflasi sisi permintaan yang cenderung rendah. Potensi kenaikan inflasi inti didorong oleh kenaikan harga emas sepanjang bulan Maret yang didorong oleh peningkatan permintaan emas di pasar global di tengah ketidakpastian akibat Covid-19.
(ind)