Ada Program Buyback Saham, Pasar Modal Diyakini Akan Stabil
A
A
A
JAKARTA - Adanya program buyback saham diyakini akan bisa menstabilkan pasar modal di tengah gejolak yang diakibatkan wabah virus corona (Covid-19). Terlebih, pemerintah telah mengumumkan paket stimulus untuk melawan dampak negatif pandemi tersebut.
Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, dalam jangka pendek terutama dalam periode ketidakpastian saat ini para pelaku pasar memang lebih mementingkan kas. Karena itu, pelaku pasar memilih menjual aset berisiko dan memegang kas. Namun, imbuh dia, dalam jangka panjang, strategi buyback diyakini akan menguntungkan perusahaan dan pemegang saham.
Dia melanjutkan, pasar saham Indonesia juga sempat menguat merespons paket stimulus fiskal senilai Rp405,1 triliun yang diumumkan Presiden Joko Widodo untuk melawan dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian.
"Angka prediksi yang jelek juga akan menjadi kekuatan dan sentimen positif ketika data realisasi ternyata nanti lebih baik dari perkiraan," ujar Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee di Jakarta, Sabtu (4/4/2020).
Dari luar, sambung dia, sejumlah sentimen positif diyakini akan mendukung penguatan pasar. Dia mencontohkan, Presiden AS Donald Trump telah berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad Bin Salman terkait pengurangan produksi minyak mentah. Hal ini diyakini positif bagi harga minyak mentah dunia meski permintaan masih cenderung turun akibat lockdown berbagai negara.
Sementara itu, sentimen dari Wall Street masih negatif terkait penyebaran Covid-19 di AS. Telah ada 1.098.762 kasus Covid-19 di dunia dengan 59.172 kematian di mana Negeri Paman Sam memimpin dengan 277.467 kasus dengan 7.402 kematian.
Menurut dia, pasar dalam dua pekan ke depan akan memperhatikan pernyataan Presiden Donald Trump yang mengatakan mereka bersiap dengan lonjakan kasus virus corona baru dalam dua pekan ke depan. "Ditambah dengan lonjakan kasus Covid-19, kami memperkirakan indeks-indeks di Wall Street akan cenderung tertekan pekan depan," jelasnya.
Terkait dengan itu, dia memperkirakan IHSG berpeluang konsolidasi melemah terkoreksi di awal-awal pekan dan kembali menguat di akhir pekan depan. Pergerakan IHSG menurutnya masih akan sangat di pengaruhi pasar global dan regional.
"Support IHSG di level 4.393 sampai 3.918 dan resistance di level 4.848 sampai 5.112. Cenderung BOW (buy on weakness) atau beli ketika terjadi pelemahan di pasar," tutupnya.
Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan, dalam jangka pendek terutama dalam periode ketidakpastian saat ini para pelaku pasar memang lebih mementingkan kas. Karena itu, pelaku pasar memilih menjual aset berisiko dan memegang kas. Namun, imbuh dia, dalam jangka panjang, strategi buyback diyakini akan menguntungkan perusahaan dan pemegang saham.
Dia melanjutkan, pasar saham Indonesia juga sempat menguat merespons paket stimulus fiskal senilai Rp405,1 triliun yang diumumkan Presiden Joko Widodo untuk melawan dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian.
"Angka prediksi yang jelek juga akan menjadi kekuatan dan sentimen positif ketika data realisasi ternyata nanti lebih baik dari perkiraan," ujar Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee di Jakarta, Sabtu (4/4/2020).
Dari luar, sambung dia, sejumlah sentimen positif diyakini akan mendukung penguatan pasar. Dia mencontohkan, Presiden AS Donald Trump telah berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad Bin Salman terkait pengurangan produksi minyak mentah. Hal ini diyakini positif bagi harga minyak mentah dunia meski permintaan masih cenderung turun akibat lockdown berbagai negara.
Sementara itu, sentimen dari Wall Street masih negatif terkait penyebaran Covid-19 di AS. Telah ada 1.098.762 kasus Covid-19 di dunia dengan 59.172 kematian di mana Negeri Paman Sam memimpin dengan 277.467 kasus dengan 7.402 kematian.
Menurut dia, pasar dalam dua pekan ke depan akan memperhatikan pernyataan Presiden Donald Trump yang mengatakan mereka bersiap dengan lonjakan kasus virus corona baru dalam dua pekan ke depan. "Ditambah dengan lonjakan kasus Covid-19, kami memperkirakan indeks-indeks di Wall Street akan cenderung tertekan pekan depan," jelasnya.
Terkait dengan itu, dia memperkirakan IHSG berpeluang konsolidasi melemah terkoreksi di awal-awal pekan dan kembali menguat di akhir pekan depan. Pergerakan IHSG menurutnya masih akan sangat di pengaruhi pasar global dan regional.
"Support IHSG di level 4.393 sampai 3.918 dan resistance di level 4.848 sampai 5.112. Cenderung BOW (buy on weakness) atau beli ketika terjadi pelemahan di pasar," tutupnya.
(fjo)