Pembangunan kereta supercepat butuh dukungan
A
A
A
Sindonews.com – Rencana pemerintah membangun megaproyek kereta supercepat Argo Cahaya senilai Rp180 triliun harus didukung berbagai pihak agar bisa terealisasi.
Ketua Forum Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno mengatakan, pembangunan kereta supercepat rute Jakarta-Surabaya yang biayanya sangat besar itu seharusnya tidak menggunakan dana dari APBN.
”Sebenarnya telah banyak investor asing yang berminat untuk berinvestasi baik dari segi pendanaan maupun pembangunannya,” kata Djoko kepada Sindo melalui sambungan telepon di Jakarta, kemarin.
Pembangunan kereta supercepat yang diperkirakan memiliki waktu tempuh Jakarta-Surabaya hanya 2 jam 53 menit ini, menurut dia, sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Alasannya, kedua kota besar di Indonesia tersebut masyarakatnya memiliki mobilitas yang cukup tinggi, baik untuk tujuan bisnis maupun perjalanan wisata.
Pemerintah juga harus mempermudah proses izin jika ada investor asing yang berminat untuk terlibat dalam pembangunan Argo Cahaya. Agar mempercepat dan memudahkan pembangunan kereta supercepat ini di Indonesia, dia menjelaskan, seharusnya lahan yang digunakan milik pemerintah atau BUMN. Sedangkan, cara lainnya melalui pembangunan dengan sistem jalan layang (elivated).
”Saat ini pemerintah juga telah membangun proyek jalur kereta api rel ganda (double track) di lintas utara Jawa sepanjang 723 km. Jalur ini seharusnya dikhususkan pada angkutan barang,sedangkan Argo Cahaya untuk angkutan penumpang,” tuturnya.
Pengamat Perkeretaapian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Taufik Hidayat pesimistis pembangunan megaproyek kereta supercepat dapat terealisasi pembangunannya. Menurut dia, ukuran rel kereta yang ada saat ini yaitu sebesar 1.067 milimeter (mm) hanya mampu untuk operasional kereta dengan kecepatan hingga 120 km/jam.
”Sedangkan untuk kecepatan kereta hingga 300 km/jam ukuran standarnya yaitu 1.435 mm, sehingga belum memungkinkan jika pemerintah akan membangun kereta supercepat,” kata Taufik melalui telepon, kemarin.
Dia memberikan alternatif agar pemerintah bisa membangun jalur kereta supercepat yaitu melalui jalan layang. Namun, dana yang dibutuhkan untuk jalur kereta dengan sistem jalan layang ini cukup besar. Menurut Taufik, Pemerintah China sempat menawarkan pinjaman kepada Pemerintah Indonesia sebesar Rp150 triliun untuk pembangunan jalur kereta supercepat dengan jalan layang.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Tunjung Inderawan mengatakan, pada tahap awal pembangunan Argo Cahaya, pemerintah dan Japan International Coorperation Agency (JICA) akan membuat prastudi kelayakan.
”Kalau pembangunan jalur ganda kereta api lintas utara Jawa sudah selesai pada 2014, kereta supercepat ini sudah dapat dijadikan prioritas untuk dibangun,” kata Tunjung. Rencana membangun kereta supercepat dengan kecepatan rata-rata 300 km/jam tersebut merupakan suatu program jangka panjang yang terencana.
Ketua Forum Perkeretaapian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno mengatakan, pembangunan kereta supercepat rute Jakarta-Surabaya yang biayanya sangat besar itu seharusnya tidak menggunakan dana dari APBN.
”Sebenarnya telah banyak investor asing yang berminat untuk berinvestasi baik dari segi pendanaan maupun pembangunannya,” kata Djoko kepada Sindo melalui sambungan telepon di Jakarta, kemarin.
Pembangunan kereta supercepat yang diperkirakan memiliki waktu tempuh Jakarta-Surabaya hanya 2 jam 53 menit ini, menurut dia, sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Alasannya, kedua kota besar di Indonesia tersebut masyarakatnya memiliki mobilitas yang cukup tinggi, baik untuk tujuan bisnis maupun perjalanan wisata.
Pemerintah juga harus mempermudah proses izin jika ada investor asing yang berminat untuk terlibat dalam pembangunan Argo Cahaya. Agar mempercepat dan memudahkan pembangunan kereta supercepat ini di Indonesia, dia menjelaskan, seharusnya lahan yang digunakan milik pemerintah atau BUMN. Sedangkan, cara lainnya melalui pembangunan dengan sistem jalan layang (elivated).
”Saat ini pemerintah juga telah membangun proyek jalur kereta api rel ganda (double track) di lintas utara Jawa sepanjang 723 km. Jalur ini seharusnya dikhususkan pada angkutan barang,sedangkan Argo Cahaya untuk angkutan penumpang,” tuturnya.
Pengamat Perkeretaapian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Taufik Hidayat pesimistis pembangunan megaproyek kereta supercepat dapat terealisasi pembangunannya. Menurut dia, ukuran rel kereta yang ada saat ini yaitu sebesar 1.067 milimeter (mm) hanya mampu untuk operasional kereta dengan kecepatan hingga 120 km/jam.
”Sedangkan untuk kecepatan kereta hingga 300 km/jam ukuran standarnya yaitu 1.435 mm, sehingga belum memungkinkan jika pemerintah akan membangun kereta supercepat,” kata Taufik melalui telepon, kemarin.
Dia memberikan alternatif agar pemerintah bisa membangun jalur kereta supercepat yaitu melalui jalan layang. Namun, dana yang dibutuhkan untuk jalur kereta dengan sistem jalan layang ini cukup besar. Menurut Taufik, Pemerintah China sempat menawarkan pinjaman kepada Pemerintah Indonesia sebesar Rp150 triliun untuk pembangunan jalur kereta supercepat dengan jalan layang.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Tunjung Inderawan mengatakan, pada tahap awal pembangunan Argo Cahaya, pemerintah dan Japan International Coorperation Agency (JICA) akan membuat prastudi kelayakan.
”Kalau pembangunan jalur ganda kereta api lintas utara Jawa sudah selesai pada 2014, kereta supercepat ini sudah dapat dijadikan prioritas untuk dibangun,” kata Tunjung. Rencana membangun kereta supercepat dengan kecepatan rata-rata 300 km/jam tersebut merupakan suatu program jangka panjang yang terencana.
()