G-20 antisipasi lonjakan harga minyak

Senin, 27 Februari 2012 - 09:57 WIB
G-20 antisipasi lonjakan harga minyak
G-20 antisipasi lonjakan harga minyak
A A A
Sindonews.com – Negara penghasil minyak dari kelompok 20 negara maju dan berkembang (G-20) bertekad menerapkan langkah-langkah menghindari dampak kenaikan harga minyak mentah agar tidak merusak perekonomian dunia.

Kantor berita Reuters melaporkan, negara-negara produsen minyak menyadari adanya risiko potensi kenaikan harga di masa mendatang dan akan secepatnya bertindak. Menurut Reuters, negara-negara yang dimaksud di antaranya Arab Saudi, Rusia,Kanada,dan Meksiko. “Perkembangan harga minyak menjadi salah satu potensi risiko terhadap ekonomi global, namun G-20 sadar akan hal itu,”ungkap Wakil Menteri Ekonomi Italia Vittorio Grilli kemarin.

Kekhawatiran juga datang dari negara produsen minyak lain di Amerika Latin.Menteri Keuangan Brasil Guido Mantega menyatakan, tingginya harga minyak merupakan hal serius, sekaligus mengkhawatirkan karena bisa menjadi pemicu masalah politik. Gubernur Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) Masaaki Shirakawa menyatakan para pembuat kebijakan kini sedang memantau dampak pelonggaran kebijakan moneter di saat harga minyak dunia terus menguat.

BoJ bersama Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) dan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve/Fed sebelumnya melakukan langkah inkonvensional dengan membeli aset-aset di pasar sebagai upaya meningkatkan perekonomian. BoJ baru saja menambah pembelian surat utang senilai 10 triliun yen pada 14 Februari lalu dan menetapkan suku bunga tidak berubah di level 0-0,1 persen dengan harapan mendorong laju inflasi ke level satu persen.

“Minyak dunia telah mencapai rekor tertinggi dalam 10 bulan di kisaran USD125 per barel. Ini menjadi perhatian khusus para pembuat kebijakan,” kata Shirikawa kemarin.

Pada Jumat 24 Februari 2012 lalu, harga minyak mentah dunia ditutup di atas USD109 per barel. Hal tersebut disebabkan eskalasi kekhawatiran mengenai program nuklir Iran dan lemahnya prospek permintaan.

Harga minyak mentah untuk pengiriman April ditutup pada level USD109,77 per barel di pasar New York atau naik sebesar USD1,94. Sementara minyak mentah jenis brentnaik ke level tertinggi selama hampir 10 bulan yakni USD125 per barel.

Situs energi GasBuddy.com melaporkan, kenaikan harga minyak mentah dunia berimbas pada terkereknya harga rata-rata bensin reguler di Kanada yakni sebesar USD1,26 per liter atau naik hampir 10 persen dibanding tahun lalu.

Sementara di AS, rata-rata harga bensin nasional melonjak hampir 12 sen per galon dalam sepekan. Sedangkan di California, Alaska, dan Hawai harga bensin naik di atas USD4 per galon. Analis minyak Oil Price Information Service Tom Kloza mengatakan, harga minyak di AS akan terus mengalami kenaikan sebesar 10–15 persen per galon.

“Harga rata-rata nasional kemungkinan akan mencapai puncaknya pada akhir April atau naik sebesar USD4,25 per galon,” paparnya dikutip CBC News.

Menurut laporan Badan Nuklir Perserikatan bangsa- Bangsa (PBB),Iran telah menggenjot produksi uranium dengan tingkat yang lebih tinggi dalam beberapa bulan terakhir. Hal tersebut memicu kekhawatiran bahwa Republik Islam dapat menghasilkan bom atom lebih cepat dari yang diperkirakan.

Badan internasional tersebut juga menyatakan, Iran telah gagal memberikan penjelasan yang meyakinkan mengenai kuantitas logam uranium yang hilang. Namun, para diplomat mengatakan bahwa jumlah tersebut belum cukup untuk digunakan dalam percobaan dalam mempersenjatai rudal nuklir.

Iran menegaskan,pihaknya tidak tertarik pada pembuatan senjata nuklir, kegiatan yang selama ini dilakukan Republik Islam tersebut adalah untuk menghasilkan energi guna penelitian.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3485 seconds (0.1#10.140)