Capex Timah dipangkas 40%

Kamis, 01 Maret 2012 - 09:05 WIB
Capex Timah dipangkas 40%
Capex Timah dipangkas 40%
A A A
Sindonews.com – PT Timah Tbk (TINS) berencana memangkas anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) tahun ini sekitar 40 persen atau Rp1,2 triliun dari sebelumnya Rp3 triliun.

Pasalnya, ada sejumlah investasi perseroan yang akan dikurangi menyusul kondisi ekonomi dunia yang belum stabil. “Awalnya capex tahun ini sekitar Rp3 triliun. Namun, karena ada beberapa unit yang akan dikurangi, sehingga capex menjadi Rp1,8 triliun,” kata Sekretaris Perusahaan Timah Abrun Abubakar di Jakarta kemarin.

Dia menjelaskan, sumber pendanaan belanja modal tahun ini berasal dari kas internal maupun pinjaman perbankan, dengan porsi 30 persen kas internal dan sisanya pinjaman perbankan.

Capex tersebut akan dialokasikan untuk investasi rutin, seperti pengembangan kapal bucket wheel dredge (BWD), penambangan laut, penambangan besar di darat, kajian pengembangan usaha ekstrasi kapal, dan pengembangan mineral tanah. “Pengembangan mineral tanah ini masih jarang. Karena itu,akan kita kembangkan, tapi sekarang masih dalam tahap kajian,” ujar dia.

Selain itu, lanjut Abrun, perusahaan timah pelat merah ini juga berencana menambah sejumlah kapal, di antaranya lima unit kapal isap produksi (KIP) dan dua unit kapal BWD. Direktur Utama Timah Wahid Usman menuturkan, revisi capex perusahaan dilakukan lantaran Kementerian BUMN selaku pemegang saham mayoritas perusahaan meminta Timah untuk merevisi anggaran capex untuk disesuaikan dengan sejumlah kriteria.

“Capex kami revisi karena ada pengarahan dari Kementerian BUMN untuk menyesuaikan dengan beberapa kriteria,” paparnya. Wahid menjelaskan, perseroan pada tahun ini membutuhkan dana untuk pengadaan kapal sebesar Rp1,6 triliun, dengan rincian untuk pengadaan dua unit kapal besar berupa kapal keruk timba jenis BWD senilai Rp900 miliar,kapal lain senilai Rp500 miliar, serta dua unit kapal kecil sekitar Rp200 miliar.

Untuk sumber pendanaan capex yang berasal dari eksternal, perseroan sudah mendapatkan komitmen pinjaman dari PT Bank Mandiri Tbk,PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk. Namun,dia masih belum mau menyebutkan nilainya lantaran ada komitmen yang belum ditandatangani. Sementara, perseroan pada tahun ini menargetkan pendapatan bisa tumbuh sekitar 15 persen dibanding tahun lalu.

Perseroan memproyeksikan kinerja tahun lalu sama dengan tahun sebelumnya karena adanya gangguan dalam penjualan. Gangguan tersebut berupa pemberlakuan moratorium ekspor timah maupun produk turunannya pada tahun lalu, sehingga perseroan harus menunda kontrak baru untuk ekspor timah di pasar spot. Timah pada akhir 2010 membukukan pendapatan sebesar Rp8,34 triliun dengan laba bersih Rp947,94 miliar.

Dengan target pertumbuhan pendapatan tahun ini sebesar 15 persen dari asumsi proyeksi tahun lalu, maka pendapatan tahun ini diperkirakan bisa mencapai Rp9,59 triliun. Abrun menuturkan, naiknya pendapatan perseroan ditopang naiknya harga komoditas timah, yang sudah di atas level USD23.000 per ton dan produksi tin soldier yang meningkat.“ Pendapatan karena adanya penjualan dan harga yang lebih baik,”kata dia.

Abrun menjelaskan,Timah akan mulai meningkatkan produksi tin soldier guna menopang pendapatan perseroan dengan menggenjot tingkat penggunaan (utilisasi) pabrik tin soldier. Saat ini tingkat utilisasi pabrik tin soldier masih sangat minim, yakni hanya 200–250 ton per tahun.Jumlah itu hanya sekitar 10–12 persen dari kapasitas terpasang pabrik tin soldier perseroan yang mencapai 2.100 ton per tahun.

Analis Anugerah Securindo Viviet S Putri memperkirakan, kinerja perseroan pada tahun ini masih memiliki potensi untuk tumbuh seiring naiknya harga komoditas timah di pasar internasional. Di samping itu, efisiensi yang dilakukan perusahaan terhadap sejumlah beban akan meningkatkan margin keuntungan perseroan pada tahun ini.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5373 seconds (0.1#10.140)