Pembajakan ganggu pay TV

Kamis, 01 Maret 2012 - 09:31 WIB
Pembajakan ganggu pay TV
Pembajakan ganggu pay TV
A A A
Sindonews.com – Bisnis televisi berbayar (pay TV) diprediksi makin bersinar tahun ini. Di sisi lain operator televisi berbayar menghadapi tantangan maraknya pembajakan konten oleh operator ilegal.

Sekjen Asosiasi Penyelenggara Multimedia Indonesia (APMI) Arya Mahendra Sinulingga mengatakan, pertumbuhan televisi berbayar tahun ini diperkirakan sekitar 40–50 persen. Hal ini didukung oleh kondisi ekonomi yang baik dan meningkatnya permintaan masyarakat akan tayangan yang lebih variatif.

“Masyarakat mulai sadar bahwa mereka butuh tayangan yang lebih banyak dan mau yang berkualitas. Dengan tarif mulai Rp70 ribu saya rasa bukan lagi harga yang mahal bagi mereka,” ujarnya kepada Sindo di sela-sela forum seminar bertema Indonesia in View: Growing Pay TV yang diselenggarakan CASBAA di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, kemarin.

Saat ini jumlah pelanggan televisi berbayar di Indonesia sekitar dua juta pelanggan. Jika dibanding jumlah pengguna televisi yang berkisar 20 juta, maka penetrasi televisi berbayar di Indonesia masih sangat kecil yakni sekitar enam persen. “Untuk menarik lebih banyak pelanggan, ya operator harus rajin sosialisasi dan cabang diperbanyak supaya masyarakat bisa lebih mudah untuk subscribe,” ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Okevision Beydra Yendi mengungkapkan,tahun ini Okevision berani menargetkan pertumbuhan pelanggan hampir tiga kali lipat, yakni dari 76 ribu pelanggan tahun 2011 menjadi 200 ribu pelanggan. “Pertumbuhan pelanggan kami per bulan sudah di atas 10 ribu,” sebutnya. Menurut Beydra, Jakarta masih merupakan subsccriber terbesar bagi Okevision yakni sekitar 40 persen dari total pelanggan, disusul Bandung dan Palembang.

Sejak November lalu Okevision juga meluaskan jangkauan pasar dengan membuka cabang di Makassar dengan tujuan menjangkau pasar di kawasan Indonesia timur. Optimisme yang sama juga dikemukakan CEO Aora TV Guntur Siboro. Dengan jumlah pelanggan Aora TV yang telah mencapai 150 ribu,dia optimistis pertumbuhan pelanggan tahun ini bisa dua kali lipat lebih dibanding tahun sebelumnya. “Kita yakin akan terus bertumbuh, kami mau lebih dari 200 persen,” tandasnya.

CEO CASBAA Simon Twiston Davies menambahkan, penetrasi pasar televisi berbayar Indonesia yang kecil masih sangat potensial untuk dikembangkan. “Beberapa pasar kami di beberapa negara punya penetrasi 90%, tapi di sisi lain juga banyak yang rendah dikarenakan pembajakan,” tukasnya. Menurut Simon, pembajakan merupakan salah satu masalah terbesar yang dihadapi pelaku usaha televisi berbayar,salah satu yang juga marak adalah di Filipina.

Di Tanah Air, operator televisi berbayar juga menghadapi tantangan yang sama, yakni maraknya pembajakan konten oleh operator ilegal. Para operator ilegal ini tidak membeli konten secara legal kepada penyedia konten melainkan membajaknya dari operator legal lalu menjual ke pelanggan dengan harga murah.

Akibatnya, operator legal, penyedia konten, termasuk negara dirugikan. Arya Mahendra Sinulingga menghitung secara kasar kerugian negara bisa mencapai USD45juta per bulan, dengan asumsi pelanggan operator ilegal mencapai lima juta pelanggan.

Untuk itu, pelaku usaha meminta pemerintah tegas terhadap maraknya praktik penyiaran konten oleh operator ilegal. “Sejak 2004 kita bertarung dengan masalah pembajakan. Solusinya harus ada penegakan hukum,”tegasnya.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3675 seconds (0.1#10.140)