Nelayan Mamuju tuding ekplorasi migas sebabkan ikan langka

Kamis, 08 Maret 2012 - 17:24 WIB
Nelayan Mamuju tuding ekplorasi migas sebabkan ikan langka
Nelayan Mamuju tuding ekplorasi migas sebabkan ikan langka
A A A
Sindonews.com - Sejumlah nelayan Mamuju mengadu ke DPRD Sulawesi Barat (Sulbar) mengeluhkan bahwa selama tiga bulan terakhir ikan di perairan Mamuju berkurang akibat aktivitas empat kapal asing yang melakukan pengeboran minyak radius 30 mil laut. Kapal dimaksud milik PT Stat Oil yang sedang melakukan ekplorasi migas di blok Karama.

Nelayan yang diwakili oleh para pemilik kapal itu ditemuai Ketua Komisi II DPRD Sulbar, Hamid. Dialog dipimpin salah seorang anggota Komisi II, Zaenal Abidin. Mereka juga didampingi Aliansi Gerakan Mahasiswa Sulbar dan anggota Komisi II DPRD Mamuju, Hajrul Malik.

Salah seorang pemilik kapal Abdullah, mengatakan, ikan di perairan Mamuju sangat langka akibat aktivitas empat kapal asing tersebut. Sehingga selama tiga bulan terakhir para nelayan memilih tidak melaut dan beralih profesi untuk sementara waktu.

"Setiap ke rumpon atau mendekati, kapal itu memberikan sorotan lampu mengisyaratkan agar kami menjauh. Selama ini ikan yang kami jual ke pasar berasal dari Pare-Pare, Sinjai, Toli-Toli dan Kalimantan Timur (Kaltim). Bahkan sebagai nelayan, kami hampir tidak makan ikan," tuturnya.

Komentar tersebut diamini oleh nelayan lainnya. Mereka mengaku sangat terganggu dengan aktivitas keempat kapal milik PT Stat Oil tersebut. Dikatakan, pada bulan Maret hingga April biasanya ikan di perairan Mamuju melimpah.

Koordinator Aliansi Gerakan Mahasiswa Sulbar Hamid Hafid, menegaskan, untuk mengatasi persoalan ini dibutuhkan solusi kongkret agar tidak ada lagi keluhan dari para nelayan. Dia mensinyalir, pemerintah dan perusahaan tidak pernah melakukan sosialisasi terkait kegiatan eksplorasi di perairan Mamuju.

"Ketidaktahuan nelayan itu menyebabkan kerugian besar untuk semua pihak. Karena itu perlu sebuah solusi konkrit yang menguntungkan semua pihak," katanya.

Sementara Hajrul Malik mengungkapkan, pihaknya sudah pernah menggelar pertemuan dengan para nelayan. Salah satu catatan pentingnya adalah secara faktual ada kapal ekplorasi milik PT Stat Oil yang beroperasi di perairan Mamuju berjarak antara 27 sampai 28 mil dari wilayah pantai Mamuju. Jarak tersebut masuk dalam wilayah kewenangan Provinsi Sulbar.

Diakui, ketika itu belum diketahui legalitas dari operasi kapal tersebut. Namun disepakti untuk mencari solusi atas persoalan kelangkaan ikan di Mamuju. "Beberapa solusi itu adalah mendesak pihak Stat Oil untuk memberikan kompensasi atau ganti rugi atas ekplorasi yang dilakukan dan berdampak negatif pada nelayan, dibutuhkan data riil terkait besaran kompensasi dan melakukan pertemuan antara nelayan dengan Stat Oil dan Pemprov Sulbar," papar Wakil Ketua Persatuan Nelayan Tradisional Indonesia (PNTI) Provinsi Sulbar ini.

Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Sulbar Agussalim Tamadjoe, mengatakan, permintaan kompensasi itu perlu dibicarakan lebih lanjut. Sebab perlu pertimbangan dan kajian. Agus menekankan bahwa eksplorasi Stat Oil itu legal.

Diungkapkan, rencananya Stat Oil dan BP Migas akan tiba di Mamuju pada Senin 19 Maret 2012 mendatang. Disarankan, agar para nelayan dan pihak terkait langsung berdialog pada perusahaan menyangkut kompensasi.

Humas PT Stat Oil, Tommy, yang dihubungi melalui jaringan telepon selular mengaku tidak memiliki kewenangan untuk memberikan komentar lebih jauh. Apalagi menyangkut kompensai perusahaan.

Namun General Manager (GM) Goverment and Publick Affairs, Ratna Setia Novanti mengatakan, soal kompensasi perlu kajian dan pembuktian di lapangan. Ditegaskan, perusahaannya akan bertanggungjawab dan mengikuti peraturan yang berlaku.

"Soal kompensasi harus sesuai aturan mainnya. artinya perlu dibuktikan di lapangan. yang jelas perusahaan akan mengikuti peraturan yang berlaku dan bertanggungjawab. Kami sudah membuat action plan. Karena itu kami akan ke Mamuju untuk berdialog dengan nelayan. Kami di Mamuju kan sejak 2007 diundang pemerintah untuk melakukan pengeboran minyak," katanya melalui telepon.

Dia membantah belum pernah melakukan sosialisasi. Disebutkan, kegiatan itu sudah dilakukan pada 19 Desember 2011. Ketika itu diundang beberapa wakil dari nelayan. PT. Stat Oil, lanjutnya, tetap akan melakukan sosialisasi bukan hanya di Mamuju, tetapi daerah lain. Esensinya adalah untuk memberikan informasi bahwa kegiatan itu tidak akan menggangu jalur ikan.

Karena itu dia mengaku heran jika kegiatan kapalnya membuat kelangkaan ikan. Logikanya, kata Ratna, kalau ada lampu ikan justru akan mendekat. Sehingga jika ikan itu menjauh, perlu dihadirkan ahlinya dulu untuk memberikan analisa. "Sebab observasi kami dengan kapal serupa selama ini tidak mengganggu jalur ikan," kuncinya.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3190 seconds (0.1#10.140)