Gurih, praktis dan menyehatkan
A
A
A
Sindonews.com - Berawal dari rasa keprihatinan terhadap kondisi petani pembenih ikan nila yang selalu merugi saat musim kemarau, Aray D Harjunatin berupaya membantu dengan memanfaatkan benih ikan nila sebagai bahan keripik.
Produk yang kemudian dinamai ”Keripik Nila” ini ternyata cukup disukai oleh para konsumen karena menjadi salah satu cara makan ikan yang praktis. Siapa sangka jika niatnya yang hanya ingin membantu para petani bibit nila berbuah peluang usaha yang menarik.
Di musim kemarau, petani selalu merasa kesulitan menjual bibit ikan nila. Ini dikarenakan minimnya air yang akhirnya juga membuat petani tetap akan merugi jika memilih membesarkan ikan nila.
“Mau dibesarkan sulit karena kekurangan air dan pastinya hasil juga jelek, tapi nila-nila yang berukuran masih kecil itu juga tidak banyak yang mau membeli. Produk ikan nila di Sleman sebenarnya sangat bagus pemasarannya. Kami pun memanfaatkan dan mengolahnya agar memiliki nilai jual yang lebih tinggi,” tandasnya.
Aray menambahkan, bibit ikan nila dibeli dari petani dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan harga yang didapat petani dengan menjualnya ke pasar. Jika biasanya ikan nila dijual petani seharga Rp17.000 per kg di pasar, Aray berani membeli dengan harga Rp20.000 per kg. Setiap pekan, Aray membutuhkan 1 kuintal ikan nila bibit untuk dijadikan keripik.
Memang tidak semua bibit ikan nila diolah menjadi keripik. Agar matangnya pas dan rasanya enak, Aray hanya memilih ikan nila berukuran 9-10 cm untuk dijadikan keripik.
“Semakin ke sini, ternyata banyak juga yang ikan nila yang tidak dapat dibuat keripik. Akhirnya, kami pun berinovasi dengan membuat abon nila, nila presto, dan nila frozen dengan memanfaatkan ikan nila konsumsi,” tandas Aray, yang setiap hari memproduksi produk nila dari dapur rumahnya di Jalan Kutilang, Perum Sidoarum III Desa Sidoarum, Kecamatan Godean.
Pemasaran keripik nila buatan Aray ini sudah masuk ke supermarket dan toko-toko pusat oleh-oleh di DIY. Bahkan telah dikirim ke beberapa daerah di luar DIY seperti Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Cibubur, Jakara Timur dan Bengkulu, serta kota-kota di pesisir pantura.
“Memang menawan bisnis ini. Namun, kami masih memiliki kelemahan, yakni bahan baku ikan nilanya sendiri yang memang tidak bisa diproduksi secara banyak jika sedang musim kemarau. Selain itu, kami kekurangan tenaga untuk bekerja pada proses pemilahan duri dari ikan nila,” kata Aray.
Keripik nila ini dijual Aray dengan harga Rp9.000 per 100 gram. Di pasaran, keripik nila bisa mencapai harga Rp12.500 per 100 gram.
Cara membuat keripik nila ini cukup mudah. Salah satu pekerja bernama Iwan menerangkan, langkah pertama ikan nila benih berukuran kecil dipotong durinya.
Setelah dicuci bersih, ikan nila direndam dengan cuka makanan selama sehari untuk menghilangkan lendir, bau amis sekaligus melunakkan duri.
“Setelah itu masuk tahap pembumbuan. Bumbu yang digunakan hanya sederhana, yakni bawang puting yang dihaluskan dan garam. Setelah dibaluri dengan bumbu, ikan nila kemudian disimpan di dalam lemari pendingin,” katanya.
Tujuan proses pendinginan ikan nila tersebut, saat proses penggorengan dilakukan, tepung yang dibaluri sebelum ikan digoreng akan matang bersamaan dengan daging ikan nila. Proses penggorengan dilakukan dua kali dengan jarak waktu 24 jam. Setelah itu, barulah keripik nila dikemas dan dipasarkan. (bro)
RATIH KESWARA
Sleman
()