Kebijakan hedging harga minyak berbahaya

Sabtu, 17 Maret 2012 - 18:04 WIB
Kebijakan hedging harga minyak berbahaya
Kebijakan hedging harga minyak berbahaya
A A A
Sindonews.com - Analis Energy Security Dirgo Purbo menilai rencana hedging harga minyak dunia yang akan dilakukan pemerintah sangat berbahaya. Pasalnya, harga minyak global tidak akan bisa diprediksi naik-turunnya.

"Itu bahaya sekali. Dari perspektif ekonomi itu sangat bahaya, karena kita enggak pernah tahu berapa harga minyak ke depan. Saya khawatir kalau itu di-hedge dalam harga tertentu misalnya USD110, itu di-hedge harganya USD200. itu enggak ketemu," ujarnya saat ditemui di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (17/3/2012).

Saat ini saja menurut Dirgo, Indonesia sudah memiliki ketergantungan impor sebesar 60 persen dan dapat dimungkinkan akan ada kenaikan secara terus menerus.

"Terus, karena budaya kita kan tidak ada efisiensi energi, kita kan pakai energi suka-suka kita. Kehidupan kita sehari-hari kan kesannya selalu tersedia energi murah dimana-mana, tapi kita tidak melakukan penggunaan energinya seefisien mungkin,"jelasnya.

Dirgo mencontohkan kondisi yang sama ketika terjadi di Amerika Latin. Saat itu Meksiko, harga minyak di angka USD18. Amerika melakukan hedging sebesar USD12. Untuk delapan tahun kedepan Meksiko mengalami kerugian sebesar USD6 per barel, dimana produksi saat itu 2,8 juta bph.

"Jadi Anda bisa bayangkan kalau di-hedge kita bisa mengalami kerugian tak terhingga ruginya,"ungkap Dirgo.

Dia menekankan kepada pemerintah untuk tidak melakukan hedge karena sangat berbahaya kedepannya, terutama bagi generasi muda. "Coba Anda bisa bayangkan satu hari 1,6 juta barel seperti ini, bagaimana kalau USD200-300 nanti. Bayangkan marginnya per hari. APBN ini kan selalu kembali ke harga minyak, makanya saya selalu bilang tingkatkan produksi nasional kita. Itu saja solusinya,"tandasnya.
()
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7689 seconds (0.1#10.140)