BJB cetak laba bersih Rp 963 M
A
A
A
Sindonews.com - PT Bank Jawa Barat-Banten (BJB) Tbk mencatat laba bersih setelah pajak sebesar Rp962,7 miliar pada 2011, atau naik 8,1 persen dibandingkan laba tahun sebelumnya Rp890 miliar.
Direktur Utama BJB Bien Subiantoro mengungkapkan, laba bersih ini berasal dari pendapatan bunga bersih sebesar Rp3,1 triliun pada 2011, naik 15,9 persen dibandingkan periode sebelumnya sebesar Rp2,6 triliun. Sementara itu, pendapatan operasional lainnya turun sebesar 21,5 persen,dari sebelumnya di 2010 sebesar Rp306 miliar menjadi Rp240 miliar pada 2011.
Menurut dia, laba masih tetap tumbuh di samping ekspansi perseroan yang menyebabkan tingginya biaya. Hal ini menyebabkan rasio biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) menjadi sekitar 80 persen.
“Kita tumbuh karena dipengaruhi oleh perkembangan jaringan. Jaringan kita sudah menyebar di sejumlah kota besar di Indonesia. Akibatnya biaya operasional naik,” ungkapnya di sela-sela Analyst Meeting di Jakarta, kemarin.
Selain itu, Bien juga mengungkapkan laba perseroan juga diperoleh dari hapus buku (write off) dan restrukturisasi kredit yang secara total mencapai sekitar Rp396 miliar pada 2011.
Hapus buku ini, kata dia, berasal dari segmen kredit komersial sebesar Rp277 miliar, mikro sebesar Rp95 miliar, dan konsumer sebesar Rp24 miliar.
Menurut dia, hapus buku ini dimaksudkan untuk menekan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) yang pada kuartal I–III sempat mengalami kenaikan, tapi setelah dilakukan hapus buku dan restrukturisasi maka NPL turun dari 1,86 persen pada 2010 menjadi sebesar 1,21 persen pada 2011.
“Write off yang kita lakukan cukup besar karena untuk mencapai NPL yang serendahnya. Selain itu, kita juga lakukan restrukturisasi kredit,” kata dia.
Pada 2011, perseroan mencatat kenaikan kredit sebesar Rp5,09 triliun, atau menjadi Rp28,76 triliun pada 2011, naik 21,50 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp23,67 triliun pada 2010. Secara segmentasi bisnis, pada segmen bisnis konsumer disalurkan sebesar Rp19,6 triliun, tumbuh 22,4 persen dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp16,05 triliun.
Menurut dia, segmen konsumer ini masih banyak disalurkan kepada pegawai negeri maupun swasta dengan penghasilan tetap. Kemudian kredit komersial sebesar Rp4,4 triliun, naik 20,7 persen dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp3,65 triliun. Dan segmen bisnis mikro sebesar Rp2,95 triliun, naik 24,6 persen dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp2,36 triliun.
Managing Director BJB Syahyohan Johnny menambahkan, tahun ini perseroan akan membuka sekitar 430 “waroeng BJB” pada 2012. Pembukaan cabang mikro ini diharapkan dapat meningkatkan akselerasi pertumbuhan penyaluran Kredit Mikro Utama.
Menurut dia, akhir 2011 perseroan telah memiliki jaringan kantor yang terdiri atas 51 kantor cabang, 203 kantor cabang pembantu, 55 kantor kas, 90 payment point, 7 unit layanan kas mobil, dan 528 ATM yang didukung juga oleh ribuan jaringan ATM.
“Awal tahun 2012, kami telah menambah jaringan di antaranya kantor cabang Surakarta, Lampung, Palembang dan peningkatan status kantor cabang Balaraja,” tandasnya.
Bien juga berharap pemegang saham memberi keringanan dividen payout ratio sebanyaknya 60 persen untuk laba tahun 2011, yang mencapai Rp962 triliun. Melalui penurunan dividen payout ratio tersebut, perseroan berharap rasio laba ditahan untuk pencadangan dapat semakin besar dalam mendukung ekspansi kredit.
“Makanya kita mau usulkan untuk diturunkan, walau tidak besar yang penting menurun, tapi nominal dividen masih naik. Jadi ini laba buat dividen, dan sisanya simpan pencadangan,” tandas Bien. (ank)
Direktur Utama BJB Bien Subiantoro mengungkapkan, laba bersih ini berasal dari pendapatan bunga bersih sebesar Rp3,1 triliun pada 2011, naik 15,9 persen dibandingkan periode sebelumnya sebesar Rp2,6 triliun. Sementara itu, pendapatan operasional lainnya turun sebesar 21,5 persen,dari sebelumnya di 2010 sebesar Rp306 miliar menjadi Rp240 miliar pada 2011.
Menurut dia, laba masih tetap tumbuh di samping ekspansi perseroan yang menyebabkan tingginya biaya. Hal ini menyebabkan rasio biaya operasional dan pendapatan operasional (BOPO) menjadi sekitar 80 persen.
“Kita tumbuh karena dipengaruhi oleh perkembangan jaringan. Jaringan kita sudah menyebar di sejumlah kota besar di Indonesia. Akibatnya biaya operasional naik,” ungkapnya di sela-sela Analyst Meeting di Jakarta, kemarin.
Selain itu, Bien juga mengungkapkan laba perseroan juga diperoleh dari hapus buku (write off) dan restrukturisasi kredit yang secara total mencapai sekitar Rp396 miliar pada 2011.
Hapus buku ini, kata dia, berasal dari segmen kredit komersial sebesar Rp277 miliar, mikro sebesar Rp95 miliar, dan konsumer sebesar Rp24 miliar.
Menurut dia, hapus buku ini dimaksudkan untuk menekan rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) yang pada kuartal I–III sempat mengalami kenaikan, tapi setelah dilakukan hapus buku dan restrukturisasi maka NPL turun dari 1,86 persen pada 2010 menjadi sebesar 1,21 persen pada 2011.
“Write off yang kita lakukan cukup besar karena untuk mencapai NPL yang serendahnya. Selain itu, kita juga lakukan restrukturisasi kredit,” kata dia.
Pada 2011, perseroan mencatat kenaikan kredit sebesar Rp5,09 triliun, atau menjadi Rp28,76 triliun pada 2011, naik 21,50 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar Rp23,67 triliun pada 2010. Secara segmentasi bisnis, pada segmen bisnis konsumer disalurkan sebesar Rp19,6 triliun, tumbuh 22,4 persen dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp16,05 triliun.
Menurut dia, segmen konsumer ini masih banyak disalurkan kepada pegawai negeri maupun swasta dengan penghasilan tetap. Kemudian kredit komersial sebesar Rp4,4 triliun, naik 20,7 persen dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp3,65 triliun. Dan segmen bisnis mikro sebesar Rp2,95 triliun, naik 24,6 persen dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp2,36 triliun.
Managing Director BJB Syahyohan Johnny menambahkan, tahun ini perseroan akan membuka sekitar 430 “waroeng BJB” pada 2012. Pembukaan cabang mikro ini diharapkan dapat meningkatkan akselerasi pertumbuhan penyaluran Kredit Mikro Utama.
Menurut dia, akhir 2011 perseroan telah memiliki jaringan kantor yang terdiri atas 51 kantor cabang, 203 kantor cabang pembantu, 55 kantor kas, 90 payment point, 7 unit layanan kas mobil, dan 528 ATM yang didukung juga oleh ribuan jaringan ATM.
“Awal tahun 2012, kami telah menambah jaringan di antaranya kantor cabang Surakarta, Lampung, Palembang dan peningkatan status kantor cabang Balaraja,” tandasnya.
Bien juga berharap pemegang saham memberi keringanan dividen payout ratio sebanyaknya 60 persen untuk laba tahun 2011, yang mencapai Rp962 triliun. Melalui penurunan dividen payout ratio tersebut, perseroan berharap rasio laba ditahan untuk pencadangan dapat semakin besar dalam mendukung ekspansi kredit.
“Makanya kita mau usulkan untuk diturunkan, walau tidak besar yang penting menurun, tapi nominal dividen masih naik. Jadi ini laba buat dividen, dan sisanya simpan pencadangan,” tandas Bien. (ank)
()