Bisnis jeans eksklusif beromzet puluhan juta rupiah
A
A
A
Sindonews.com - Dari dunia kampus, Rendi Maulana merajut mimpinya menjadi pengusaha celana jeans eksklusif. Melalui metode pemasaran online dan bantuan mitra reseller di sejumlah kampus dan kota besar, saat ini produk jeans bermerek “Koren Denim” miliknya mulai dikenal luas. Tak pernah tebersit sebelumnya di benak Rendi Maulana untuk melaksanakan kuliah sambil berwirausaha.
Saat meninggalkan kota asalnya Tasikmalaya untuk kuliah di Bandung pada tahun 2007, niatnya semula hanyalah untuk belajar di Kota Kembang itu. Hingga pada tahun 2010,mahasiswa jurusan Manajemen Universitas Kristen Maranatha ini diminta membantu usaha sepupunya di bidang pemasaran celana jeans.
Rendi yang saat itu buta dengan industri fesyen mengaku sempat ragu memasarkan celana jeans seharga rata-rata Rp300 ribu itu. Namun setelah ditelaah dan dipelajari, ternyata respons pasar sangatlah bagus dan menjanjikan. Rendi pun giat mencari relasi, pasar, dan membuat konsep menarik agar produknya bisa laku terjual.
“Dari pengalaman itu, saya terpikir untuk menjalankan usaha sendiri,” ujarnya saat ditemui SINDO dalam acara pameran Pasar Indonesia Goes to Mall yang diselenggarakan oleh Bank Mandiri di Mal Kelapa Gading,Jakarta Utara, belum lama ini.
Keinginan Rendi untuk berwirausaha semakin mencuat saat program Wirausaha Muda Mandiri (WMM) dari Bank Mandiri menyambangi kampusnya pada tahun 2011.
Dalam program tersebut,beberapa mahasiswa termasuk dirinya berkesempatan mengikuti coaching selama enam bulan, bertempat di gedung Bank Mandiri Jalan Soekarno Hatta,Bandung. “Di situ kami mendapat pelatihan dari semacam lembaga motivasi, salah satunya adalah materi tentang kewirausahaan,” tuturnya. Pada September 2011, akhirnya Rendi memutuskan untuk mendirikan usaha sendiri dengan nama “Koren Denim”.
Mengawali usahanya, Rendi mengerjakan sendiri semua proses, mulai dari aspek perencanaan, pembuatan konsep, hingga penjualan. Adapun untuk proses produksi celana jeans berbahan denim itu masih dikerjakan oleh jasa makloon (jasa pembuatan produk oleh pihak lain) yang terdiri dari lima mitra penjahit. “Jadi, kami hanya membawa konsep, file data termasuk bahannya, cara menjahit dan desain sablonnya. Setelah lengkap, baru kami bawa ke perajin untuk diproduksi,” ucapnya.
Menurut Rendi, mitra penjahit mensyaratkan pemesanan minimal sebanyak 60 buah untuk setiap satu artikel/model celana. Biasanya, dalam kurun waktu 6–12 bulan, Rendi memproduksi sekitar enam artikel/ model celana jeans yang harus habis terjual sebelum akhirnya muncul model baru. “Ketika menjelang stok barang menipis, kami memproduksi lagi.Jadi tidak ada lagi waktu menunggu, selalu berkesinambungan,” ungkapnya.
Sejak bergabung sebagai Mitra Binaan Bank Mandiri pada tahun 2011 lalu, Rendi memperoleh pinjaman dana Program Kemitraan yang dimanfaatkan untuk pengadaan bahan denim dan menambah produk. Seiring perkembangan usahanya, Rendi mempekerjakan dua orang karyawan untuk membantunya di bagian produksi dan pemasaran. Selain itu ia juga membuka outlet di kampusnya.
Semula,kata dia, pemasaran “Koren Denim” diprioritaskan pada pemesanan online melalui website www.korendenim.com dan situs jejaring sosial. Namun, dalam perkembangannya, personal selling yang dilakukan para reseller ternyata sangat menjanjikan. Sesuai target utamanya, yakni anak muda, Rendi mulai merekrut reseller di sejumlah kampus di Bandung. Antara lain di Universitas Maranatha, Universitas Padjajaran, Universitas Parahyangan, ITB, Akademi Pariwisata NHI, dan Universitas Pendidikan Indonesia.
“Para reseller itu kami beri lisensi sebagai anggota mitra. Mereka membeli satu produk Koren Denim, lalu kami fasilitasi katalog dan lainnya sebagai bekal persiapan penjualannya. Selain Bandung, kami memiliki reseller di Lampung, Jakarta, Bali, dan Makassar,” bebernya. Rendi mengklaim produknya memiliki eksklusivitas.
Artinya, untuk setiap model yang diproduksinya hanya tersedia sekitar 60 buah dan kalau sudah habis terjual maka model tersebut tidak akan diproduksi lagi, digantikan model-model yang baru. Prinsip ini diterapkan karena dalam menjalankan bisnisnya Rendi tidak ingin sekadar menjual celana, tapi juga menjual konsep. Agar lebih menarik minat konsumen muda, Rendi mengaplikasikan konsep-konsep unik pada setiap edisi artikel/ model celana jeans yang diproduksinya.
Sebut saja edisi Go Green, Music, Katy Perry, Cold Play, Naomi, hingga yang terbaru edisi Changemaker. Guna mencari desain atau model baru, ia rajin mendengarkan saran maupun permintaan konsumen serta tren yang berkembang.
“Dalam memproduksi sebuah produk, saya berpegang pada dua konsep. Pertama,USP (Unique Selling Point). Artinya, saya membuat konsep yang unik agar produk ini bisa dijual dengan keunikannya tersebut.Kedua, ESP (Emotional Selling Point), yaitu bagaimana caranya supaya konsumen tanpa kita tawarkan pun mau membeli produk kita? Oleh karena itulah saya menciptakan edisi Katy Perry, Cold Play, Naomi, dan lain-lain karena mereka memiliki fansnya tersendiri di sini,”paparnya.
Saat ini, Rendi menjual produk jeans-nya dikisaran harga Rp250 ribu hingga Rp650 ribu. Ia juga memproduksi celana jeans denim premium dengan harga di atas Rp1juta, di mana produk tersebut hanya diproduksi lima buah saja per modelnya dan dijual di outlet Koren Denim di kampusnya.
Dari hasil jerih payahnya tersebut, saat ini Rendi bisa meraup omzet sekitar Rp30-Rp40juta per bulan. Dengan penghasilan tersebut, Rendi, yang hampir menyelesaikan studinya ini bisa membiayai kuliah dan kebutuhan hidupnya sendiri tanpa perlu tergantung kepada orang tuanya.Ia juga mengaku tidak kerepotan membagi waktu antara kuliah dan berwirausaha.“ Saya kan orang manajemen, jadi seharusnya bisa membagi waktu dengan baik,” ujarnya.
Saat meninggalkan kota asalnya Tasikmalaya untuk kuliah di Bandung pada tahun 2007, niatnya semula hanyalah untuk belajar di Kota Kembang itu. Hingga pada tahun 2010,mahasiswa jurusan Manajemen Universitas Kristen Maranatha ini diminta membantu usaha sepupunya di bidang pemasaran celana jeans.
Rendi yang saat itu buta dengan industri fesyen mengaku sempat ragu memasarkan celana jeans seharga rata-rata Rp300 ribu itu. Namun setelah ditelaah dan dipelajari, ternyata respons pasar sangatlah bagus dan menjanjikan. Rendi pun giat mencari relasi, pasar, dan membuat konsep menarik agar produknya bisa laku terjual.
“Dari pengalaman itu, saya terpikir untuk menjalankan usaha sendiri,” ujarnya saat ditemui SINDO dalam acara pameran Pasar Indonesia Goes to Mall yang diselenggarakan oleh Bank Mandiri di Mal Kelapa Gading,Jakarta Utara, belum lama ini.
Keinginan Rendi untuk berwirausaha semakin mencuat saat program Wirausaha Muda Mandiri (WMM) dari Bank Mandiri menyambangi kampusnya pada tahun 2011.
Dalam program tersebut,beberapa mahasiswa termasuk dirinya berkesempatan mengikuti coaching selama enam bulan, bertempat di gedung Bank Mandiri Jalan Soekarno Hatta,Bandung. “Di situ kami mendapat pelatihan dari semacam lembaga motivasi, salah satunya adalah materi tentang kewirausahaan,” tuturnya. Pada September 2011, akhirnya Rendi memutuskan untuk mendirikan usaha sendiri dengan nama “Koren Denim”.
Mengawali usahanya, Rendi mengerjakan sendiri semua proses, mulai dari aspek perencanaan, pembuatan konsep, hingga penjualan. Adapun untuk proses produksi celana jeans berbahan denim itu masih dikerjakan oleh jasa makloon (jasa pembuatan produk oleh pihak lain) yang terdiri dari lima mitra penjahit. “Jadi, kami hanya membawa konsep, file data termasuk bahannya, cara menjahit dan desain sablonnya. Setelah lengkap, baru kami bawa ke perajin untuk diproduksi,” ucapnya.
Menurut Rendi, mitra penjahit mensyaratkan pemesanan minimal sebanyak 60 buah untuk setiap satu artikel/model celana. Biasanya, dalam kurun waktu 6–12 bulan, Rendi memproduksi sekitar enam artikel/ model celana jeans yang harus habis terjual sebelum akhirnya muncul model baru. “Ketika menjelang stok barang menipis, kami memproduksi lagi.Jadi tidak ada lagi waktu menunggu, selalu berkesinambungan,” ungkapnya.
Sejak bergabung sebagai Mitra Binaan Bank Mandiri pada tahun 2011 lalu, Rendi memperoleh pinjaman dana Program Kemitraan yang dimanfaatkan untuk pengadaan bahan denim dan menambah produk. Seiring perkembangan usahanya, Rendi mempekerjakan dua orang karyawan untuk membantunya di bagian produksi dan pemasaran. Selain itu ia juga membuka outlet di kampusnya.
Semula,kata dia, pemasaran “Koren Denim” diprioritaskan pada pemesanan online melalui website www.korendenim.com dan situs jejaring sosial. Namun, dalam perkembangannya, personal selling yang dilakukan para reseller ternyata sangat menjanjikan. Sesuai target utamanya, yakni anak muda, Rendi mulai merekrut reseller di sejumlah kampus di Bandung. Antara lain di Universitas Maranatha, Universitas Padjajaran, Universitas Parahyangan, ITB, Akademi Pariwisata NHI, dan Universitas Pendidikan Indonesia.
“Para reseller itu kami beri lisensi sebagai anggota mitra. Mereka membeli satu produk Koren Denim, lalu kami fasilitasi katalog dan lainnya sebagai bekal persiapan penjualannya. Selain Bandung, kami memiliki reseller di Lampung, Jakarta, Bali, dan Makassar,” bebernya. Rendi mengklaim produknya memiliki eksklusivitas.
Artinya, untuk setiap model yang diproduksinya hanya tersedia sekitar 60 buah dan kalau sudah habis terjual maka model tersebut tidak akan diproduksi lagi, digantikan model-model yang baru. Prinsip ini diterapkan karena dalam menjalankan bisnisnya Rendi tidak ingin sekadar menjual celana, tapi juga menjual konsep. Agar lebih menarik minat konsumen muda, Rendi mengaplikasikan konsep-konsep unik pada setiap edisi artikel/ model celana jeans yang diproduksinya.
Sebut saja edisi Go Green, Music, Katy Perry, Cold Play, Naomi, hingga yang terbaru edisi Changemaker. Guna mencari desain atau model baru, ia rajin mendengarkan saran maupun permintaan konsumen serta tren yang berkembang.
“Dalam memproduksi sebuah produk, saya berpegang pada dua konsep. Pertama,USP (Unique Selling Point). Artinya, saya membuat konsep yang unik agar produk ini bisa dijual dengan keunikannya tersebut.Kedua, ESP (Emotional Selling Point), yaitu bagaimana caranya supaya konsumen tanpa kita tawarkan pun mau membeli produk kita? Oleh karena itulah saya menciptakan edisi Katy Perry, Cold Play, Naomi, dan lain-lain karena mereka memiliki fansnya tersendiri di sini,”paparnya.
Saat ini, Rendi menjual produk jeans-nya dikisaran harga Rp250 ribu hingga Rp650 ribu. Ia juga memproduksi celana jeans denim premium dengan harga di atas Rp1juta, di mana produk tersebut hanya diproduksi lima buah saja per modelnya dan dijual di outlet Koren Denim di kampusnya.
Dari hasil jerih payahnya tersebut, saat ini Rendi bisa meraup omzet sekitar Rp30-Rp40juta per bulan. Dengan penghasilan tersebut, Rendi, yang hampir menyelesaikan studinya ini bisa membiayai kuliah dan kebutuhan hidupnya sendiri tanpa perlu tergantung kepada orang tuanya.Ia juga mengaku tidak kerepotan membagi waktu antara kuliah dan berwirausaha.“ Saya kan orang manajemen, jadi seharusnya bisa membagi waktu dengan baik,” ujarnya.
()