Impor RI naik 2,74%, ekspor cuma 0,49%
A
A
A
Sindonews.com - Selama Februari 2012 kinerja ekspor Indonesia mencapai USD15,65 miliar atau meningkat tipis sebesar 0,49 persen dari Januari 2012.
"Kalau lihat secara year on year (yoy) naik sebesar 8,54 persen dari Februari 2011. Jadi kalau dilihat dari bulan sebelumnya dan dari periode yang sama pada tahun lalu mengalami kenaikan," ungkap Kepala BPS Suryamin kala ditemui di kantornya, Jakarta, Senin (2/4/2012).
Untuk ekspor migas pada Februari 2012 naik sebesar 5,19 persen menjadi USD3,3 miliar dari Januari 2012 sebesar USD3,14 miliar dan ekspor nonmigas mengalami penurunan sebesar 0,7 persen menjadi USD12,34 miliar dari Januari 2012 sebesar USD12,42 miliar.
Adapun untuk negara tujuan ekspor nonmigas dalam kurun waktu Januari hingga Februari 2012 mencapai tempat tertinggi ditempati oleh Jepang yang mencapai USD3,4 miliar, China USD2,94 miliar dan Amerika Serikat (AS) sebesar USD2,4 miliar. Sementara untuk impor pada Februari 2012 mencapai USD14,95 miliar yang naik tipis 2,74 persen dari Januari 2012 dan secara yoy naik sebesar 27,26 persen.
Lalu untuk impor migas naik sebesar 13,68 persen pada Februari 2012 menjadi USD3,49 miliar dari Januari 2012. Sedangkan untuk impor nonmigas turun sebesar 0,65 persen menjadi USD11,46 miliar dari Januari 2012.
Sedangkan untuk negara tujuan impor terbesar pada Januari-Februari 2012 ditempati oleh China USD4,41 miliar, lalu Jepang mencapai USD3,58 miliar dan Singapura sebesar USD1,71 miliar.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi pada Maret berada di kisaran 0,07 persen. Angka ini di bawah ekspektasi pelaku pasar, yang memprediksikan inflasi meningkat akibat naiknya harga-harga sebagai imbas wacana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). "Inflasi tahun kalender 0,88 persen dan inflasi year-on-year (yoy) 3,97 persen," ungkap Kepala BPS Suryamin.
Sedangkan untuk inflasi inti pada Maret 2012 berada di kisaran 0,20 persen. "Sedangkan untuk inflasi inti year-on-year berada di kisaran 4,25 persen," tambah dia.
Adapun pemberi andil inflasi, antara lain, minuman rokok dan tembakau sebesar 0,46 persen, listrik dan minyak sebesar 0,20 persen dan sandang sebesar sandang 0,15 persen. "Untuk bahan pangan deflasi 0,33 persen," tutur dia.
Dia menambahkan, dari 66 kota di Indonesia tercatat sebanyak 34 kota inflasi dengan 32 kota mengalami deflasi. "Inflasi tertinggi terjadi di ambon 1,33 persen dan Manado 1,12 persen. Sementara inflasi terendah di Malang dengan 0,01 persen dan Jayapura mengalami deflasi 1,44 persen," tukas dia. (bro)
()