Sumur minyak besar belum ditemukan
A
A
A
Sindonews.com – Cadangan minyak dan gas (migas) di Indonesia tiap tahun terus berkurang. Dalam 10 tahun terakhir, hampir tidak ada lapangan migas baru ditemukan dengan potensi yang besar.
Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) kini gencar mencari lapanganlapangan baru agar produksi migas dalam negeri tidak mengalami penurunan. Penemuan cadangan minyak ukuran umumnya terjadi di Indonesia barat. Seperti lapangan Minas Riau, Duri Sumatera dan Cepu Jawa Tengah.
Pengurasan cadangan Minas dilakukan sejak tahun 1950-an dan mencapai puncaknya tahun 1975-1976 dengan kemampuan produksi di kisaran 250 ribu barel. Namun, produksi dari Minas terus menurun dan kini hanya menghasilkan sekitar 70 ribu barel per hari. Penurunan dari Minas ini bisa ditutupi dari pengurasan cadangan Duri yang dimulai tahun 1980-an dengan kapasitas produksi sebanyak 400 ribu barel per hari.
Produksi nasional kembali mencapai puncaknya di tahun 1995 hingga 1996 dengan kemampuan produksi sebanyak 1,6 juta barel per hari. Dalam perkembangannya, kemampuan produksi lapangan Duri menurun. Kini lapangan Minas dan Duri hanya menghasilkan sekitar 360 ribu barel per hari.
”Kami memang menemukan beberapa lapangan minyak baru, tapi ukurannya jauh lebih kecil, tidak seperti Minas,” ujar Kepala BP Migas Bidang Komunikasi, Putut Prabantoro dalam kunjungannya ke kantor Harian Seputar Indonesia (SINDO) kemarin.
Eksplorasi migas belakangan gencar dilakukan di Indonesia timur dan menghasilkan penemuan cadangan-cadangan gas dalam jumlah besar, tapi bukan minyak. Misalnya Tangguh, area laut dalam Selat Makassar seperti Gandang, Gendalo dan Gehem. Masela di Laut Timor dan terakhir Genting Oil di Bintuni. Ini menunjukkan, cadangan minyak nasional terus menyusut.
Dari semula 4,3 miliar barel menjadi 3,9 miliar barel. Sedangkan cadangan gas lebih dari 104 triliun kaki kubik. ”Yang harus dipahami adalah, Indonesia bukan negara kaya minyak. Jadi, sudah saatnya kita harus menggunakan sumber energi lain. Gas misalnya,” tandas Putut.
Indonesia memiliki cadangan minyak sekitar empat miliar barel dengan kemampuan produksi rata-rata 1 juta barel per hari. Angka ini jauh dibawah Arab Saudi yang cadangan minyaknya mencapai 265 miliar barel.
Arab Saudi memproduksi minyak rata-rata delapan juta barel per hari.Sementara Libya, memiliki cadangan minyak sebesar 46 miliar barel dengan tingkat produksi sebanyak 1,5 juta barel per hari. Sementara itu, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) nasional saat ini mencapai 1,2 juta barel per hari.Sedangkan kemampuan kilang domestik hanya 700 ribu barel per hari. Terpaksa, untuk mencukupi kebutuhan BBM itu, pemerintah terpaksa impor.
Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) kini gencar mencari lapanganlapangan baru agar produksi migas dalam negeri tidak mengalami penurunan. Penemuan cadangan minyak ukuran umumnya terjadi di Indonesia barat. Seperti lapangan Minas Riau, Duri Sumatera dan Cepu Jawa Tengah.
Pengurasan cadangan Minas dilakukan sejak tahun 1950-an dan mencapai puncaknya tahun 1975-1976 dengan kemampuan produksi di kisaran 250 ribu barel. Namun, produksi dari Minas terus menurun dan kini hanya menghasilkan sekitar 70 ribu barel per hari. Penurunan dari Minas ini bisa ditutupi dari pengurasan cadangan Duri yang dimulai tahun 1980-an dengan kapasitas produksi sebanyak 400 ribu barel per hari.
Produksi nasional kembali mencapai puncaknya di tahun 1995 hingga 1996 dengan kemampuan produksi sebanyak 1,6 juta barel per hari. Dalam perkembangannya, kemampuan produksi lapangan Duri menurun. Kini lapangan Minas dan Duri hanya menghasilkan sekitar 360 ribu barel per hari.
”Kami memang menemukan beberapa lapangan minyak baru, tapi ukurannya jauh lebih kecil, tidak seperti Minas,” ujar Kepala BP Migas Bidang Komunikasi, Putut Prabantoro dalam kunjungannya ke kantor Harian Seputar Indonesia (SINDO) kemarin.
Eksplorasi migas belakangan gencar dilakukan di Indonesia timur dan menghasilkan penemuan cadangan-cadangan gas dalam jumlah besar, tapi bukan minyak. Misalnya Tangguh, area laut dalam Selat Makassar seperti Gandang, Gendalo dan Gehem. Masela di Laut Timor dan terakhir Genting Oil di Bintuni. Ini menunjukkan, cadangan minyak nasional terus menyusut.
Dari semula 4,3 miliar barel menjadi 3,9 miliar barel. Sedangkan cadangan gas lebih dari 104 triliun kaki kubik. ”Yang harus dipahami adalah, Indonesia bukan negara kaya minyak. Jadi, sudah saatnya kita harus menggunakan sumber energi lain. Gas misalnya,” tandas Putut.
Indonesia memiliki cadangan minyak sekitar empat miliar barel dengan kemampuan produksi rata-rata 1 juta barel per hari. Angka ini jauh dibawah Arab Saudi yang cadangan minyaknya mencapai 265 miliar barel.
Arab Saudi memproduksi minyak rata-rata delapan juta barel per hari.Sementara Libya, memiliki cadangan minyak sebesar 46 miliar barel dengan tingkat produksi sebanyak 1,5 juta barel per hari. Sementara itu, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) nasional saat ini mencapai 1,2 juta barel per hari.Sedangkan kemampuan kilang domestik hanya 700 ribu barel per hari. Terpaksa, untuk mencukupi kebutuhan BBM itu, pemerintah terpaksa impor.
()