Citibank: BBM naik berdampak positif jangka panjang
A
A
A
Sindonews.com - Director Head of Indonesia Research Citi Investment Research and Analysis Ferry Wong menilai rencana pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) akan berdampak positif untuk perekonomian Indonesia jangka menengah dan panjang. Walaupun dapat dimungkinkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia akan turun sedikit menjadi 6,2 persen akibat kenaikan harga BBM.
"Karena pada 2011 ini anggaran untuk subsidi lebih besar dari pengeluaran belanja modal. Jadi dengan menaikkan harga minyak akan mengoreksi alokasi anggaran subsidi," ungkap Ferry saat ditemui di Hotel Ritz Carlton, Pasific Place, SCBD, Jakarta, Rabu (11/4/2012).
Kemudian, dia juga menyatakan setuju terhadap rencana pemerintah yang akan mengeluarkan kompensasi berupa bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) untuk meningkatkan daya beli masyarakat saat harga BBM naik.
Citibank memprediksi harga minyak mentah Indonesia dalam 2-3 bulan kedepan akan melebihi rata-rata USD120,8 per barel, batas 15 persen dari patokan ICP Indonesia USD105 per barel. Sehingga pemerintah mempunyai wewenang untuk menaikkan harga BBM.
Berdasarkan analisis Citibank, dengan kenaikan harga BBM sebesar 33 persen maka akan menyebabkan inflasi 7,2 persen dan pertumbuhan ekonomi terkoreksi menjadi 6,2 persen.
Setiap kenaikan Rp1.000 per liter, maka pemerintah dapat menghemat anggaran subsidi Rp38 triliun atau USD4,5 miliar. "Otomatis pemerintah punya save lebih, ada budget lebih banyak dan bisa bangun jalan, jalan tol dan lain-lain," jelasnya.
Citibank melihat jika infrastruktur tidak dibenahi dalam 2-3 tahun mendatang maka perekonomian Indonesia akan over heating. Hal ini melihat catatan pertumbuhan ekonomi Indonesia masa lalu dimana setelah 2-3 tahun keluar dari krisis maka pertumbuhan ekonomi akan turun namun inflasi meroket.
"Salah satunya karena infrstruktur kita kelebihan beban. Solusinya infrastruktur musti dibangun," pungkasnya.
"Karena pada 2011 ini anggaran untuk subsidi lebih besar dari pengeluaran belanja modal. Jadi dengan menaikkan harga minyak akan mengoreksi alokasi anggaran subsidi," ungkap Ferry saat ditemui di Hotel Ritz Carlton, Pasific Place, SCBD, Jakarta, Rabu (11/4/2012).
Kemudian, dia juga menyatakan setuju terhadap rencana pemerintah yang akan mengeluarkan kompensasi berupa bantuan langsung sementara masyarakat (BLSM) untuk meningkatkan daya beli masyarakat saat harga BBM naik.
Citibank memprediksi harga minyak mentah Indonesia dalam 2-3 bulan kedepan akan melebihi rata-rata USD120,8 per barel, batas 15 persen dari patokan ICP Indonesia USD105 per barel. Sehingga pemerintah mempunyai wewenang untuk menaikkan harga BBM.
Berdasarkan analisis Citibank, dengan kenaikan harga BBM sebesar 33 persen maka akan menyebabkan inflasi 7,2 persen dan pertumbuhan ekonomi terkoreksi menjadi 6,2 persen.
Setiap kenaikan Rp1.000 per liter, maka pemerintah dapat menghemat anggaran subsidi Rp38 triliun atau USD4,5 miliar. "Otomatis pemerintah punya save lebih, ada budget lebih banyak dan bisa bangun jalan, jalan tol dan lain-lain," jelasnya.
Citibank melihat jika infrastruktur tidak dibenahi dalam 2-3 tahun mendatang maka perekonomian Indonesia akan over heating. Hal ini melihat catatan pertumbuhan ekonomi Indonesia masa lalu dimana setelah 2-3 tahun keluar dari krisis maka pertumbuhan ekonomi akan turun namun inflasi meroket.
"Salah satunya karena infrstruktur kita kelebihan beban. Solusinya infrastruktur musti dibangun," pungkasnya.
()