Saham perbankan menarik dibeli
A
A
A
Sindonews.com – Saham sektor perbankan diperkirakan akan semakin membaik menyusul keputusan Bank Indonesia (BI) yang menekan suku bunga acuan (BI Rate) di kisaran 5,75 persen.
“Itu membuat pasar modal sektor perbankan menggairahkan,” kata Ketua Pojok Bursa Efek Indonesia (BEI) Unika Soegijapranata Semarang Lucky M Sitinjak menganalisa kemarin.
Upaya untuk menekan suku bunga acuan sengaja dilakukan untuk menghindari krisis perekonomian. “Istilah lainnya mungkin untuk menghindari resesi seperti yang saat ini menyerang Amerika Serikat,” cetusnya.
Lucky menjelaskan, sektor perbankan menjadi yang paling menggairahkan karena kredit perbankan mengikuti turunnya BI Rate. Ini juga membuat penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) meningkat. “Sektor di pasar modal yang saat ini sedang bagus adalah consumer good, properti, dan infrastruktur,” tukasnya. Tak heran jika semua sektor perbankan di pasar modal saat ini sedang bagus dan mengalami kenaikan.
Dia menambahkan, perbankan ini menjadi sarana penyaluran kredit agar siklus perekonomian itu berjalan. Karena itu, lanjut dia, dalam jangka pendek ini sektor perbankan menjadi yang terbaik. Sebaliknya, pertambangan justru lesu. Sebab, pemerintah berencana mengenakan pajak ekspor pertambangan sekitar 15 persen.
Sementara itu, Ketua Ikatan Pialang Efek Indonesia (IPEI) Komda Semarang, Hari Prabowo mengakui, sektor pertambangan di pasar modal lagi lesu. Sehingga harga saham beberapa perusahaan di sektor pertambangan anjlok pada pekan ini. “Hal itu terjadi karena adanya isu rencana pemerintah mengenakan pajak ekspor pertambangan sebesar 15 persen. Itu cukup berpengaruh terhadap saham sektor pertambangan,” papar Executive Vice President BNI Securities Semarang ini.
Pihaknya memperkirakan isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi justru akan mendongkrak harga saham pertambangan.Dia beralasan, dengan kenaikan harga BBM,maka keuntungan dari perusahaan akan meningkat dan prospek ke depannya bagus.
“Itu membuat pasar modal sektor perbankan menggairahkan,” kata Ketua Pojok Bursa Efek Indonesia (BEI) Unika Soegijapranata Semarang Lucky M Sitinjak menganalisa kemarin.
Upaya untuk menekan suku bunga acuan sengaja dilakukan untuk menghindari krisis perekonomian. “Istilah lainnya mungkin untuk menghindari resesi seperti yang saat ini menyerang Amerika Serikat,” cetusnya.
Lucky menjelaskan, sektor perbankan menjadi yang paling menggairahkan karena kredit perbankan mengikuti turunnya BI Rate. Ini juga membuat penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) meningkat. “Sektor di pasar modal yang saat ini sedang bagus adalah consumer good, properti, dan infrastruktur,” tukasnya. Tak heran jika semua sektor perbankan di pasar modal saat ini sedang bagus dan mengalami kenaikan.
Dia menambahkan, perbankan ini menjadi sarana penyaluran kredit agar siklus perekonomian itu berjalan. Karena itu, lanjut dia, dalam jangka pendek ini sektor perbankan menjadi yang terbaik. Sebaliknya, pertambangan justru lesu. Sebab, pemerintah berencana mengenakan pajak ekspor pertambangan sekitar 15 persen.
Sementara itu, Ketua Ikatan Pialang Efek Indonesia (IPEI) Komda Semarang, Hari Prabowo mengakui, sektor pertambangan di pasar modal lagi lesu. Sehingga harga saham beberapa perusahaan di sektor pertambangan anjlok pada pekan ini. “Hal itu terjadi karena adanya isu rencana pemerintah mengenakan pajak ekspor pertambangan sebesar 15 persen. Itu cukup berpengaruh terhadap saham sektor pertambangan,” papar Executive Vice President BNI Securities Semarang ini.
Pihaknya memperkirakan isu kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi justru akan mendongkrak harga saham pertambangan.Dia beralasan, dengan kenaikan harga BBM,maka keuntungan dari perusahaan akan meningkat dan prospek ke depannya bagus.
()