Investasi meningkat, tantangan kabupaten Bandung kian berat
A
A
A
Sindonews.com - Seiring perjalanan waktu, periode kepemimpinan di Kabupaten Bandung beralih dari satu tokoh ke tokoh lainnya. Kini dalam usianya ke-371 tahun, Kabupaten Bandung di bawah kendali Bupati Dadang M Naser dengan wakilnya, Deden Rukman Rumaji.
Jika dihitung sejak bupati pertama, Dadang M Naser merupakan Bupati Bandung ke-26 yang memiliki kontrak politik selama lima tahun, terhitung tahun 2010-2015. Di bawah kepemimpinannya, dinamika pembangunan Kabupaten Bandung berangkat dari visi ”Terwujudnya Kabupaten yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Pemantapan Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan”.
Dari konsep pemikiran tersebut, Pemkab Bandung dalam lima tahun ke depan telah menetapkan 11 prioritas pembangunan, yakni reformasi birokrasi, pengembangan wajib belajar 12 tahun dan pendidikan, peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas kesehatan, pengurangan kemiskinan daerah dan penyandang masalah sosial, peningkatan pelayanan sarana dan prasarana dasar wilayah, peningkatan kemudahan bagi pelaku KUMKM, pengembangan produk unggulan, rehabilitasi kerusakan lingkungan, penataan ruang dan penanganan bencana, pemantapan pembangunan daerah dan wilayah perdesaan, pemantapan stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat, dan pemantapan ketahanan pangan Melaksanakan prioritas pembangunan,memang bukan pekerjaan mudah.
Dalam hal ini diperlukan komitmen, tanggung jawab, tersedianya SDM aparatur yang profesional disertai anggaran yang mencukupi. Hal ini tampaknya disadari pula oleh Dadang M Naser.Sehingga tidak heran, jika dirinya mencetuskan gerakan pembangunan di Kabupaten Bandung melalui ”Sabilulungan”. Istilah yang diambil dari bahasa lokal Sunda tersebut secara leksikal memiliki arti seiya sekata, saling tolong menolong, bersama dalam suka dan duka. Atau dalam pengertian lain istilah itu dapat dimaknai sebagai sinergitas konstruktif atas dasar kebersamaan.
”Gerakan Sabilulungan ini masih sangat relevan untuk diterapkan dalam proses pembangunan sebuah bangsa,” ucap Dadang M Naser. Gerakan Sabilulungan yang dicetuskan Dadang ternyata mampu berkontribusi terhadap peningkatan pembangunan di Kabupaten Bandung.Hal ini terlihat dari pencapaian indeks pembangunan manusia (IPM) pada 2011 yang mencapai 75,03 persen, naik dibanding tahun 2010 sebesar 74,24.IPM selama ini masih dijadikan indikator peningkatan pembangunan di suatu daerah yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan,dan daya beli.
Potensi sumber daya alam Kabupaten Bandung demikian melimpah. Mulai lahan pertanian, perkebunan, kehutanan, panas bumi, kawasan industri, di samping potensi pariwisata. Dengan tersedianya potensi tersebut, maka tidak heran jika daerah yang memiliki luas 176.239 ha ini hingga sekarang masih tetap jadi pilihan para investor. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bandung mencatat, selama 2011 terjadi pertumbuhan investasi sebesar 8,10 persen, mengalami kenaikan dibanding tahun 2010 yang hanya meraih 7,46 persen.
Disadari atau tidak, pertumbuhan investasi menjadi salah satu pemicu melonjaknya pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bandung. Catatan menunjukkan,laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kabupaten Bandung pada 2011 bertengger pada angka 5,94 persen. Sementara pada 2010 hanya mampu meraih 5,88 persen. ”Kita harapkan LPE ini setiap tahun terus melonjak.Caranya antara lain dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam dan penerapan aturan yang jelas sehingga mampu memberikan kemudahan bagi para usahawan,” ungkap Dadang.
Peningkatan LPE Kabupaten Bandung masing-masing berasal dari sektor pertanian (5,38 persen), pertambangan dan penggalian (3,00 persen), industri pengolahan (5,19 persen),listrik,gas dan air (8,21 persen), bangunan (8,10 persen), perdagangan, hotel dan restoran (7,88 persen), pengangkutan dan komunikasi (7,62 persen), keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (7,15 persen) serta jasa-jasa lainnya (6,99 persen). Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai Kabupaten Bandung membawa dampak terhadap laju pertumbuhan penduduk (LPP).Ibarat peribahasa lama,”ada gula ada semut”.
Begitu pun di Kabupaten Bandung, perekonomian meningkat mendorong warga dari luar daerah berurbanisasi ke Kabupaten Bandung. Ujung-ujungnya jumlah penduduk Kabupaten Bandung setiap tahun terus bertambah. Data mengungkapkan,jumlah penduduk Kabupaten Bandung pada 2010 tercatat 3.215.548 jiwa, naik menjadi 3.299.988 jiwa pada 2011. Selain akibat urbanisasi, pertambahan penduduk didorong pula oleh tingkat kelahiran. Pemkab Bandung menyadari, dengan kian bertambahnya jumlah penduduk akan berdampak terhadap tuntutan penyediaan lapangan pekerjaan.
Untuk memenuhi tuntutan ini, jelas tidak mudah. Berbagai cara pun ditempuh. Salah satunya dengan memberikan pelatihan keterampilan kepada para pencari kerja bekerja sama dengan pihak ketiga.
Jika dihitung sejak bupati pertama, Dadang M Naser merupakan Bupati Bandung ke-26 yang memiliki kontrak politik selama lima tahun, terhitung tahun 2010-2015. Di bawah kepemimpinannya, dinamika pembangunan Kabupaten Bandung berangkat dari visi ”Terwujudnya Kabupaten yang Maju, Mandiri dan Berdaya Saing, melalui Tata Kelola Pemerintahan yang Baik dan Pemantapan Pembangunan Perdesaan, Berlandaskan Religius, Kultural dan Berwawasan Lingkungan”.
Dari konsep pemikiran tersebut, Pemkab Bandung dalam lima tahun ke depan telah menetapkan 11 prioritas pembangunan, yakni reformasi birokrasi, pengembangan wajib belajar 12 tahun dan pendidikan, peningkatan cakupan pelayanan dan kualitas kesehatan, pengurangan kemiskinan daerah dan penyandang masalah sosial, peningkatan pelayanan sarana dan prasarana dasar wilayah, peningkatan kemudahan bagi pelaku KUMKM, pengembangan produk unggulan, rehabilitasi kerusakan lingkungan, penataan ruang dan penanganan bencana, pemantapan pembangunan daerah dan wilayah perdesaan, pemantapan stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat, dan pemantapan ketahanan pangan Melaksanakan prioritas pembangunan,memang bukan pekerjaan mudah.
Dalam hal ini diperlukan komitmen, tanggung jawab, tersedianya SDM aparatur yang profesional disertai anggaran yang mencukupi. Hal ini tampaknya disadari pula oleh Dadang M Naser.Sehingga tidak heran, jika dirinya mencetuskan gerakan pembangunan di Kabupaten Bandung melalui ”Sabilulungan”. Istilah yang diambil dari bahasa lokal Sunda tersebut secara leksikal memiliki arti seiya sekata, saling tolong menolong, bersama dalam suka dan duka. Atau dalam pengertian lain istilah itu dapat dimaknai sebagai sinergitas konstruktif atas dasar kebersamaan.
”Gerakan Sabilulungan ini masih sangat relevan untuk diterapkan dalam proses pembangunan sebuah bangsa,” ucap Dadang M Naser. Gerakan Sabilulungan yang dicetuskan Dadang ternyata mampu berkontribusi terhadap peningkatan pembangunan di Kabupaten Bandung.Hal ini terlihat dari pencapaian indeks pembangunan manusia (IPM) pada 2011 yang mencapai 75,03 persen, naik dibanding tahun 2010 sebesar 74,24.IPM selama ini masih dijadikan indikator peningkatan pembangunan di suatu daerah yang mencakup aspek pendidikan, kesehatan,dan daya beli.
Potensi sumber daya alam Kabupaten Bandung demikian melimpah. Mulai lahan pertanian, perkebunan, kehutanan, panas bumi, kawasan industri, di samping potensi pariwisata. Dengan tersedianya potensi tersebut, maka tidak heran jika daerah yang memiliki luas 176.239 ha ini hingga sekarang masih tetap jadi pilihan para investor. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Bandung mencatat, selama 2011 terjadi pertumbuhan investasi sebesar 8,10 persen, mengalami kenaikan dibanding tahun 2010 yang hanya meraih 7,46 persen.
Disadari atau tidak, pertumbuhan investasi menjadi salah satu pemicu melonjaknya pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bandung. Catatan menunjukkan,laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kabupaten Bandung pada 2011 bertengger pada angka 5,94 persen. Sementara pada 2010 hanya mampu meraih 5,88 persen. ”Kita harapkan LPE ini setiap tahun terus melonjak.Caranya antara lain dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam dan penerapan aturan yang jelas sehingga mampu memberikan kemudahan bagi para usahawan,” ungkap Dadang.
Peningkatan LPE Kabupaten Bandung masing-masing berasal dari sektor pertanian (5,38 persen), pertambangan dan penggalian (3,00 persen), industri pengolahan (5,19 persen),listrik,gas dan air (8,21 persen), bangunan (8,10 persen), perdagangan, hotel dan restoran (7,88 persen), pengangkutan dan komunikasi (7,62 persen), keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (7,15 persen) serta jasa-jasa lainnya (6,99 persen). Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai Kabupaten Bandung membawa dampak terhadap laju pertumbuhan penduduk (LPP).Ibarat peribahasa lama,”ada gula ada semut”.
Begitu pun di Kabupaten Bandung, perekonomian meningkat mendorong warga dari luar daerah berurbanisasi ke Kabupaten Bandung. Ujung-ujungnya jumlah penduduk Kabupaten Bandung setiap tahun terus bertambah. Data mengungkapkan,jumlah penduduk Kabupaten Bandung pada 2010 tercatat 3.215.548 jiwa, naik menjadi 3.299.988 jiwa pada 2011. Selain akibat urbanisasi, pertambahan penduduk didorong pula oleh tingkat kelahiran. Pemkab Bandung menyadari, dengan kian bertambahnya jumlah penduduk akan berdampak terhadap tuntutan penyediaan lapangan pekerjaan.
Untuk memenuhi tuntutan ini, jelas tidak mudah. Berbagai cara pun ditempuh. Salah satunya dengan memberikan pelatihan keterampilan kepada para pencari kerja bekerja sama dengan pihak ketiga.
()