Tak berani kompetisi, perbankan bakal dikuasai asing
A
A
A
Sindonews.com - Ekonom Danareksa Research Institut Purbaya Yudhi Sadewa menilai tingginya minat bank asing berinvestasi di Indonesia dikarenakan Nett Interest Margin (NIM) yang tinggi pada bisnis perbankan. Selain itu, landing rate di Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi di kawasan Asia.
"Yang menyebabkan orang asing ingin masuk ke sini adalah, margin perbankan kita yang tinggi sekali, jauh lebih tinggi kalau kita lihat bedanya dengan landing rate 6 sampai 7 persen, di negara tetangga kita itu lebih rendah lagi, ada di kisaran 5 persen," ujar Purbaya ketika ditemui di kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (4/5/2012).
Purbaya menekankan, NIM tersebut harus diatur oleh Bank Indonesia (BI) selaku Bank Central, jika tidak ingin asing menjadi mayoritas di negara ini. "Kalau kata bank central isunya kalau tidak ditahan semua bakal dikuasai asing semua bank-bank kita," tambahnya.
Dia pun menegaskan, hal itu juga tak dihindari. Permasalahannya saat ini BI tidak berani untuk meningkatkan competitiveness bisnis perbankan di Indonesia. Hal itu terlihat dari pembatasan munculnya bank-bank baru kedepannya.
"Itu melanggar konsep pasar juga konsep competitiveness, kalau ngga ada free entry maka di sistem akan oligopolis. Mereka akan menset keuntungan sebesar-besarnya dan tidak terlalu efisien buat ekonomi," tuturnya.
Disamping itu, kebijakan BI tidak membatasi kepemilikan asing di perbankan nasional, memberikan celah bagi bank asing untuk mengakuisisi secara mayoritas perbankan nasional.
"Jadi asing melihat itu ingin menikmati, beli kalau bisa. Karena kalau izin baru kan ngga mungkin, jadi kesalahannya bank central sendiri membiarkan, menciptakan ruang diperbankan untuk marjin berada di level tinggi sekali. Karenannya dia harus menciptakan kompetisi yang lebih sehingga marginnya bisa turun," paparnya.
Kedepan, Purbaya meminta BI untuk lebih netral dalam menentukan kebijakannya, khususnya terkait dengan competitiveness bisnis perbankan di Indonesia. "Hilangkan batas free entry tadi biarkan sistem perbankan kompetisi secara market, bukan diatur seperti ini. Jadi ada kesalahan kebijakan dari arsitektur perbankan itu sendiri," pungkasnya. (bro)
()