PHRI DIY sambut baik impor holtikultura dibatasi
A
A
A
Sindonews.com - Pengusaha di DIY siap melaksanakan kebijakan pemerintah menyangkut pembatasan impor komoditas holtikultura. Pengusaha meyakini masih banyak produk lokal yang bisa menggantikan produk impor.
Kebijakan ini disikapi positif demi melindungi petani lokal.“Sepertinya tidak ada masalah. Kami siap melaksanakan,” ucap Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) DIY Istijab M Danunagera kemarin.
Pembatasan impor holtikulturan akan diterapkan mulai 15 Juni nanti.Terkait hal ini, dia menilai, tidak akan banyak berpengaruh terhadap menu dan sajian di hotel berbintang, maupun restoran di DIY. Masih banyak sayuran dan buah-buahan lokal yang bisa menggantikan.
“Apalagi impor di DIY tertinggi hanya buahbuahan. Sedangkan sayuran cenderung bahan lokal,” tandas Istijab. Saat ini, banyak pengusaha justru memilih sayuran berbahan lokal. Selain harga murah, kualitasnya juga lebih segar dan mudah didapatkan. Memang ada beberapa barang yang harus diimpor,tapi ini bisa disubstitusi dengan barang sejenis yang cukup bervariasi.
Dia menambahkan, sajian menu di hotel selama ini banyak menggunakan material lokal.Belakangan tren memanfaatkan bahan lokal juga mengalami peningkatan. Mulai dari salak, buah naga, dukuh, kelengkeng,hingga jeruk.
“Sayuran Nusantara kita tidak kalah kualitasnya dengan impor,” katanya bangga. Sementara itu, Assistant Public Relation Manager Grand Quality Hotel Yogyakarta Tri Sutami menginformasikan,saat ini sayuran dan buah lokal sudah cukup melimpah.
Bahkan di beberapa daerah banyak dikembangkan sayuran dan buah yang selama didatangkan dari mancanegara. “Kentang kita kualitasnya bagus, jadi tidak perlu impor,”tuturnya. Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM,DIY Riyadi Ida Bagus menilai pembatasan impor merupakan hal yang mendesak.
Produk impor tidak hanya mahal, tapi juga merusak semangat petani.Dengan pembatasan diharapkan produk lokal lebih mudah dipasarkan. “Selama ini produk holtikultura asal China dan Thailand cukup membanjiri pasar lokal,” keluhnya.
Menurut dia, nilai inflasi DIY pada Mei ini terbesar dari sektor holtikultura yakni meningkatnya harga jual bawang di pasaran.Sehingga pembatasan ini diharapkan membuat harga lebih stabil dan tidak tergantung pasar internasional.
Kebijakan ini disikapi positif demi melindungi petani lokal.“Sepertinya tidak ada masalah. Kami siap melaksanakan,” ucap Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) DIY Istijab M Danunagera kemarin.
Pembatasan impor holtikulturan akan diterapkan mulai 15 Juni nanti.Terkait hal ini, dia menilai, tidak akan banyak berpengaruh terhadap menu dan sajian di hotel berbintang, maupun restoran di DIY. Masih banyak sayuran dan buah-buahan lokal yang bisa menggantikan.
“Apalagi impor di DIY tertinggi hanya buahbuahan. Sedangkan sayuran cenderung bahan lokal,” tandas Istijab. Saat ini, banyak pengusaha justru memilih sayuran berbahan lokal. Selain harga murah, kualitasnya juga lebih segar dan mudah didapatkan. Memang ada beberapa barang yang harus diimpor,tapi ini bisa disubstitusi dengan barang sejenis yang cukup bervariasi.
Dia menambahkan, sajian menu di hotel selama ini banyak menggunakan material lokal.Belakangan tren memanfaatkan bahan lokal juga mengalami peningkatan. Mulai dari salak, buah naga, dukuh, kelengkeng,hingga jeruk.
“Sayuran Nusantara kita tidak kalah kualitasnya dengan impor,” katanya bangga. Sementara itu, Assistant Public Relation Manager Grand Quality Hotel Yogyakarta Tri Sutami menginformasikan,saat ini sayuran dan buah lokal sudah cukup melimpah.
Bahkan di beberapa daerah banyak dikembangkan sayuran dan buah yang selama didatangkan dari mancanegara. “Kentang kita kualitasnya bagus, jadi tidak perlu impor,”tuturnya. Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM,DIY Riyadi Ida Bagus menilai pembatasan impor merupakan hal yang mendesak.
Produk impor tidak hanya mahal, tapi juga merusak semangat petani.Dengan pembatasan diharapkan produk lokal lebih mudah dipasarkan. “Selama ini produk holtikultura asal China dan Thailand cukup membanjiri pasar lokal,” keluhnya.
Menurut dia, nilai inflasi DIY pada Mei ini terbesar dari sektor holtikultura yakni meningkatnya harga jual bawang di pasaran.Sehingga pembatasan ini diharapkan membuat harga lebih stabil dan tidak tergantung pasar internasional.
()