Inilah emiten yang bakal panen besar
A
A
A
Sindonews.com - Emiten consumer goods diprediksi bakal meraih pendapatan besar di semester II-2012. Seperti apa rekomendasi para analis?
Dua bulan ke depan adalah masa musim panen raya bagi industri ritel dan consumer goods. Seperti diketahui, sejak pekan lalu anak-anak sekolah mulai liburan panjang. Dan, di saat seperti ini konsumsi masyarakat biasanya meningkat 20 persen hingga 25 persen. Makanya, momen liburan sekolah dimanfaatkan oleh pengusaha ritel dengan mengelar acara diskon besar-besaran.
Sedapnya lagi, di saat anak-anak kembali masuk sekolah, pertengahan Juli depan, penduduk Indonesia yang mayoritas pemeluk agama Islam akan menunaikan ibadah puasa selama sebulan penuh. Ibadah tahunan ini biasanya diakhiri dengan perayaan Idul Fitri. Nah, selama bulan puasa dan perayaan Idul Fitri tersebut, kebutuhan barang-barang konsumsi biasanya naik pesat.
Ujungnya, perusahaan yang bergerak di sektor ritel dan consumer goods akan mendulang kenaikan penghasilan. Hanya saja ada sedikit hambatan yang bakal menahan laju bisnis mereka. Ganjalan itu berupa kenaikan harga komoditi seperti terigu. “Tapi hal itu tak akan banyak berpengaruh terhadap penjualan,” kata Katarina Setiawan, analis Kim Eng Securities.
Ia mungkin benar. Buktinya tahun 2008, pendapatan ritel dan consumer goods tetap bisa tumbuh dua digit walaupun saat itu rakyat terpukul oleh kenaikan BBM dan krisis (finansial) global. Makanya, Katarina merekomendasikan beli untuk saham di dua sektor ini, terutama sektor consumer goods. “Banyaknya even besar akan menongkrak tingkat konsumsi masyarakat,” ujar Katarina.
Hal senada disampaikan Jansen Kustianto, analis Sinarmas Sekuritas. “Secara historis, penjualan ritel dan consumer goods di semester II memang lebih tinggi,” kata Jansen.
Untuk saham barang-barang konsumsi, Jansen dan Katarina menyodorkan nama UNVR (Unilever). Kedua analis ini memperkirakan, pada tahun ini penjualan dan laba bersih UNVR akan tumbuh sebesar 17,5 persen (menjadi Rp27,56 triliun) dan 15 persen (menjadi Rp4,81 triliun).
Namun sayang, di kelasnya, UNVR sudah masuk kelas premium sehingga sulit diakses investor ritel. Secara valuasi, menurut Adolf Sutrisno, analis AAA Securities, PE (price earning) UNVR sudah mencapai 35,5x. Jika dibandingkan dengan saham Indofood (INDF) dan Mayora (MYOR) yang PE-nya masih sekitar 14x-13x, maka kelas UNVR sudah sangat jauh. Makanya, Adolf merekomendasikan saham INDF dan MYOR. Adapun UNVR layak dibeli bila harganya sudah Rp25.750 per saham.
Dua bulan ke depan adalah masa musim panen raya bagi industri ritel dan consumer goods. Seperti diketahui, sejak pekan lalu anak-anak sekolah mulai liburan panjang. Dan, di saat seperti ini konsumsi masyarakat biasanya meningkat 20 persen hingga 25 persen. Makanya, momen liburan sekolah dimanfaatkan oleh pengusaha ritel dengan mengelar acara diskon besar-besaran.
Sedapnya lagi, di saat anak-anak kembali masuk sekolah, pertengahan Juli depan, penduduk Indonesia yang mayoritas pemeluk agama Islam akan menunaikan ibadah puasa selama sebulan penuh. Ibadah tahunan ini biasanya diakhiri dengan perayaan Idul Fitri. Nah, selama bulan puasa dan perayaan Idul Fitri tersebut, kebutuhan barang-barang konsumsi biasanya naik pesat.
Ujungnya, perusahaan yang bergerak di sektor ritel dan consumer goods akan mendulang kenaikan penghasilan. Hanya saja ada sedikit hambatan yang bakal menahan laju bisnis mereka. Ganjalan itu berupa kenaikan harga komoditi seperti terigu. “Tapi hal itu tak akan banyak berpengaruh terhadap penjualan,” kata Katarina Setiawan, analis Kim Eng Securities.
Ia mungkin benar. Buktinya tahun 2008, pendapatan ritel dan consumer goods tetap bisa tumbuh dua digit walaupun saat itu rakyat terpukul oleh kenaikan BBM dan krisis (finansial) global. Makanya, Katarina merekomendasikan beli untuk saham di dua sektor ini, terutama sektor consumer goods. “Banyaknya even besar akan menongkrak tingkat konsumsi masyarakat,” ujar Katarina.
Hal senada disampaikan Jansen Kustianto, analis Sinarmas Sekuritas. “Secara historis, penjualan ritel dan consumer goods di semester II memang lebih tinggi,” kata Jansen.
Untuk saham barang-barang konsumsi, Jansen dan Katarina menyodorkan nama UNVR (Unilever). Kedua analis ini memperkirakan, pada tahun ini penjualan dan laba bersih UNVR akan tumbuh sebesar 17,5 persen (menjadi Rp27,56 triliun) dan 15 persen (menjadi Rp4,81 triliun).
Namun sayang, di kelasnya, UNVR sudah masuk kelas premium sehingga sulit diakses investor ritel. Secara valuasi, menurut Adolf Sutrisno, analis AAA Securities, PE (price earning) UNVR sudah mencapai 35,5x. Jika dibandingkan dengan saham Indofood (INDF) dan Mayora (MYOR) yang PE-nya masih sekitar 14x-13x, maka kelas UNVR sudah sangat jauh. Makanya, Adolf merekomendasikan saham INDF dan MYOR. Adapun UNVR layak dibeli bila harganya sudah Rp25.750 per saham.
()