Bionas seriusi budidaya tanaman jarak di Indonesia
A
A
A
Sindonews.com - Produsen energi nonfosil asal Malaysia Bio Oil National (Bionas) serius mengembangkan budidaya tanaman jarak di Indonesia. Ketersediaan lahan menjadi pertimbangan utama perusahaan biofuel ini.
Grup Executive Chairman Bionas Dato’Seri Mohd Safi’e M Jafri menjelaskan, bentuk keseriusan Bionas mengembangkan energi alternatif di Indonesia yaitu menjadikan Indonesia sebagai pusat biofuel di kawasan Asia. Artinya, Bionas akan mengandalkan pasokan jarak dari petani Indonesia.
Upaya menggenjot produksi tanaman jarak di Indonesia, dilakukan Bionas dengan menggelar workshop melibatkan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) di beberapa daerah.
“Selain Indonesia, kami juga berencana mengembangkan tanaman jarak di Amerika dan Eropa. Ini sejalan dengan pertumbuhan konsumsi bahan bakar biofuel di 24 negara,” kata Dato’Seri Mohd Safi’e M Jafri di sela-sela seminar biofuel di Hotel Savoy Homman, Kota Bandung, Jumat (29/6/2012).
Menurut Kepala perwakilan Bionas Indonesia Darningsih Rustiadji, Indonesia memiliki peluang mengembangkan tanaman jarak. Ketersediaan lahan dengan kondisi geografis, akan mendukung percepatan produksi jarak.
Bionas, lanjut dia, berkomitmen untuk membeli semua hasil panen yang dibeli petani dengan harga yang relatif tinggi. Hasil panen jarak dibeli Bionas seharga Rp3.300 per kg.
Dalam rangka mendukung peningkatan produksi tanaman jarak di Jabar, pihaknya mendirikan pusat pembibitan di Kadipaten. Pembibitan tanaman jarak, akan dilakukan oleh 20 petani dan selanjutnya disebarkan ke seluruh daerah di Jawa Barat.
Menurut dia, tanaman jarak memiliki daya tahan tumbuh sampai 50 tahun. “Kondisi geografis Jabar sangat mendukung untuk pengembangan tanaman jarak. Dalam waktu empat bulan, tanaman jarak kualitas unggul sudah bisa dipanen,” imbuh dia.
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jabar merespon upaya Bionas mengembangkan budidaya jarak di Indonesia. Sebagai asosiasi pelaku industri di Jabar, Kadin akan mendukung sepenuhnya pengembangan industri dari sektor pertanian. Apalagi, pertumbuhan usaha dari sektor tersebut cenderung minim.
“Kami akan mengaktifkan kembali Kelompok Kerja (Pokja) Energi Alternatif dan Biofuel sebagai upaya merespon peluang peluang ini,” Kata Ketua Kadin Jabar Agung Suryamal Sutisno.
Menurutnya, Jabar memiliki peluang mengembangkan budidaya jarak, karena sejumlah petani masih familiar dengan tanaman ini.
Agung menambahkan, Kadin Jabar pernah melakukan hal serupa, ketika pemerintah masih aktif mengkampanyekan budidaya tanaman jarak pada 2007 silam. Sayangnya, upaya pemerintah tidak berkesinambungan. Upaya petani yang ketika itu telah menanam jarak, sia-sia belaka.
Semestinya, masuknya Bionas ke Indonesia direspon positif oleh pemerintah karena telah ada industri yang siap menampung buah jarak. (bro)
(and)